• April 20, 2025

Italia vs Spanyol: Perang Dua Komandan Baru

JAKARTA, Indonesia — Usai Piala Eropa 2016, Italia dan Spanyol mengalami nasib serupa. Kedua raksasa sepak bola Eropa itu harus berpisah dengan pelatihnya masing-masing.

Kemarahan Merah harus mengakhiri hubungan penuh gelar dengan Vicente Del Bosque. Selama lebih dari satu dekade, di tangan mantan pelatih Real Madrid itu, Spanyol hampir meraih segalanya. Mereka memenangi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 dan Euro 2012.

Del Bosque akhirnya digantikan oleh pelatih yang jauh lebih muda, Julen Lopetegui.

Italia juga mengalami situasi yang kurang lebih sama. tim nama panggilan Biru perlu penyesuaian lagi pelatih (pelatih) baru Giampiero Ventura. Bedanya, jika Del Bosque lama menangani Spanyol, tidak demikian halnya dengan Antonio Conte, pendahulu Ventura.

Conte mengambil alih Italia setelah mereka dikalahkan di Piala Dunia 2014. Hampir 2 tahun saja Gianluigi Buffon dan kawan-kawan dibesut oleh mantan pelatih Juventus tersebut.

Namun, dalam 2 tahun yang singkat itu, Italia adalah tim yang impresif. Apalagi pada performanya di Piala Eropa 2016. Dianggap sebagai tim terburuk sepanjang sejarah tim, mereka justru mampu mengalahkan Spanyol 2-0 di babak penyisihan grup dan melaju ke babak perempat final.

Di sisi lain, edisi terakhir Spanyol bersama Del Bosque amburadul. Mereka tersingkir sejak putaran kedua Euro 2016.

Dengan situasi tersebut, kedua juru taktik kedua tim jelas ingin memberikan performa meyakinkan untuk timnya. Bahwa penunjukan mereka sebagai komandan tim tidaklah salah.

Pada laga kompetitif pertama, baik Ventura maupun Lopetegui mampu meraih kemenangan. Italia mengalahkan Israel 3-1 sementara Spanyol mengalahkan Liechtenstein 8-0.

Tentu saja kedua lawan mereka bukanlah lawan yang setara. Oleh karena itu dalam Hari pertandingan Dua laga kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018 Grup G, laga kedua kubu di Juventus Stadium, Turin pada Jumat 7 Oktober pukul 01.45 WIB akan menjadi tolok ukur sejauh mana transisi mereka di bawah pelatih baru.

Transisi Italia lebih mudah

Membandingkan Ventura dengan Conte adalah sebuah kesalahan. Apalagi jika melihat trofi yang diraih keduanya. Baik sebagai pemain maupun pelatih. Conte menjadi juara Eropa dan Italia saat masih aktif bermain di Juventus. Di sisi lain, Ventura paling tertahan untuk hanya mampu meraih gelar juara Serie D, tiga kasta di bawah kasta tertinggi Serie A.

Meski begitu, Ventura punya karakter yang membuatnya semakin percaya diri. Saat melatih tim Serie A seperti Bari dan Torino, ia merupakan pelatih yang menawarkan ruang bagi pemain muda.

Pemain-pemain top seperti Matteo Darmian, Ciro Immobile, Lorenzo Insigne, Federico Bernardeschi, Andrea Belotti, Domenico Berardi, Andrea Ranocchia, dan yang kini menjadi pemain senior, Leonardo Bonucci, adalah pemain-pemain besutannya.

Dengan semakin menuanya skuad Italia asuhan Conte – trio BBC Giorgio Chiellini kini berusia 32 tahun, Andrea Barzagli 35 tahun, dan Leonardo Bonucci 29 tahun – masuknya Ventura bisa menjadi cara untuk meremajakan skuad.

Selain itu, tim juga tidak akan kesulitan menyesuaikan diri dengan karakter bermain Ventura. Pasalnya skema pilihannya tak jauh berbeda dengan Conte. Pelatih berusia 68 tahun itu pun lebih memilih memainkan formasi 3-5-2 bersama Torino. Oleh karena itu, kemungkinan besar ia akan memainkan sistem seleksi yang sama saat melawan Spanyol.

Apalagi skema yang sama juga sukses menumbangkan Spanyol 2-0 di Euro 2016.

Ventura bisa melakukannya dengan benar untuk pemain muda di game ini. Salah satu trio BBC, Chiellini, tak bisa diturunkan akibat akumulasi kartu kuning. Pilihannya bisa saja jatuh pada bek muda AC Milan, Alessio Romagnoli yang masih berusia 21 tahun.

“Jika Romagnoli bermain, itu akan menjadi sebuah langkah kecil menuju masa depan. Kami akan tahu apa yang bisa dia lakukan untuk tim,” katanya dikutip dari Football Italia.

Ventura tidak mempermasalahkan suara sumbang yang mengiringi pemain tersebut. Menurutnya, itu adalah pertaruhan. “Sama seperti saat saya memainkan Bonucci dan Ranocchia saat Bari menghadapi Inter. Mereka juga ragu. Tapi itu perjudian,” katanya.

Di sisi lain, Lopetegui harus berusaha lebih keras membangun kembali skuad yang gagal di Euro 2016. Selain itu, paradigma lain diterapkan oleh mantan pelatih (pelatih) Rayo Vallecano.

Jika Del Bosque mendasarkan tulang punggung permainan tim pada Barcelona – terbukti dengan dominasi pemainnya Blaugrana di tim—Lopetegui lebih bervariasi. Pada laga melawan Italia, kemungkinan besar hanya 3 tim raksasa Catalan yang akan diturunkan.

Mereka adalah gelandang Sergi Busquets, Andres Iniesta, dan Gerard Pique.

Sisanya adalah pemain Manchester City, Chelsea, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Posisi striker akan diisi oleh Diego Costa (Chelsea), sedangkan trio gelandang dalam format 4-3-3 adalah Koke (Atletico), Iniesta, dan Busquets.

Dengan latar belakang klub yang beragam, Lopetegui harus bekerja lebih keras lagi. Bahkan jauh lebih sulit dari Del Bosque. Sebab, para pemainnya bermain di klub dengan karakter bermain yang sangat berbeda-beda.

Memang Spanyol tak perlu memaksakan kemenangan menunggu Italia. Apalagi bermain di Turin, Italia sulit dikalahkan. Sebab setelahnya tim Matador akan menghadapi tim lemah Albania. Meski demikian, Lopetegui tak ingin fokusnya terpecah.

“Kami sangat fokus untuk mengalahkan Italia. “Kami akan memikirkan apa yang terjadi setelah itu,” katanya dikutip oleh Markus.—Rappler.com

Hongkong Prize