• November 23, 2024

Jelajahi makna di balik pertemuan Jokowi-Prabowo

Joko “Jokowi” Widodo bukanlah politisi biasa. Gaya bicaranya yang spontan dan blak-blakan, serta gerak tubuh yang terkadang janggal, membuat namanya terkenal di kancah politik nasional sekitar empat tahun lalu saat ia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Kerendahan hatinya merupakan kebalikan dari sikap kaku dan kolot yang ditunjukkan para politisi lama kita. Buktinya, sesaat setelah resmi dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2014, Jokowi tak segan-segan mendekati lawan politiknya, mantan jenderal bintang tiga Prabowo Subianto.

Senin, 31 Oktober lalu, ia kembali menunjukkan gaya politik uniknya. Setelah dua tahun berkuasa, Presiden Jokowi kembali mengunjungi Prabowo, kali ini di kediaman Prabowo di kawasan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pertemuan keduanya berlangsung hangat, jauh dari kesan formal dan serius. Bahkan Jokowi menyempatkan diri menunggangi kuda Prabowo, usai keduanya ngobrol saat makan siang.

(FOTO: Jokowi dan Prabowo menunggang kuda membahas keamanan negara)

Di tengah meningkatnya suhu politik menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2017, termasuk ancaman demonstrasi besar-besaran yang dikenal dengan Aksi Bela Islam pada Jumat, 4 November, pertemuan Jokowi-Prabowo ibarat oase di tengah konflik. gurun.

Ada beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari pertemuan kedua tokoh politik ini.

Pertama, persahabatan dan persaudaraan tidak boleh pudar hanya karena persaingan politik. Bentuk komunikasi yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo, meski terkadang keduanya terlihat canggung saat di depan awak media, patut diapresiasi. Hanya pemimpin yang mempunyai jiwa agung dan kenegarawanan tinggi yang mampu melakukan hal tersebut.

Kita tidak melihat hal serupa terjadi antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri, misalnya. Sudah bukan rahasia umum lagi jika kedua mantan presiden tersebut memiliki hubungan yang tidak harmonis. Kemenangan SBY – mantan menteri era Megawati – pada Pilpres 2004 dinilai Megawati sebagai pengkhianatan. Selama 10 tahun SBY menjabat presiden, publik tak pernah ditawari pertemuan mesra keduanya.

Kedua, politik hanyalah alat untuk mencapai tujuan, namun tentu saja bukan akhir dari segalanya. Dalam dunia politik, apalagi dalam sistem politik yang berbasis demokrasi, menang atau kalah adalah hal yang lumrah. Pihak yang menang tidak boleh berbangga dan berbangga berlama-lama karena roda dunia selalu berputar, pemenang tidak selalu berada di atas. Sedangkan pihak yang kalah tidak boleh berkutat pada perasaan sakit hati, menyimpan dendam, dan menjauhkan diri.

Tentunya setelah dua tahun menduduki Istana, Jokowi akhirnya menyadari betapa sulitnya memimpin negara sebesar Indonesia dengan berbagai permasalahan dan tantangan. Dari sisi perekonomian misalnya, Jokowi harus menghadapi kenyataan bahwa perekonomian Indonesia sedang terseret oleh perlambatan ekonomi global, dimana terjadi anjloknya harga-harga komoditas utama Indonesia.

Di sisi lain, meski kalah dalam pemilu presiden tahun 2014, Prabowo tetap mampu berperan aktif dalam politik nasional melalui partai politik yang dipimpinnya, yakni Gerindra. Gerindra bisa dikatakan satu-satunya partai yang lantang mendeklarasikan diri menentang pemerintah. Oposisi tentu diperlukan dalam sistem politik suatu negara karena mempunyai peran dalam mengawasi penguasa.

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama politik, atau setidaknya merupakan cita-cita.

Apa yang disampaikan Prabowo kepada wartawan yang meliputnya sungguh menggugah masyarakat luas. “…Kita adalah negara dengan banyak suku, banyak agama, (dan) banyak ras. Semuanya, kalau ada masalah, mari kita selesaikan dengan tenang, damai,” kata Prabowo.

Ketiga, komunikasi baik yang terjalin antara Jokowi dan Prabowo membuat peta politik nasional semakin menarik dan sulit ditebak.

Seperti kita ketahui, pertarungan politik Pilkada Serentak tahun depan yang paling ditunggu-tunggu seluruh masyarakat Indonesia adalah perebutan kursi orang nomor satu di DKI Jakarta. Menariknya, ketiga pasangan yang bersaing sama-sama mendapat dukungan dari tiga poros politik terkuat di Indonesia saat ini.

Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat mendapat dukungan dari mantan Presiden Megawati dan PDIP. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno didukung oleh Prabowo dan Gerindra, sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni didukung oleh mantan presiden SBY dan Partai Demokrat.

Meski selalu menyatakan netral, wajar jika Jokowi cenderung mendukung Ahok yang merupakan wakilnya saat masih menjadi Gubernur Jakarta.

Satu hal yang menarik untuk dicatat adalah bahwa SBY menggunakan pemilu daerah di Jakarta sebagai cara untuk mengatakan bahwa ia belum selesai. Melalui putra pertamanya yang harus mengorbankan karir militernya, SBY ingin terus memberikan pengaruhnya di kancah politik Indonesia.

Dengan baik-baiknya hubungan antara Jokowi dan Prabowo, bukan tidak mungkin jika keduanya kemudian memutuskan untuk membentuk kekuatan politik baru, apapun bentuknya tentu belum bisa kita prediksi. Hal ini mungkin terjadi karena, misalnya, selama ini hubungan Jokowi dengan SBY kurang baik.

Dalam beberapa kesempatan, keduanya justru saling melontarkan sindiran. Kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir yang kembali mengemuka, menimbulkan sejumlah ketidakharmonisan di antara keduanya.

Sementara kita tidak bisa memprediksi sampai kapan Jokowi bisa setia kepada Megawati. Dengan semakin kuatnya pengaruh Jokowi baik di kancah politik nasional maupun di internal PDIP, suatu hal yang bukan tidak mungkin mengingat saat ini Jokowi merupakan presiden dengan tingkat kepuasan masyarakat yang cukup tinggi, bukan tidak mungkin jika Jokowi tiba-tiba memutuskan keluar dari jabatannya. Bayangan Megawati.

Dan jika itu terjadi, bukan tidak mungkin jika Jokowi dan Prabowo bersatu. Tidak ada yang mustahil dalam politik, semuanya dinamis. —Rappler.com

Tasa Nugraza Barley adalah konsultan komunikasi yang pernah menjadi jurnalis di sebuah surat kabar berbahasa Inggris di Jakarta selama dua tahun. Dia suka membaca buku dan bertualang, dan dia sangat menikmati rasa kopi yang diseduh. Ikuti Twitter-nya @garsbanget

Data Sidney