• November 26, 2024

Ikon gudeg Yogya Yu Djum meninggal dunia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Berkat racikan Yu Djum, gudeg kini menjadi destinasi kuliner mendunia

YOGYAKARTA, Indonesia – Ikon gudeg Yogyakarta Djuwariyah Darmosuwarno meninggal dunia pada Senin, 14 November 2016 di RS Bethesda Yogyakarta.

Darmosuwarno meninggal dunia pada usia 81 tahun. Ia dikenal sebagai salah satu pionir gudeg yang dikemas secara modern. Berkat racikan beliau, gudeg kini menjadi destinasi kuliner mendunia.

“Ibu meninggal pada hari Senin pukul 18.15 WIB karena berbagai sebab, antara lain infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal,” kata Hariani, putri pertama almarhum di rumah duka, Jalan Argo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, pada Selasa, 15 November 2016.

Selama sakit, menurut Hariani, ibunya berpesan kepada anak cucunya untuk tetap meneruskan usaha gudeg. “Kalaupun ada usaha lain, ibu berpesan agar kami terus mengembangkan gudeg ini,” ujarnya.

Menurut Hariani, ibunya memulai usaha gudeg sebelum menikah. Saat itu Djuwariyah masih remaja. “Ibu berjualan gudeg keliling,” kata Hariani.

Seiring berjalannya waktu dan kegigihannya, usahanya semakin berkembang sehingga Djuwariyah mampu membuka toko pertamanya di Wijilan – yang masih buka hingga saat ini.

“Dulu mama saya toko pertamanya di Wijilan, tapi dia masak di sini (usaha pemakaman). “Kemudian terus berkembang menjadi sekitar 10 restoran sekarang,” lanjut Hariani.

Hariani mengenang ibunya sebagai seorang pekerja keras. Bahkan sebelum ia sakit, ibunya tetap membantu membersihkan dedaunan. “Dia mengajari kami bahwa jika ingin makan, Anda harus bekerja,” katanya.

Darmosuwarno lahir pada tanggal 31 Desember 1935 dan diperkirakan akan dimakamkan pada Selasa sore sekitar pukul 14.00 WIB, 15 November 2016. Selama masa berkabung, Restoran Gudeg Yu Djum akan ditutup selama seminggu ke depan.

“Untuk pesanan katering, kami tidak lagi bertanggung jawab atas pesanan. “Kami sudah lama mengumumkan bahwa kami akan tutup pada hari Senin hingga Kamis pada minggu ini karena karyawan akan melakukan perjalanan rutin setahun sekali,” kata Hariani.

Setiap hari, pusat restoran Gudeg Yu Djum di Jalan Argo membutuhkan sedikitnya 3 kuintal nangka muda dan sekitar 300 ekor ayam pedaging.

Bintang jasa untuk Yu Djum

Bagi pelaku industri perhotelan dan restoran, gudeg Yu Djum dinilai memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan wisata kuliner gudeg di Yogyakarta.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istijab Danu Nagoro mengatakan Yu Djum merupakan salah satu tokoh yang melahirkan dan membesarkan gudeg sebagai destinasi wisata kuliner di Yogykarta.

“Beliau adalah penemu gudeg sebagai ikon wisata kuliner di Yogya. Ia juga mengemasnya dengan baik dengan kemasan modern. Gudeg juga merupakan industri yang mampu bersaing saat ini,” kata Istijab, Selasa 15 November 2016.

Menurutnya, tidak banyak tokoh seperti Yu Djum yang dinilai berjasa dalam pengembangan gudeg sebagai destinasi wisata kuliner di Yogyakarta.

“Mungkin ada sekitar lima pemilik besar gudeg di Yogyakarta. “Yu Djum punya keistimewaan mengembangkan gudeg secara modern, jasanya sangat bagus untuk memperkenalkan gudeg sebagai destinasi wisata kuliner internasional,” ujarnya.

Menurutnya, rasa Yu Djum sangat berbeda karena rasanya tidak terlalu manis dan tidak terlalu basah. “Bagi yang tidak suka terlalu manis, Gudeg Yu Djum cocok,” ucapnya.

Untuk pemberian penghargaan tersebut, PRHI berencana memberikan bintang jasa kepada Yu Djum atas berbagai usahanya yang juga berdampak pada perkembangan wisata kuliner di Yogyakarta.

“Kami ingin merekomendasikan semacam bintang jasa atau penghargaan kepada almarhum, kalau bukan karena Presiden Jokowi, minimal Gubernur DIY harus memberinya penghargaan. “Kami juga ingin ada upaya untuk mematenkan gudeg sebagai kuliner khas Indonesia,” ujarnya. —Rappler.com

Data Hongkong