Indonesia meminta Myanmar menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sekitar 400 orang diyakini tewas akibat kekerasan di negara bagian Rakhine
JAKARTA, Indonesia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi segera mengambil langkah nyata untuk mencari solusi atas kekerasan yang kembali menimpa etnis Rohingya di Rakhine State. Dari data yang dirilis militer Myanmar, 400 orang tewas dalam kekerasan di sana.
Pada Jumat, 1 September, Retno kemudian melakukan percakapan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Dalam perbincangan yang berdurasi 16 menit itu, keduanya secara khusus membahas aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State.
“Sekjen PBB mengapresiasi peran Indonesia dan berharap Indonesia terus melanjutkan perannya dalam membantu menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine State,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Sabtu, 2 September.
Retno juga mengatakan, segala tindakan kekerasan harus dihentikan dan perlindungan harus diberikan kepada semua pihak, termasuk etnis Rohingya.
Retno dan Guterres pun sepakat mendukung laporan yang dibuat komisi khusus PBB yang dipimpin Kofi Annan. Dalam laporannya, Annan meminta pemerintah Myanmar menghapus pembatasan pergerakan dan aturan pencabutan kewarganegaraan bagi etnis Rohingya. Sebab jika hal ini terus terjadi maka akan menimbulkan tindakan ekstremisme terhadap Myanmar.
Selain itu, dalam laporan Annan disebutkan jika persoalan ini tidak segera diatasi maka akan terjadi proses radikalisasi di kedua komunitas tersebut. Baik pada komunitas Budha yang mayoritas di Myanmar maupun pada etnis Rohingya sendiri.
Kelompok advokasi Hak Asasi Manusia (HAM) juga menyebut sekitar 1,1 juta etnis Rohingya diperlakukan sewenang-wenang oleh militer Myanmar.
“Jika tantangan yang ada saat ini tidak segera diatasi, sikap radikal di kedua komunitas akan menjadi risiko besar,” kata komisi yang beranggotakan sembilan orang itu dalam laporan akhir mereka.
Ratusan orang meninggal
Sekitar 400 orang, sebagian besar adalah warga Rohingya, tewas dalam kekerasan tersebut. Sementara itu, PBB menyebutkan sebanyak 38 ribu orang mengungsi di kawasan perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. Sayangnya, kawasan perbatasan ditutup. Alhasil, banyak di antara mereka yang memilih menyeberang melalui jalur laut.
Mereka yang tidak bisa berenang akhirnya mati. Situasi ini membuat masyarakat khawatir.
Sementara itu, juru bicara PBB meminta semua pihak menahan diri dan menghentikan tindakan kekerasan. Jika tidak, tragedi kemanusiaan akan terjadi.
Guterres juga meminta pemerintah Myanmar memberikan akses kepada berbagai lembaga kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Indonesia juga kembali mencairkan bantuan senilai US$2 juta pada Kamis 31 Agustus. Bantuan ini merupakan bagian dari program Bantuan Kemanusiaan untuk Komunitas Berkelanjutan (HASCO) yang diinisiasi oleh Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM). – Rappler.com