• November 25, 2024

‘IIBF 2017’ menyoroti relevansi pameran buku di era digitalisasi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Diselenggarakan sejak tahun 1980, pameran buku berskala internasional ini kembali hadir pada tanggal 6-9 September 2017

JAKARTA, Indonesia —Pameran buku yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) kembali digelar tahun ini. Sejak tahun 2014, pameran ini berubah menjadi pameran buku internasional.

Di tahun ke-37 penerapannya, tentu saja banyak hal yang berubah seiring berjalannya waktu. Salah satu perubahan yang harus dihadapi adalah penetrasi internet dan era digitalisasi yang juga mentransformasi industri buku.

Di era dimana konfirmasi informasi, membangun koneksi, bahkan transaksi ekonomi dapat dilakukan secara otomatis on line, Banyak yang berpendapat bahwa tidak perlu lagi berkumpul secara fisik dalam suatu acara.

“Perdebatan mengenai hal ini akan terus berlanjut, namun faktanya pameran buku internasional masih diadakan di beberapa kota besar di dunia, dan masih diikuti oleh peserta asing,” kata Ketua Umum IKAPI, Rosidayati Rozalina, pada pembukaan Indonesia. upacara. Pameran Buku Internasional (IIBF) 2017 yang berlangsung pada hari Rabu tanggal 6 September 2017 di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat.

Menurut Rosidayati, banyak aspek yang bisa menjadi faktor dasar masih perlunya pameran buku, baik yang bersifat profesional maupun publik.

Pertama dari aspek bisnis, IIBF 2017 tidak hanya menjadi ajang jual beli buku, namun juga menjadi pusat kegiatan promosi dan transaksional bagi penerbit, pengarang, serta penggiat literasi dan pelaku industri kreatif lainnya. Hubungan bisnis tentunya harus didasari oleh kepercayaan, sehingga menurut Rosidayati, kontak fisik diperlukan agar hubungan benar-benar terjalin.

Selain itu, pameran buku juga memberikan kesempatan berdiskusi melalui seminar dan pelatihan. Pameran buku memberikan kesempatan bagi penerbit untuk memberikan harapan baru kepada penulisnya, yaitu kesempatan untuk terpapar pengunjung internasional dan liputan media.

“Pada pameran buku, penerbit mempunyai kesempatan untuk mencari penulis baru, dan sebaliknya, penulis juga mempunyai kesempatan untuk terhubung dengan penerbit. “Pameran buku merayakan penulis dan pembaca, di sini mereka mendapat panggung kehormatan untuk berinteraksi,” lanjut Rosidayati.

Masa pameran buku juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan demam literasi di kalangan masyarakat dan bermanfaat dalam membangkitkan minat membaca.

Senada dengan Rosidayati, Ricky Pesik selaku Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) juga berpendapat bahwa tantangan terbesar yang akan dihadapi adalah bagaimana mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru agar tetap bisa bertahan. di masyarakat.

“Pasar bisa berubah, pasar buku berubah, tapi yang pasti membaca,” ujarnya.

Acara pembukaan ini juga dihadiri oleh Husni Syawie selaku ketua panitia IIBF 2017 dan Prof. Danang Suhendar sebagai perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Najwa Shihab sebagai duta membaca Indonesia.

IIBF 2017 sendiri didukung oleh BEKRAF yang dihadiri oleh kurang lebih 20 negara peserta, dan akan berlangsung pada tanggal 6-10 September 2017 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center. —Rappler.com

judi bola