• November 23, 2024

Jenazah pendekar Pegunungan Kendeng dimakamkan dalam suasana haru

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Patmi sedianya kembali ke Pati pada Selasa lalu, namun ia mengeluhkan badannya yang tidak nyaman.

JAKARTA, Indonesia (DIPERBARUI) — Jenazah Patmi, aktivis lingkungan hidup yang memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng, dimakamkan di Desa Larangan pada Selasa malam, 21 Maret. Ambulans yang membawa jenazah Patmi tiba dari Jakarta sekitar pukul 20.20 WIB.

Jenazahnya disambut ratusan warga warga sekitar yang berkumpul di rumah keluarga di Desa Larangan, RT 3 RW 1, sejak sore. Keluarga tersebut menangis tersedu-sedu setelah peti mati dibuka oleh kerabatnya untuk memastikan bahwa di dalamnya terdapat jenazah Patmi.

Jenazah Patmi kemudian dimakamkan di desa setempat yang berjarak 1 kilometer dari rumah duka. Putra almarhum, Sri Utama, mengaku sama sekali tidak menyangka sebelum ibunya meninggal.

Ia awalnya mengaku tak bisa menerima kepergian ibunya. Namun perlahan mereka mulai menerima kenyataan bahwa Patmi datang ke Jakarta untuk berperang.

Aktivis lainnya, Gunretno mengungkapkan, dirinya kaget saat mengetahui rekannya, Patmi, meninggal dunia. Sebab selama berada di Jakarta, ia selalu dekat dengan Patmi.

Saya juga ingin menginformasikan bahwa almarhum di Jakarta dalam keadaan sehat, ujarnya lagi.

Gunretno mengaku juga memberi tahu suami Patmi soal kematian istrinya.

Suaminya memberi izin untuk memperjuangkan pegunungan Kendeng, katanya lagi.

Dia diyakini meninggal karena penyakit jantung

Patmi meninggal dunia pada Selasa 21 Maret dini hari sekitar pukul 02.55 WIB dalam usia 48 tahun. Dia dilaporkan mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Ibu Patmi adalah salah satu perempuan petani yang gigih menentang keberadaan pabrik semen. Antara lain, ia ikut serta dalam pengecoran sejumlah kaki di depan Istana Negara sebagai bentuk perlawanan terhadap pabrik semen.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Patmi sedianya dijadwalkan kembali ke Pati pada Selasa pagi, 21 Maret 2017. Itu sebabnya gips kakinya dibuka pada Senin malam. Dokter sebelumnya juga telah memeriksa kesehatan Patmi dan menyatakan dalam keadaan sehat.

Namun usai mandi Selasa dini hari, sekitar pukul 02.30 WIB, tiba-tiba Patmi mengeluhkan rasa tidak nyaman di tubuhnya. Dia kemudian mengalami kejang dan muntah.

Ia langsung dilarikan ke RS St Carolus, Salemba, Jakarta. Namun, dia menghembuskan nafas terakhirnya sebelum sempat tiba di rumah sakit. St. Carolus menjelaskan, Patmi meninggal dunia diduga serangan jantung sekitar pukul 02.55 WIB.

“Warga Kendeng berduka. “Nyonya. Patmi meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit,” demikian keterangan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Selasa 21 Maret.

Jenazah Patmi kemudian dipulangkan ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati pada Selasa pagi. “Semoga kepergiannya menjadi semangat kita untuk menyelamatkan pegunungan Kendeng,” tulis JMPPK.

Saat ini petani Kendeng masih melakukan aksi protes di depan Istana Negara. Mereka melakukan pengecoran tulang sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan pabrik semen.

Kemarin, pemerintah memanggil perwakilan petani kendeng. Namun pertemuan tersebut berakhir dengan kebuntuan. Petani Kendeng pun kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara. —Rappler.com

unitogel