• July 2, 2025
Indonesia akan segera membangun dermaga kapal perang di Natuna

Indonesia akan segera membangun dermaga kapal perang di Natuna

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pembangunan fasilitas militer di Pulau Natuna menyusul pelanggaran wilayah maritim yang dilakukan Tiongkok.

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Indonesia segera membangun dermaga kapal perang dan lapangan terbang tempur di Kepulauan Natuna, Provinsi Riau menyusul pelanggaran wilayah laut yang dilakukan kapal nelayan Tiongkok. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun memberikan restu usai mengunjungi Natuna dan melakukan pertemuan di atas KRI Imam Bonjol pada Kamis, 23 Juni.

“Ini tindak lanjut dari Panglima TNI. “Kami akan membangun dermaga untuk 3 kapal fregat dan lapangan terbang untuk mendaratkan jet tempur,” kata Ryamizard saat ditemui di Istana Negara, Rabu 29 Juni.

Namun, dia belum menentukan jenis pesawat tempur apa yang akan digunakan untuk menjaga kawasan Natuna. Ryamizard mengatakan landasan udara yang dibangun mampu menampung jet tempur F-16 dan Sukhoi.

Ryamizard juga menyebut dirinya juga akan memasang radar marinir di Kepulauan Natuna. Menurut laporan situs web Waktu Jepang, saat ini Indonesia sudah memiliki 800 personel militer. Tahun ini, jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 2.000 personel militer.

Sedangkan dana pembangunan fasilitas militer akan menggunakan anggaran Kementerian Pertahanan. Ryamizard mengatakan, dalam rapat paripurna dengan DPR, Komisi I menyetujui penambahan anggaran Kementerian Pertahanan senilai Rp 6,59 triliun. Dengan demikian, total anggaran yang dimiliki Kementerian Pertahanan pada tahun ini mencapai Rp106,09 miliar.

China telah melakukan 3 kali pelanggaran di kawasan Natuna pada tahun ini. Pertama, pada 19 Maret, 27 Mei, dan 17 Juni. Dua dari tiga kapal yang melakukan pelanggaran tersebut berhasil disita oleh pihak berwenang Indonesia.

Dalam kejadian terbaru, pemerintah China memprotes aksi penembakan yang dilakukan TNI Angkatan Laut terhadap kapal nelayannya. Akibatnya, seorang nelayan yang mengaku warga Tiongkok terluka dan dirawat di rumah sakit.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying juga menegaskan kembali bahwa para nelayan mereka menangkap ikan di wilayah yang wajar dan memasuki wilayah yang disebut “daerah penangkapan ikan tradisional”. Pemerintah Indonesia memprotes istilah “daerah penangkapan ikan tradisional” karena tidak mematuhi peraturan hukum UNCLOS.

Indonesia juga menegaskan tidak memiliki wilayah yang tumpang tindih dengan China di Laut Cina Selatan (LTS). Terakhir, Presiden Jokowi memutuskan untuk mengembangkan kawasan Natuna, seolah memberikan pesan jelas kepada China.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan akan fokus pada sektor perikanan, migas, dan pertahanan di Kepulauan Natuna.

“Saya mendapat laporan bahwa produksi sektor kelautan dan perikanan di Natuna hanya 8,9 persen dari potensi kita. “Harus didorong dan dipercepat agar bisa membawa manfaat bagi kita,” kata Jokowi.

Ia juga mengatakan, dari 16 blok migas di Natuna, baru 5 blok yang berproduksi, 7 blok masih dalam tahap eksplorasi, dan 4 blok lainnya dalam proses terminasi.

Oleh karena itu kami mendorong agar proses produksi segera dilakukan, ujarnya.

Menurut Jokowi, ia memerintahkan TNI meningkatkan patroli keamanan di kawasan Natuna untuk melindunginya kedaulatan nasional karena Natuna adalah pulau utama Indonesia dan melindungi sumber daya alam. Rappler.com.

BACA JUGA:

Keluaran Hongkong