• November 27, 2024

Ikut Gafatar, Anak Bangga Berani Melawan Ibunya

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pihak kampus mengancam akan memecat mahasiswa yang bergabung dengan Gafatar

JAKARTA, Indonesia — Raut wajah Ny. Nurul tampak murung. Suaranya bergetar. Duka jelas menyelimuti suasana hati ibu Faradina Ilma.

Fara, panggilan akrab Faradina, merupakan anak tunggal Nurul. Otak Fara diketahui lemah. Menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Diponegoro Semarang bagaimana pujian Kini ia tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana yang mendapat beasiswa di kampus yang sama.

Fara, anak tunggal, cerdas dan bahkan sombong, diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Surabaya. Hilang tanpa jejak sejak 1,5 bulan terakhir, Nurul seolah kehilangan semangat untuk hidup.

Fara bergabung dengan Gafatar sejak 2012. Setelah memberi pengertian, Farah pun berlalu. “Tapi yang saya tidak tahu, akhirnya saya masuk Gafatar lagi,” kata Nurul saat ditemui di rumahnya di Jalan Tugurejo A12, Kecamatan Tugu, Semarang, Kamis (14/1).

Intensnya hubungan dengan Gafatar membuat Nurul menjauhi anaknya. Interaksi semakin jarang terjadi. “Sampai aku memarahinya. Tapi dia malah mengajak adu argumen, kata Nurul.

Dalam pandangan Nurul, aktivitas Gafatar disusupi ajaran yang menyimpang dari kaidah agama Islam. Bahkan menyerupai Negara Islam Indonesia (NII). “Karena ada juga penarikan iuran,” kata Nurul.

Fara, lanjut Nurul, bergabung dengan ormas terlarang tersebut setelah diajak oleh pria bernama Eko Siswandoyo. Keduanya saling kenal sejak Juli 2015. Pria asal Jember itu meninggalkan pekerjaannya sebagai pelayan di Restoran Noodle Wok dalam dua bulan terakhir.

Nurul kini kebingungan mencari anaknya yang hilang sejak November lalu. Ia menjelajahi markas Gafatar di Lamper Tengah, Semarang, Surabaya hingga Jember. Hasilnya, nol.

Selain Fara, tiga warga Semarang juga hilang yakni Yunita (20) serta sepasang suami istri Dian Purwandari dan Arif Setiawan. Ketiganya merupakan anggota Ny. MT. “Awalnya Yunita hilang. Selanjutnya menantu saya Arif berangkat bersama Dian. “Mereka bilang ingin bekerja di luar Jawa,” kata Ny. kata MT.

Begitu pula dengan Nurul, Bu. MT melakukan segala cara untuk melacak hilangnya mereka. Mulai dari melapor ke Polda Jateng dan Polrestabes Semarang hingga menghubungi ponsel putranya.

“Semuanya nol. “Polisi sebenarnya ragu memproses kasus anak saya,” ujarnya.

Sanksi dari kampus

Sejumlah mahasiswa menghilang sehingga memaksa pihak kampus mengambil tindakan. Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengancam akan memberhentikan dua mahasiswa Fakultas Teknik, Silvi Nur Fitriani dan Finda Amalia.

Mereka menghilang dan diduga kuat bergabung dengan Gafatar. “Kalau terbukti terlibat, akan diberhentikan sementara. “Mahasiswa tidak boleh bergabung dengan organisasi terlarang,” kata Wakil Rektor III UNS, Darsono, Rabu 13 Januari.

Hilangnya Silvi pertama kali dilaporkan oleh orang tuanya yang berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka datang ke kampus dan berusaha mencari keberadaan Silvi karena tidak bisa dihubungi sejak 6 Desember 2015.

Berdasarkan informasi orang tua Silvi yang diteruskan ke pihak fakultas, Finda mengajak anaknya mengikuti Gafatar pada tahun lalu. Finda, belakangan diketahui merupakan anak Fiyanto, pengurus aktif Gafatar Wonogiri, yang juga hilang bersama 10 warga lainnya.

Hingga saat ini, 12 orang dari tiga keluarga dilaporkan hilang di Wonogiri pada Desember lalu. Sementara itu, siswi SMK Negeri 5 Surakarta, Krisma Fitri Arta, yang ditangkap Senin pekan lalu oleh Polda DIY di Pangkalan Bun bersama kakak perempuan, ipar, dan dr. Rika ditemukan, kini kembali bersekolah.

“Sejak 4 Januari, dia tidak bersekolah lagi. Hari ini sudah kembali, namun masih dalam pengembangan internal sekolah, kata Wakil SMKN 5 Kelapa Sukidi, Rabu. Krisma dan kedua kakaknya hilang sejak Desember lalu. — Dengan laporan Fariz Fardianto dan Ari Susanto/Rappler.com

BACA JUGA

Sdy pools