Jangan sampai Indonesia menjadi khilafah Islam
- keren989
- 0
GP Ansor mengaku memiliki bukti adanya kegiatan HTI yang melakukan gerakan politik untuk mengubah bentuk negara kesatuan Republik Indonesia.
BANDUNG, Indonesia – Gerakan Pemuda (GP) Ansor semakin menegaskan posisinya sebagai organisasi masyarakat yang berpihak pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Oleh karena itu, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta seluruh kader Ansor dan Banser yang tergabung dalam Badan Otonomi Nahdatul Ulama (NU) menjadi garda terdepan dalam negara kesatuan Republik untuk membela Indonesia.
Yaqut juga meminta kadernya melawan kelompok yang berniat merusak negara kesatuan Republik Indonesia dan mengubah ideologi negara Pancasila.
“Jika kita bertemu massa seperti itu, massa yang ingin mengubah negara ini, jangan pernah bertindak sendiri. Laporkan ke pihak keamanan. Tapi ketika aparat keamanan diam, kita harus menjadi garda depan bela negara ini,” kata Yaqut saat berorasi di Tugu Perjuangan Jabar memperingati HUT GP Ansor ke-83, Rabu, 10 Mei.
Seruan tersebut disambut dengan teriakan “melawan” oleh sekitar 1.000 anggota Ansor dan Banser yang hadir dalam acara bertajuk “Seruan Nasional”. Bahkan ada yang meneriakkan “Bubar HTI, Bubarkan FPI”.
Saat berpidato, Yaqut juga menyampaikan pesan kepada kelompok yang berniat mengubah bentuk negara Indonesia. Menurut Yaqut, bentuk negara Indonesia sudah sah dan final dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Menurut Yaqut, bentuk negara Khilafah Islamiyah merupakan bentuk negara yang belum diketahui di Indonesia.
“Kepada pihak-pihak yang mengancam negara ini, kepada pihak-pihak yang ingin mengubah dasar negara ini, kami ingatkan baik-baik, negara ini sah, menurut syariat, tidak perlu ada upaya untuk mengubahnya menjadi bentuk negara lain. Apalagi bentuk Khilafah Islami belum kita ketahui,” ujarnya.
Yaqut mengatakan, jika kelompok tersebut tetap ngotot dan bertekad mengubah bentuk negara, maka GP Ansor akan menantang kelompok tersebut. Salah satu contoh kelompok yang dimaksud Yaqut adalah organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Menurutnya, HTI jelas merupakan organisasi yang berniat mengubah bentuk negara kesatuan Republik Indonesia menjadi Khilafah Islam. Yaqut mengaku memiliki sejumlah data mengenai aktivitas HTI yang beberapa kali melakukan gerakan politik yang melemahkan ideologi negara. Salah satunya, saat HTI mengumpulkan sekitar 200 ribu kadernya di Gelora Bung Karno dalam beberapa tahun terakhir.
“Di sana mereka berjanji akan menegakkan Khilafah Islamiyah di Indonesia. Kalau khilafah tegak maka NKRI bubar,” ujarnya.
Mempelopori
Meski HTI dibubarkan pemerintah pada 8 Mei lalu, namun organisasi ini patut diwaspadai karena proses pembubarannya tidak disahkan oleh pengadilan. Ia mengatakan, sekitar 1,7 juta kader Ansor dan Banser di seluruh wilayah di Indonesia akan bergerak melawan gerakan-gerakan yang mengganggu eksistensi NKRI di berbagai lini.
Yang tidak kalah penting, Ansor akan melakukan regenerasi secara berkesinambungan, karena dengan regenerasi pasukan kita akan semakin membela negara, ujarnya.
Menurut Yaqut, Ansor dan Banser sebagai karang taruna NU menjadi ujung tombak dalam melawan gerakan anti NKRI, karena sasaran HTI adalah generasi muda.
Makanya kita kerahkan mereka (kader Ansor dan Banser) lebih agresif, saya minta mereka sekarang ofensif dan lebih rajin turun, ”ujarnya.
Selain dihadiri ribuan kadernya, upacara GP Ansor Nasional juga dihadiri Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan dan Pangdam Siliwangi Mayjen Muhammad Herindra yang bertindak sebagai Irjen gabungan. upacara.
Usai apel, kata Anton, Upacara Nasional bertujuan untuk menyatukan kembali tekad dan motivasi seluruh pihak yang ingin mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia.
“Kita sebagai bangsa bersikukuh bahwa kita harus bersama-sama menjaga NKRI,” ujarnya.
Sementara terkait pembubaran HTI, Anton mengatakan TNI dan Polri siap memastikan kebijakan pemerintah. Menurut dia, pemerintah mempunyai alasan dan tujuan terkait pembubaran ormas Islam tersebut.
“Ini kebijakan pemerintah, Polri dan TNI hanya sebagai penegak lapangan untuk memastikan kebijakan pemerintah. Jadi kalau harus dibubarkan ya kita bubar, apalagi dibekukan, kita dibekukan,” kata Anton. – Rappler.com