• November 28, 2025
Impian Rachel Ang dari dunia komik

Impian Rachel Ang dari dunia komik

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Rachel Ang menjadi salah satu pembicara pada Ubud Writers and Readers Festival 2017

UBUD, Indonesia – Komik sering dimaknai sebagai sumber hiburan yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak dan tidak diperuntukkan bagi orang dewasa. Namun Rachel Ang, komikus asal Melbourne, telah membuktikan bahwa komik merupakan media universal yang mampu menampung beragam konten untuk segala usia.

“Yang membuat komik menarik adalah perpaduan teks dan visual yang membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dibandingkan jika keduanya dipisahkan,” jelas Rachel saat acara disampaikan. Komik yang menawan pada Ubud Writers and Readers Festival 2017 yang berlangsung pada hari Sabtu 28 Oktober 2017 di Taman Baca, Ubud, Bali.

Menurut Rachel, komik merupakan media visual yang menjalankan perannya dengan baik: untuk menunjukkan, bukan memberitahu. Komik juga dapat menceritakan cerita dengan tema dewasa sebagai sebuah bentuk seni. Rachel sendiri berhenti membaca komik saat memasuki masa remajanya, baru sekitar tahun 2015 ia kembali terjun ke dunia komik dengan minat baru.

Komik-komik yang ia buat banyak bercerita tentang bagaimana ia menghadapi proses tumbuh dewasa. Tema yang sering diangkatnya adalah hubungan antar manusia atau hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Mulai membaca

“Ada yang menginspirasi saya setelah membaca komik, saya berpikir kalau komik bisa menyampaikan pesan yang luar biasa, pasti saya juga bisa,” ujarnya.

Rachel tak menyangka komiknya bisa digemari banyak orang, hal itu menjadi kekuatan dan penegas bagi komikus muda ini untuk terus menceritakan kisahnya melalui gambar. Komik-komiknya memiliki narasi yang kuat dan banyak orang dapat memahami permasalahan dan isu yang bersifat manusiawi dan relevan.

Rachel tidak hanya berprofesi sebagai komikus, ia juga seorang arsitek. Pekerjaan utama ini membuatnya menghadapi beberapa tantangan dalam menggarap komik.

“Prosesnya menjadi sangat memakan waktu, dan saya juga sedikit terhambat dalam prosesnya penyuntingan, tahu bagaimana menceritakan kisah saya dan melibatkan pembaca dalam cerita tersebut,” katanya.

Meski membuat komik bukan pekerjaan utamanya saat ini, Rachel tetap berusaha meluangkan waktu untuk melatih hobinya.

“Anda harus menemukan keseimbangan antara keduanya. “Kita harus ingat bahwa jika kita benar-benar menikmati sesuatu, maka akan selalu ada gunanya menghabiskan banyak waktu untuk itu,” jelas Rachel.

Rachel berharap para seniman dan komikus bisa mendapatkan gaji yang lebih layak di masa depan.

Baginya, ada dua jenis pekerjaan yang bisa dilakukan komikus, yang pertama adalah pekerjaan pribadi yang bertujuan untuk kepuasan diri sendiri dan yang kedua adalah pekerjaan komersial untuk ‘membayar tagihan’.

Cita-citanya adalah mengubah pekerjaan pribadi menjadi komersial sehingga pekerjaan yang dicintainya juga bisa memberi nafkah.—Rappler.com

slot gacor