• October 2, 2024

Italia sengsara, Inggris butuh keajaiban

JAKARTA, Indonesia — Ada empat permainan besar pada undian babak 16 besar Liga Champions yakni Juventus vs Bayern Munich, AS Roma vs Real Madrid, Chelsea vs Paris Saint-Germain, dan Arsenal vs Barcelona.

Dari hasil undian tersebut terlihat bagaimana klub-klub Italia menghadapi nasib buruk pada undian Liga Champions. Mereka menghadapi tim yang diunggulkan untuk menang.

Juventus misalnya. Juara Serie A itu akan menghadapi Bayern Munich. Bahkan, finalis musim lalu itu diprediksi tak akan mampu mengulangi penampilan fenomenalnya di musim lalu. Pasalnya, sejumlah pemain kunci mereka telah hengkang.

Mereka adalah Andrea Pirlo yang merantau ke Amerika Serikat (Major League Soccer), Carlos Tevez yang pulang kampung, dan Arturo Vidal yang justru menyeberang ke Munich. Padahal ketiga pemain inilah yang menjadi sumber umpan, gol, dan kekuatan lini tengahnya.

Bukti nyata menurunnya performa Juventus tanpa ketiganya adalah performa mereka di Serie A. Dalam sepuluh laga perdananya, klub berjuluk Si Nyonya Tua itu menelan empat kekalahan. Itu merupakan salah satu rekor terburuk Juventus sepanjang sejarah klub.

Memang pasukan Massimiliano Allegri mulai pulih. Perlahan tapi pasti mereka mulai meraih posisi empat besar klasemen. Mereka kini hanya tertinggal enam poin pemimpin (puncak klasemen) Inter Milan.

Allegri memang lambat dalam beradaptasi dengan timnya sepeninggal trio pilarnya. Jika di Serie A mereka membutuhkan lebih dari sebelas pertandingan sebelum bisa bermain bagus, Liga Champions tidak akan sebaik jika menunggu pemain seperti Simone Zaza, Paulo Dybala, Juan Cuadrado dan Hernanes beradaptasi di panggung besar.

Allegri masih beruntung memiliki Sami Khedira, Claudio Marchisio, Paul Pogba, dan Alvaro Morata. Tiga pemain terakhir tampil apik di Liga Champions musim lalu dan saat ini masih memperkuat skuad Juventus.

Namun, mereka tidak akan banyak membantu jika Bayern Munich melawan mereka. Tim kini disebut-sebut telah mencapai level sempurna dalam rencana pelatih Josep “Pep” Guardiola.

Situasi serupa juga dihadapi AS Roma. Mereka menghadapi tembok besar bernama Real Madrid. Setelah gagal musim lalu, Real pasti akan berusaha menambahkan si Telinga Besar (sebutan untuk trofi Liga Champions) ke dalam kotak trofi mereka, menjadikannya yang kesebelas.

Dengan permainan cepat khas Real, Roma akan kesulitan menahan serangan Sergio Ramos dan kawan-kawan. Kekalahan 1-6 melawan Barcelona di babak penyisihan grup menunjukkan bahwa mereka belum siap menghadapi klub dengan lini serang yang kuat dan taktik menyerang yang unggul.

Kabar buruk bagi Roma, tradisi Italia di Liga Champions berpihak pada Real Madrid. Dalam lima tahun terakhir, tim Spanyol sudah lima kali menggagalkan kesuksesan tim asal Pisa tersebut. Musim ini, tradisi tersebut sepertinya akan terulang kembali.

Inggris membutuhkan keajaiban

Hampir senasib dengan klub Italia, wakil Inggris pun menghadapi lawan yang sulit. Arsenal harus menghadapi juara bertahan Barcelona. Sementara itu, Chelsea harus menghadapi juara Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), untuk ketiga kalinya berturut-turut.

Arsenal kerap gagal bergerak saat melawan Barcelona. Dalam tujuh laga di Liga Champions, pasukan Arsene Wenger hanya mampu meraih kemenangan satu kali. Yakni pada 16 Februari 2011 dengan skor 2-1. Selebihnya, mereka kalah 4 kali dan hanya imbang sekali.

Arsenal terakhir kali kalah dari Blaugrana (sebutan Barcelona) pada 8 Maret 2011, juga di babak 16 besar, dengan skor 1-3. Pada laga tersebut, momen yang selalu diingat para pendukung Arsenal adalah saat Robin van Persie diusir wasit karena melempar bola.

Klub nama panggilan Penembak Sepertinya mereka akan kalah lagi musim ini. Andres Iniesta dan kawan-kawan telah banyak berubah sejak terakhir kali mereka mengalahkan mereka. Mereka semakin kuat.

Jika dulu Lionel Messi “hanya” didukung Pedro dan David Villa, kini Messi berkoalisi dengan Neymar dan Luis Suarez. Sering disebut dengan trio MSN (diambil dari huruf pertama nama panggilannya), trio ini bisa dibilang merupakan lini serang paling berbahaya di dunia sepakbola saat ini.

Peluang Arsenal berkurang karena sering tak berkutik melawan tim penguasaan bola dominan. Apalagi jika harus berebut perebutan penguasaan bola lawan. Penyisihan grup membuktikannya saat mereka kalah 5-1 dari Bayern.

Klub asal London Utara itu sebenarnya menang 2-0 melawan klub yang sama di babak pertama. Namun, hal itu terjadi setelah Wenger mengubah gaya menyerang tim menjadi bertahan total.

Lalu bagaimana dengan Chelsea?

Praktisnya, Liga Champions menjadi satu-satunya harapan manajer Jose Mourinho untuk mempertahankan kursinya. Lolos ke babak 16 besar menjadi faktor yang membuat manajemen mempertahankannya. Tapi “urusan” Mourinho banyak.

Jangan berpikir untuk mengalahkan PSG dulu. Menciptakan suasana nyaman di ruang ganti Chelsea adalah tugas yang sangat sulit. Manajer asal Portugal itu menghidupkan kembali hubungan dengan para pemainnya setelah menuduh mereka melakukan “pengkhianatan” menyusul kekalahan 2-1 dari Leicester City di Liga Premier.

Dengan situasi internal yang tak kunjung membaik, PSG kemungkinan besar akan mengulangi penampilan mereka musim lalu dan lolos ke perempat final setelah menahan Chelsea 1-1 di Parc de Princes dan 2-2 di Stamford Bridge.

Dari tiga tim Inggris yang lolos ke babak 16 besar, hanya Manchester City yang punya lawan relatif lebih ringan yakni Dynamo Kiev. Ini adalah pertama kalinya hasil undian Liga Champions menguntungkan pasukan Manuel Pellegrini. Sebelumnya, mereka harus menghadapi Barcelona pada musim 2014-2015 dan 2013-2014—dan keduanya gagal lolos.

Meski demikian, Kiev punya tradisi menjadi kuda hitam di Liga Champions. City tidak bisa menganggap enteng klub yang pernah membesarkan nama Andriy Shevchenko itu.

Tiga pertandingan lainnya

Pada tiga laga lainnya, VfL Wolfsburg, Atletico Madrid, dan Benfica mampu unggul tipis dari lawannya yakni Gent, PSV Eindhoven, dan Zenit Saint Petersburg.

Namun prediksi kami, mereka tidak akan bisa lolos dengan mudah. Gent harus berhati-hati karena mereka bisa bermain lepas. Pasalnya, lolos ke 16 besar saja sudah melebihi ekspektasi mereka. Di babak ini mereka tidak memiliki kewajiban lagi.

Sedangkan PSV membuktikan di babak penyisihan grup bahwa mereka mempunyai mentalitas juara dan tidak mudah dikalahkan. Manchester United dan CSKA Moscow menjadi korban.

Benfica adalah yang paling tidak aman. Meski Zenit sedang berjuang di liga domestik, namun bisa jadi Liga Champions justru menjadi peluang bagi klub asal Rusia tersebut untuk mencari prestasi, seperti yang terjadi pada kasus Chelsea. Mereka akan memainkan semuanya. Padahal, kualitas kedua klub ini tak jauh berbeda. — Rappler.com

BACA JUGA:

Sidney siang ini