• September 25, 2024
Harga Pangan Naik, Panglima TNI Ingatkan ‘Perang Proksi’

Harga Pangan Naik, Panglima TNI Ingatkan ‘Perang Proksi’

JAKARTA, Indonesia – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo kembali mengingatkan isu “perang proksi”, atau perang tanpa bentuk.

“Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang melimpah. “Tidak salah jika kekayaan alam Indonesia diincar luar negeri,” kata Gatot saat memberikan pengarahan kepada peserta Konferensi Mitra Informasi Garuda Sewasana di Bogor, Jawa Barat, Minggu, 29 Mei.

Kekayaan alam yang kita miliki harus kita hati-hati karena direbut oleh luar negeri, kata Gatot, seperti dikutip dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI.

Dikatakannya, perang ke depan adalah perang pangan, air, dan energi – yang disebut perang ekonomi dan letaknya di Indonesia. “Ini merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia,” kata Gatot.

Ia menggarisbawahi bahwa energi dapat digantikan dengan energi biologis di masa depan. Kekayaan hayati terdapat di negara-negara yang berada di garis khatulistiwa, khususnya di Indonesia. “Dengan demikian, Indonesia berpotensi menjadi gudang pangan, tempat penyimpanan air, serta tempat penyimpanan energi hayati,” kata Gatot.

Cadangan energi akan habis

Sepuluh hari sebelumnya, hal serupa diungkapkan Gatot saat memberikan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-57 Universitas Tanjung Pura (Untan) di Pontianak, Kalimantan Barat.

Menurut Gatot, “Masuk perang proksi tidak bisa dilihat siapa kawan dan musuh, tapi perang dikendalikan oleh negara lain.”

Materi pidato ilmiah yang disampaikan Gatot tentang pertumbuhan manusia di muka bumi. Dalam kesempatan itu, Universitas Tanjung Pura memberikan penghargaan kepada Gatot sebagai putra terbaik negeri dalam bentuk Royal Award 2016.

“Daya tampung ideal bumi kita hanya 3-4 miliar jiwa,” kata Gatot dalam sambutannya.

Akibat kemiskinan dan kelaparan serta kesehatan yang buruk, sekitar 15 juta anak meninggal setiap tahunnya.

Gatot mengatakan hal ini perang proksi saat ini memiliki latar belakang energi dan di zaman sekarang ini semakin nyata dengan adanya pergeseran konflik dunia.

Menurutnya, sisa cadangan energi dunia saat ini masih tersisa 45 tahun dan akan habis jika kita tidak berusaha mencari penggantinya, karena konsumsi energi pada tahun 2025 akan meningkat sebesar 45 persen, sedangkan peningkatan energi pada tahun 2007-2009 juga akan meningkat. kenaikan harga pangan dunia hingga 75 persen.

“Sebaliknya, hanya negara yang dilintasi garis khatulistiwa yang bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Negara-negara tersebut adalah Amerika Latin, Afrika Tengah dan Indonesia sendiri. Sedangkan jumlah penduduk dunia akan mencapai 12,3 miliar, ini akan terjadi pada tahun 2043, jumlah ini tiga kali lipat dari kapasitas bumi, kata Gatot.

Ia mengatakan di dunia ini hanya ada 2,5 miliar orang yang tinggal di garis khatulistiwa, sedangkan 9,8 miliar orang sisanya tinggal di luar garis khatulistiwa.

Kondisi ini memicu terjadinya perang untuk mengambil alih energi negara-negara yang terletak di garis khatulistiwa, salah satunya Indonesia, ujarnya.

“Apa yang terjadi saat ini adalah perang yang berlatar belakang energi akan beralih ke perang perebutan pangan, air, dan energi. “Yang awalnya terjadi di kawasan Timur Tengah, otomatis berpindah ke Indonesia, Afrika Tengah, dan Amerika Latin,” kata Gatot.

Gatot juga mengatakan dunia akan kehabisan energi. Dalam 28 tahun ke depan, mungkin saja anak-anak mahasiswa Untan yang akan menghadapinya.

Saya jamin kondisi seperti itu akan dihadapi anak cucu Indonesia di masa depan, ujarnya.

Menurut Gatot, banyak cara yang dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Sekarang rasanya seperti ada di sana perang proksi dan kita mulai mewaspadainya karena telah menyusup ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menguasai media di Indonesia, menimbulkan tawuran TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, perpecahan partai, dan penyelundupan narkoba.

“Hilangnya Timor Timur adalah salah satu contoh dampaknya perang proksikarena di Timor Pass terdapat cadangan minyak yang luar biasa bernama Greater Sunrise,” ujarnya.

Oleh karena itu, beliau mengatakan modal kita untuk menghadapi semua ini adalah modal geografis dan modal demografi Indonesia. Modal geografis adalah daratan yang merupakan lahan pertanian, sedangkan laut adalah daratan maritim dan itu semua harus melibatkan rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan modal demografis adalah Indonesia mempunyai kearifan lokal.

“Pemuda harus mempunyai cita-cita yang harus diraih dan dicapai melalui doa, fokus, optimisme, tindakan, fleksibel, lakukan jaringan yang bagus/jaringan, terus belajar“Belajar dan tentunya semuanya dilakukan dengan hati yang ikhlas,” ujarnya.

Harga pangan cenderung naik

Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pekan lalu menggelar rapat koordinasi untuk mengatasi permasalahan tersebut kenaikan harga berbagai komoditas pangan. Komoditas seperti ayam, nasi, daging, gula, bawang bombay cenderung mengalami kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin yang turut serta dalam pertemuan tersebut mengatakan, rapat koordinasi sangat mendesak dilakukan karena melihat adanya kenaikan harga berbagai komoditas pangan. Bahkan dibandingkan April 2015, harga bawang merah kini mengalami kenaikan sebesar 46 persen.

Media memberitakan, harga gula pasir di berbagai pasar di Jatim mencapai Rp 16.000 – Rp 17.000 per kilogram. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan terlibat melakukan operasi pasar bersama 700 ton gula pasir dituangkan menurunkan harga menjadi Rp 11.750 per kilogram.

Pernyataan Panglima TNI Gatot tentang ancaman perang proksihampir bersamaan dengan tren kenaikan harga pangan.

Gatot berkeliling kampus-kampus di Indonesia tahun lalu untuk menyampaikan peringatan yang sama tentang perang yang dilakukan pihak lain dan berlokasi di Indonesia. Saat itu, Gatot masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Saat itu, Rappler melakukan wawancara khusus dengan Jenderal Gatot untuk menjawab pertanyaan Benarkah TNI Menggalakkan ‘Proxy War’?.

Wawancara dilakukan pada pertengahan April 2015, setelah Asia Sentinel, laman artikel analisis di Hong Kong, mencermati pernyataan KSAD Gatot dari kampus ke kampus.

Gatot dinilai mewakili sikap TNI yang mengedepankan ancaman “baru” yang tersembunyi, mencakup berbagai isu di luar bahaya komunisme. Pada masa Orde Baru, pihak militer menjadikan isu komunisme sebagai tema ancaman perang proksi.

Gatot saat itu juga menyampaikan komitmen TNI untuk mengawasi mafia pangan dan membantu pengendalian harga pangan di pasar.

Hal ini untuk menjawab pertanyaan mengenai kecenderungan TNI memasuki wilayah sipil.

Menurut Gatot, Pperang Roxy merupakan kekuatan besar yang memainkan perannya secara tidak langsung melalui pihak ketiga. Pada kesempatan lain disebutkan Gatot perang proksi adalah perang antara dua kekuatan dengan menggunakan pengganti.

“Melalui perang proksi“Tidak bisa diketahui secara jelas siapa kawan dan siapa musuh, karena musuh menguasainya dari jauh,” ujarnya.

Gatot menjelaskan, negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan dengan imbalan memecah belah kekuatan lawan. Pihak ketiga yaitu aktor non-negara, dapat berupa lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi massa, kelompok masyarakat, atau perseorangan. –Rappler.com

Keluaran Sydney