Indonesia siap membantu Filipina membangun kembali Marawi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Filipina membutuhkan 2,7 miliar peso atau setara Rp717 miliar untuk membangun kembali Kota Marawi
JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Indonesia menyambut baik kondisi kota Marawi yang telah pulih setelah dijadikan markas kelompok militan untuk melawan pasukan pemerintah. Keadaan Kota Marawi kini berada dalam kondisi hancur pasca perang.
Apalagi berdasarkan data yang dikeluarkan pemerintah, Filipina membutuhkan sekitar 2,7 miliar peso atau setara Rp717 miliar untuk membangun kembali kota Marawi. Indonesia mendukung penuh proses rekonstruksi dan pembangunan di Marawi.
“Indonesia menunggu pemerintah Filipina mengidentifikasi kebutuhan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai menggelar pertemuan tripartit di Manila, Filipina, Minggu sore, 12 November.
Pembahasan rekonstruksi Marawi juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Filipina dan Malaysia di sela-sela KTT ASEAN ke-31. Retno mengatakan, keberhasilan Filipina membebaskan Kota Marawi memberikan pesan kuat bahwa ASEAN kuat dalam memerangi terorisme dan ekstremisme.
“Dan semua itu bisa terwujud berkat kerja sama yang erat,” kata perempuan pertama yang menjabat Menteri Luar Negeri Indonesia itu.
Namun, rekonstruksi dan rehabilitasi bukanlah proses yang mudah untuk dilalui. Namun, Indonesia kembali siap membantu Filipina.
Hal lain yang menjadi fokus Retno adalah membangun sektor pendidikan dan deradikalisasi. Hal ini sejalan dengan keinginan Filipina untuk mengembangkan toleransi melalui pendidikan.
Retno mengatakan Indonesia siap membantu pengembangan kurikulum pendidikan agama, mengirimkan ulama untuk menyebarkan nilai-nilai Islam sebagai pembawa rahmat melalui madrasah. Pemerintah, kata Retno, juga siap memberikan lebih banyak beasiswa bagi pelajar asal Marawi.
Sementara itu, untuk menjalankan proses deradikalisasi di Filipina, Indonesia juga siap berbagi pengalamannya.
“Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) siap memberikan pelatihan bagi aparat penegak hukum dan keamanan dengan kurikulum yang dirancang sesuai kebutuhan (tailored),” ujarnya.
Seluruh inisiatif tersebut dituangkan Retno dalam rancangan Rencana Aksi (Plan van Aksie) dan peta jalan (Road Map) yang secara sistematis memuat kegiatan-kegiatan konkrit kerjasama trilateral. Kegiatan konkrit dibagi menjadi tiga bagian yaitu jangka pendek, menengah dan panjang.
“Dua dokumen selanjutnya akan dibahas secara mendalam pada pertemuan tripartit berikutnya yang rencananya akan digelar di Indonesia awal tahun depan,” ujarnya.
Pertemuan yang digelar di Manila ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan trilateral yang digelar pada Juni lalu. Indonesia, Malaysia dan Filipina sepakat untuk mengadakan pertemuan rutin untuk meningkatkan efektivitas kesepakatan terorganisir lintas batas, khususnya terkait isu terorisme di laut Sulu dan Sulawesi.
Hal itu semua dilakukan karena ketiga negara tersebut merasakan dampak terparah dari aksi penculikan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf. Sedangkan perang di Marawi telah menewaskan 500 orang dan memaksa 400 warga mengungsi. – Rappler.com
BACA JUGA: