Harapan sang joki kepada Ahok sebelum 3-in-1 pupus
- keren989
- 0
Joki 3-in-1 mengaku mendapat lebih banyak uang jika membawa anak
JAKARTA, Indonesia – Kausar Iyar mengaku bingung jika sistem 3-in-1 dihilangkan dari jalanan Jakarta.
“Saya bingung mau kerja apa kalau dihapus,” kata pria berusia 19 tahun ini, Rabu, 30 Maret.
Namun, ia dan para joki lainnya berharap Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama bisa memberikan lapangan kerja kepada mereka jika sistem 3 in 1 dihapuskan.
“Tidak apa-apa kalau dihapus, tapi Pak Ahok memberi kita pekerjaan, jadi tukang parkir saya juga mau,” ujarnya.
Kausar telah bekerja sebagai joki 3-in-1 sejak dia berumur sepuluh tahun. Ia mendapat pekerjaan sebagai groomer kucing milik seorang artis, namun penghasilannya yang sebesar Rp 500.000 per bulan tidak mampu menutupi biaya transportasi.
“Saya kembali menjadi joki lagi karena tidak mampu menanggung biayanya, rumah saya di Tangerang,” ujarnya.
“Jadi joki tidak berbuat banyak, apalagi joki putra biasanya hanya mendapat Rp 40.000 (per hari). “Uang itu saya gunakan untuk membeli bensin sepeda motor, tabungan, makanan, dan memberi ibu saya Rp 10.000,” kata Kausar yang sudah sibuk sejak kecil.
Menjadi joki juga menjadi sumber penghasilan Bilal, selain menjadi juru parkir. Dia telah menjadi joki sejak dia berusia delapan tahun, mengikuti jejak ibunya.
“Jangan dihapus Pak Ahok, nanti saya makan apa,” kata Bilal.
Sementara itu, Irma, seorang joki yang membawa anaknya yang berusia 10 bulan mengaku mendukung apapun kebijakan pemerintah.
Namun sebagai orang tua tunggal dari putri satu-satunya, ia berharap pemerintah memberikan kesempatan kerja.
“Hapus atau tidak, saya dukung yang terbaik untuk pemerintah. Tapi kalau bisa, kami akan diberi pekerjaan. “Pernah saya coba daftar jadi pegawai, pekerjaannya potong kertas di konvensi, tapi saya harus bayar Rp 250.000, saya tidak punya uang,” kata Irma.
“Saya juga dicap joki karena berpisah dengan suami dan tidak mencari nafkah. “Menjadi joki tidak sulit dan bisa mengandung anak,” aku Irma.
Menolak disebut eksploitasi anak
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan Ahok meniadakan 3-in-1 adalah para joki yang dituduh melakukan eksploitasi anak.
“Kalau ada yang menggendong bayi seperti itu, diberikan obat untuk bayinya agar tidak mengganggu yang ada di dalam mobil. “Itu tidak benar,” kata Ahok, Senin 28 Maret.
Namun Rina, salah satu joki yang membawa anak-anak bekerja, membantahnya obat penenang untuk anaknya agar tidak rewel dan mengganggu pengemudi.
“Tidak mungkin, bagaimana mungkin ada orang tua yang tega melakukan hal ini pada anaknya? “Kalau ada yang seperti itu, perilakunya tidak manusiawi,” kata Rina.
“Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi seperti itu. Tapi saya melakukannya juga demi anak,” aku perempuan yang selalu membawa putrinya berusia empat tahun itu.
Begitu pula Irma yang turut serta bersama putranya yang berusia sepuluh bulan.
“Saya tidak punya pilihan, hanya kami berdua. “Saya menceraikan suami saya yang tidak menafkahi kami,” kata Irma, yang baru empat bulan menjadi joki.
Diakui Irma, anaknya kerap pilih-pilih jika terlalu lama berada di dalam mobil.
“Dia tidak suka betah, tapi menenangkannya saja. “Yang punya mobil juga paham,” ujarnya.
Dapatkan lebih banyak uang jika Anda membawa anak-anak
Menurut joki lainnya, Widya, penghasilannya lebih besar jika membawa serta anaknya yang berusia tiga tahun.
“Biasanya saya mendapat sekitar Rp40.000 hingga Rp60.000 (per hari), tapi kalau saya bawa anak bisa lebih, antara Rp80.000 hingga Rp100.000,” kata Widya.
Namun saat ditemui, ia mengaku tidak membawa anaknya karena takut dirampok seiring maraknya pemberitaan penghapusan sistem 3 in 1.
“Anak saya juga bilang tidak mau ikut dengan saya karena takut ditangkap,” ujarnya.
Ia juga membantah memberikan obat tidur kepada anaknya saat ia sedang bekerja.
“Bagaimana aku bisa menanggungnya?” kata Widya yang suaminya juga berprofesi sebagai joki 3-in-1. —Antara Report/Rappler.com
BACA JUGA: