Gubernur Papua mendapat tekanan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Natalius Pigai mengatakan, kini beredar rumor bahwa Lukas Enembe terpaksa bekerja sama dengan Paulus Waterpauw pada Pilkada 2018.
JAYAPURA, Indonesia – Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai mengatakan Gubernur Papua Lukas Enembe mendapat tekanan intens usai pertemuan dengan KKepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Kapolri Tito Karnavian, dan Kapolda Sumut Paulus Waterpauw di Jakarta pada 4 September.
Pertemuan Lukas Enembe dengan Kepala BIN pada 4 September Paulus Waterpaw mempersembahkan. Itu sudah cukup mmengejutkan kita semua. Mengapa Kepala BIN hadirkan Kapolda Sumut? “Kenapa Kapolri (tuan rumah rapat) tidak ada di Mabes Polri kalau hanya soal kasus hukum yang dibawa Pak. Lukas Enembe tidak akan dihadapi,” kata Natalius, Jumat, 15 September melalui pesan elektronik.
Sebagai petahana, Gubernur Lukas menjadi salah satu calon kuat pada Pilkada 2018. Partai Golkar dikabarkan bakal mencalonkan Paulus Waterpauw, sedangkan Natalius berniat mencalonkan diri sebagai calon independen.
Natalius mengaku menerima laporan tersebut dan berbicara langsung dengan Ketua DPR Papua Lukas Enembe, Ketua MRP Papua, dan Ketua Relawan Lukas Enembe. Menurut Natalius, Gubernur Lukas kini mendapat tekanan luar biasa.
Untuk itu Komnas HAM sebagai lembaga pengawal kemanusiaan harus menyelamatkan putra terbaik bangsa Papua, kata Natalius.
“Badan intelijen negara adalah ruh dan jantung NKRI, harus bekerja sesuai kewenangannya yaitu menjaga keberagaman dan keutuhan NKRI. “(Sementara) permasalahan hukum adalah ranah kepolisian dan kami menghormati (anggota) kepolisian yang bekerja secara profesional dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memiliki integritas sosial,” kata Natalius.
Komisioner Komnas HAM mengatakan ada Kini beredar kabar bahwa BIN memaksa Lukas Enembe berpasangan dengan Paulus Waterpauw pada Pilkada 2018.
“Apa kepentingan BIN dalam politik? Di partai politik mana BIN bekerja? BIN bekerja untuk menguntungkan calon presiden siapa? Apakah tindakan itu termasuk BIN? Jika hal ini terjadi, BIN lebih cenderung menjadi alat kekuasaan, bukan instrumen negara. “Badan intelijen negara ini harus kita selamatkan,” ujarnya.
“Memaksakan kehendaknya kepada Lukas Enembe berarti memaksakan kehendaknya untuk menentukan nasibnya (hak untuk menentukan nasib sendiri) dan bertentangan dengan hak asasi manusia untuk tidak dipaksa dan diintimidasi secara fisik dan psikologis. Oleh karena itu Komnas HAM berkoordinasi dengan lembaga pemantau internasional untuk memantau secara ketat dugaan dan indikasi adanya gangguan keamanan hidup Lukas Enembe sebagai tokoh dan Gubernur Papua, tegasnya. – Rappler.com