• October 1, 2024
Indonesia meningkatkan komitmen untuk melawan perubahan iklim di #COP21

Indonesia meningkatkan komitmen untuk melawan perubahan iklim di #COP21

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Kami yakin bahwa pada waktunya kita dapat mengembangkan energi alternatif yang melimpah di Indonesia dan juga memulihkan lahan terdegradasi dan wilayah pesisir.”

JAKARTA, Indonesia – Ketika rancangan akhir perjanjian iklim global dirilis pada konferensi perubahan iklim PBB (COP21) di Paris, Indonesia menyatakan keyakinannya bahwa mereka akan mampu memenuhi komitmennya untuk membantu mengurangi pemanasan global.

Rachmat Witoelar, utusan khusus Presiden Indonesia Joko Widodo untuk perubahan iklim, mengatakan bahwa Indonesia mendukung batasan pemanasan 1,5°C dalam kesepakatan tersebut, bukan komitmen sebelumnya sebesar 2°C.

“Iya, kita masih di 2 derajat INDC (Inended Nationally Defeded Contribution) kita, tapi kita akan naik ke 1,5,” ujarnya.

Para ilmuwan mengatakan pembatasan suhu 1,5°C akan memerangi dampak pemanasan global.

“Kami yakin pada saatnya nanti kita bisa mengembangkan energi alternatif yang melimpah di Indonesia dan juga memulihkan lahan terdegradasi dan kawasan pesisir,” tambahnya.

Witoelar juga mengatakan Indonesia sangat aktif dalam perundingan tersebut.

“Indonesia telah menjadi titik tumpu opini baik di negara berkembang maupun negara maju. Indonesia sudah punya strateginya seperti yang saya sampaikan pada sesi pembukaan tingkat tinggi, yaitu Ambisi, Diferensiasi, dan Sarana Dukungan,” ujarnya.

Diakuinya, “Indonesia sadar betul bahwa hasil COP tidak akan maksimal”, namun mengatakan demikian
Sadar bahwa posisinya dapat menjadi landasan bagi negara-negara berkembang maupun maju karena kami menghargai posisi tersebut untuk tidak mempertahankan posisi yang ekstrim.

Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menggambarkan rancangan akhir perjanjian tersebut sebagai sesuatu yang “luas, tahan lama, dinamis, seimbang, dan mengikat secara hukum.”

Teks tersebut sekarang akan diteliti dengan cermat oleh para negosiator, pakar dan pengamat di sini, serta oleh seluruh dunia.

Jika diadopsi, Fabius mengatakan dokumen tersebut – serta COP21 – akan dilihat sebagai “titik balik” dalam sejarah perjuangan global melawan perubahan iklim.

“Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa upaya kolektif kita bernilai lebih dari sekedar tindakan individu,” ujarnya pada sidang pleno.

Indonesia adalah penghasil gas rumah kaca terbesar ke-6 di dunia, dan komitmen iklimnya merupakan bagian penting dari respons global terhadap perubahan iklim. – Rappler.com/dengan laporan dari Agence France-Presse

Sidney prize