Hancurkan kutukan Juventus dan ambisi Real Madrid
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Final Liga Champions 2016/2017 akan digelar Minggu pagi ini di Stadion Millennium, Cardiff. Sang juara bertahan, Real Madrid, akan menghadapi wakil Italia, Juventus.
Laga ini akan menampilkan pertarungan antara tim dengan lini belakang paling solid melawan tim dengan lini depan paling produktif di Eropa. Seperti kita ketahui, Juventus sejauh ini baru kebobolan tiga gol, sedangkan Real Madrid merupakan tim yang sangat produktif dengan torehan 32 gol di Liga Champions.
Siapa yang akan mengangkat trofi ‘kuping besar’? Dalam waktu kurang dari 24 jam kita akan melihatnya bersama.
Kepala ke kepala
Final ini akan menjadi pertemuan ke-19 sepanjang sejarah kedua tim. Sebelumnya, kedua kubu sudah 18 kali bentrok dengan 13 pertemuan di antaranya terjadi pasca perubahan format menjadi Liga Champions. Dalam 18 pertemuan yang digelar, kedua tim meraih delapan kemenangan dan sisanya berakhir imbang.
Tentu saja Piala Klub Juara Eropa (pra-Liga Champions) kedua tim sudah lima kali bentrok. Madrid berhasil unggul dengan tiga kemenangan dan dua kekalahan.
Pertemuan pertama kedua tim terjadi pada babak delapan besar musim 1961/62. Pada kaki Pertama musim ini, Real Madrid berhasil unggul 0-1 lewat gol Alfredo di Stefano di kandang Juventus. Pada kaki kedua, Juventus berhasil memimpin dengan skor identik melalui gol Omar Sívori yang memaksa pertandingan ulangan di Paris. Di Paris, Madrid berhasil mengakhiri laga dengan kemenangan 3-1.
Pertemuan selanjutnya terjadi pada musim 1986/1987. Juventus berhasil unggul 1-0 kaki Pertama. Keunggulan tersebut dibalas Real Madrid dengan skor yang sama kaki Kedua. Madrid kembali berhasil melewati ‘Si Nyonya Tua’ dengan menang adu penalti dengan skor 3-1.
Di era Liga Champions, kedua tim bentrok sebanyak tiga belas kali. Kali ini Juventus berhasil meraih kemenangan dengan enam kemenangan, lima kekalahan, dan dua kali imbang.
Pertemuan terakhir terjadi pada babak semifinal musim 2014/2015. Juventus berhasil menang 2-1 di J Stadium dan berhasil menahan imbang Madrid 1-1 di Bernabeu.
Dari 18 pertemuan tersebut, Juventus kembali unggul dalam produktivitas gol. Juventus berhasil mencetak 21 gol berbanding 17 gol yang dicetak Real Madrid.
Ramalan Berdiri dalam barisan Juventus
Dengan tidak adanya pemain yang terkena cedera, Juventus akan menurunkan skuad utamanya pada laga terakhir. Sami Khedira, yang mengalami sedikit masalah pada pertandingan terakhir melawan Monaco, akan tersedia kembali.
Allegri kemungkinan besar akan kembali menggunakan formasi 4-2-3-1 yang ia gunakan saat melawan Barcelona. Lini belakang akan kembali diisi oleh Bonucci dan Chiellini dibantu Dani Alves dan Alex Sandro di sayap.
Duet poros ganda Miralem Pjanic dan Sami Khedira akan kembali. Kedua pemain ini akan bertarung melawan gelandang Madrid yang memiliki visi permainan luar biasa seperti Kroos dan Modric. Kedua pemain ini akan mendukung tiga pemain di depannya yakni Mandzukic, Dybala, dan Cuadrado.
Sebagai penuntas serangan, Juventus akan mengandalkan ketajaman Higuain.
Dengan formasi 4-2-3-1, Juventus kembali mengandalkan serangan balik cepat, terutama lewat sisi lapangan. Duo Alex Sandro, Mandzukic dan Alves, Cuadrado akan kembali menjadi kunci bagi Juventus saat mendapatkan momentum melalui serangan balik.
Saat bertahan, formasi akan berubah menjadi 4-4-2. Dengan formasi ini, Juventus akan mengelolanya tekanan tinggi atau bertahan secara mendalam tergantung seberapa agresif permainan Madrid. metode tekanan tinggi Itu efektif melawan Barcelona dan AS Monaco.
Yang diperhatikan Juventus adalah buruknya transisi menyerang ke bertahan di sisi kiri yang ditempati Alex Sandro. Sebanyak 20 dari 38 gol yang masuk ke gawang Buffon musim ini berasal dari lini tersebut. Ini adalah kekhawatiran serius yang perlu ditangani Allegri. Jika tidak, garis ini akan menjadi sasaran empuk para penyerang Orang kulit putih.
Ramalan Berdiri dalam barisan Real Madrid
#APorLa12
Halo, Cardiff!#Halo Madrid pic.twitter.com/CBHTHBcFft— Real Madrid CF (@realmadrid) 2 Juni 2017
Madrid kemungkinan besar akan kembali diperkuat oleh Gareth Bale di final, meski mantan pemain termahal dunia itu harus menjadi starter. bank. Namun Carvajal masih diragukan tampil sehingga kemungkinan besar posisinya akan digantikan oleh Danilo.
Sepertinya tidak akan ada perubahan taktik yang berarti di kubu hak. Mereka akan terus menggunakan 4-3-3. Ramos dan Varane akan menjadi fokus Madrid di lini belakang, didukung duet bek sayap Marcelo dan Danilo.
Trio lini tengah Madrid akan diisi oleh Casemiro, Kroos, dan Modric. Visi permainan Kroos dan Modric akan menjadi kunci Real Madrid untuk meruntuhkan kokohnya tembok pertahanan Juventus.
Sementara Ronaldo, Benzema, dan mungkin Isco akan menjadi tumpuan Real Madrid untuk bisa mencetak gol sebanyak-banyaknya dan secepat mungkin.
Pasukan Zinedine Zidane akan kembali menggunakan strategi serangan frontal dengan mengandalkan kecepatan lini depannya. Kroos dan Modric akan menjadi jenderal lini tengah Madrid, mencari celah sekecil apa pun untuk mencetak gol.
Zidane juga diharapkan bisa memanfaatkan situasi bola mati sehingga menyumbang banyak gol untuk timnya.
Yang harus diwaspadai Madrid adalah buruknya transisi menyerang ke bertahan. Madrid kerap kali menyerah pada serangan balik cepat yang dilakukan lawannya akibat kacaunya transisi dari menyerang ke bertahan.
Hal itu terbukti saat mereka dikalahkan Celta Vigo di Copa del Rey dan Barcelona di La Liga. Selain itu, laporan lini belakang Madrid sangat mengkhawatirkan.
Hingga saat ini, lini belakang Madrid sudah kebobolan 58 gol di semua kompetisi. Fakta yang mengejutkan mengingat lini belakang Madrid diisi pemain-pemain top seperti Ramos, Varane, Marcelo, Carvajal dan kawan-kawan.
Para pemain Madrid juga harus lebih bersabar untuk mendobrak lini pertahanan Juventus. Sedikit rasa frustasi akan membuat permainan mereka berantakan yang akhirnya bisa dimanfaatkan oleh Juventus untuk kembali menguasai permainan dan kerap mencetak kemenangan melalui serangan balik cepat.
Kutukan terakhir Juventus
Juventus mencapai final sebanyak 8 kali dan dari delapan final tersebut, Juventus hanya mampu memenangkan dua final.
Rekor buruk Juventus di final dimulai pada musim 1996/1997 saat dikalahkan Dortmund. Semusim kemudian mereka kembali kalah melawan tim yang akan mereka hadapi di final ini, Real Madrid. Pada musim 2002/2003, Juventus kembali kalah di final, kali ini dari AC Milan lewat adu penalti.
Dan yang terbaru, dua musim lalu ketika Juventus yang saat itu berstatus tim tidak diunggulkan harus kembali menderita kekalahan di final untuk keempat kalinya berturut-turut, kali ini oleh Barcelona.
Kalah empat kali berturut-turut di final dari tim seperti Juventus bukanlah hal yang normal. Selain faktor keberuntungan, mentalitas juara Juventus belum teruji di Piala Eropa.
Hal itu terlihat pada final 1996/1997 dan 1997/1998. Juventus yang saat itu menjadi tim papan atas harus kalah dari Real Madrid, bahkan Dortmund, tim yang kualitasnya masih di atas Juventus.
Faktor memori masa lalu inilah yang bisa menghalangi Juventus meraih treble musim ini.
Di kubu Real Madrid, kemenangan 1-0 di Amsterdam pada final 1997/1998 jelas berdampak pada psikologi para pemain Real Madrid. Selain itu, mental juara Madrid juga sudah teruji di level Eropa. Dari 14 final yang dimainkan, hak memenangkan 11 final dari mereka.
Tempat final juga akan mempengaruhi beberapa pemain hak, terutama Bale dan Ronaldo. Bermain di negaranya sendiri menjadi semangat tambahan bagi Bale, mengingat antusiasme masyarakat Welsh yang sangat tinggi. Maklum, ini kali pertama mereka menjadi tuan rumah final Liga Champions.
Bagi Ronaldo, kenangan 13 tahun lalu di final FA akan menjadi suntikan semangat tambahan. Di stadion inilah Ronaldo muda meraih gelar pertamanya saat berseragam Setan Merah. Ronaldo bahkan berhasil mencetak satu gol di laga tersebut.
Impian Buffon dan ambisi Madrid
Sedih rasanya mengetahui pemain seperti Gigi Buffon belum pernah meraih gelar Eropa bersama Juventus. Bahkan, ia lebih banyak meraih gelar di Eropa saat masih berseragam Parma. Bersama Parma ia memenangkan Piala UEFA (Liga Europa) pada musim 1998/1999, satu-satunya gelar Eropa yang ia raih hingga saat ini.
Nampaknya hampir seluruh pecinta sepak bola (kecuali Madridista dan Interisti tentunya) ingin melihat Buffon mengangkat trofi yang sudah lama diimpikannya. Dia tidak bisa memenangkan trofi yang tidak bisa dia menangkan selama 15 tahun dan 2 final bersama Juventus.
Tampaknya kita sepakat bahwa sudah saatnya Buffon menjadi juara Eropa setelah dua final dan dua kali kegagalan. Jika tidak, itu akan menjadi salah satu tragedi terburuk yang pernah terjadi di era sepakbola modern.
Impian Buffon terhambat oleh ambisi hak menjadi tim pertama yang berhasil mempertahankan gelar juara di era Liga Champions. Kemenangan juga akan mengukuhkan Madrid sebagai tim terbaik di Eropa dengan 12 gelar Liga Champions.
Patut ditunggu siapa yang akan memihak Dewi Fortuna, impian Buffon, atau ambisi besar Real Madrid. —Rappler.com