• November 26, 2024
Itu adalah mimpi di siang hari bolong

Itu adalah mimpi di siang hari bolong

Fredrich mengaku memang memesan ruang perawatan namun dengan datang ke rumah sakit dan bukan melalui telepon

JAKARTA, Indonesia – Fredrich Yunadi membantah memesan lantai ke RS Medika Permata Hijau sebelum Setya Novanto mengalami kecelakaan pada 16 November 2017. Menurutnya, hal itu secara logika tidak mungkin dilakukan karena memesan lantai di rumah sakit tersebut memerlukan informasi dari dokter. .

“Jika Anda pernah dirawat di rumah sakit, bisakah Anda melakukan ini?diskusi kamar tanpa surat keterangan dari dokter? Mustahil. Kalau pernah ke rumah sakit, ada rekamannya (video CCTV), kata Fredrich yang ditemui di kantornya, Kamis sore, 11 Januari, usai kantornya digeledah penyidik ​​KPK.

Dia tidak menolak untuk memesan kamar rumah sakit. Namun hal itu dilakukannya dengan datang ke rumah sakit dan bukan melalui telepon seperti yang dijelaskan KPK.

“Kejadiannya sekitar pukul 08.30 malam. “Silakan, mulutnya di kepala orang, bukan di kepalaku,” ucapnya lagi.

Setya Novanto diketahui mengalami kecelakaan saat kendaraan yang ditumpanginya menabrak tiang lampu pada pukul 18.30 WIB. Karena itu, dia mempertanyakan bukti-bukti yang dimiliki KPK dan menudingnya memesan satu lantai ruang perawatan.

“Dari mana mereka mendapat bukti? Bukti dari mimpi. Saya mencatat bukti. Rekamannya diambil dari Metro TV, karena biasanya saya minta setelah saya cover. “Bisa dijadikan dokumentasi bagi saya,” ucapnya.

Apalagi dia tidak mungkin memesan satu lantai karena ada 8 kamar VIP di lantai 4. Sayangnya, ada empat kamar yang sudah terisi.

“Pak SN itu pasien ke-5. Jadi bohong (tuduhan) kalau booking satu lantai,” ujarnya lagi.

Pernyataan Fredrich diperkuat dengan perkataan Humas RS Medika Permata Hijau, Romi Sukardi. Ia menjelaskan, sulitnya melakukan reservasi di lantai tersebut karena di sana sudah ada pasien lain yang sudah dirawat.

Kalau tidak salah, dia (Setya Novanto) pasien keempat yang dirawat, kata Romi yang dihubungi Rappler melalui telepon.

Harga kamar VIP di rumah sakit tersebut, kata dia, berkisar Rp 1 juta per malam.

Sesuai kode etik

Sementara itu, kuasa hukum Fredrich, Sapriyanto Refa, mengatakan kliennya hanya membela Ketua DPR nonaktif tersebut. Fredrich mengklaim, segala nasihat dan tindakannya dalam membela Setya telah sesuai dengan kode etik seorang pengacara.

Refa pun ragu apakah kliennya punya kemampuan dan akses memanipulasi rekam medis Setya.

“Itu (rekam medis) rahasia pasien dan hanya pasien yang boleh membukanya. “Yang menjaganya adalah rumah sakit dan yang bisa menjaganya adalah dokter,” kata Refa di Gedung KPK, Kamis pagi.

Ia bersama beberapa rekan tim kuasa hukum PERADI kemarin mendatangi Gedung KPK untuk bertemu dengan Direktur Penyidikan dan penyidik ​​​​yang menangani kasus kliennya. Namun, tidak satupun dari mereka ada di sana. Kalaupun ada, tidak bisa ditemukan sesuka hati dan harus membuat janji.

Refa menjelaskan, ia akhirnya meninggalkan surat yang meminta agar pemeriksaan terhadap Fredrich ditunda sementara hingga ada keputusan dalam sidang kode etik kejaksaan. Jadwal sidang etik sendiri, kata Refa, belum ditentukan hari dan tanggalnya.

“Iya kalau bisa secepatnya (akan diadakan sidang etik),” ujarnya.

Dua poin yang dibahas dalam sidang etik tersebut adalah rumor pemesanan kamar rumah sakit dan pemalsuan data rekam medis.

“Kami memberikan masukan apa saja permasalahan yang ada di KPK, apakah masuk kategori pelanggaran etik atau tidak,” ujarnya.

Soal kehadiran Fredrich di KPK, Refa mengaku masih belum mengetahuinya. Sebab keputusan hadir atau tidaknya sepenuhnya ada di tangan Fredrich. Rencananya Fredrich dan Bimanesh akan dipanggil penyidik ​​sebagai tersangka pada Jumat, 12 Januari. – dengan pelaporan oleh Santi Dewi/Rappler.com

Togel Singapura