Jerman vs Prancis: Jaga semangat tuan rumah tetap hidup
keren989
- 0
Jerman yang difavoritkan di awal turnamen, kini menghadapi Prancis yang tampil sebagai tim paling produktif di Euro 2016.
JAKARTA, Indonesia – Prancis belum tampil meyakinkan di awal Euro 2016. Namun, kini mereka menjadi tim yang paling berpeluang meraih gelar juara.
Pada laga semifinal di Stade Velodrome, Marseille, Jumat 8 Juli pukul 02:00 WIB dini hari, lawannya, Jerman, masih banyak mendapat kendala di lini depan.
Ya, lini depan tim mendapat julukan tersebut Tim itu tidak efektif. Mereka memang memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak 7 gol. Namun dibandingkan Prancis, tim besutan Joachim Loew tertinggal jauh. Pasukan Didier Deschamps mencetak 11 gol.
Memang timnas Jerman punya soliditas pertahanan yang jauh lebih baik. Hingga lima laga berlalu, Bastian Schweinsteiger dan kawan-kawan hanya kebobolan 1 gol. Sedangkan Prancis mencetak 4 gol.
Namun permasalahan utama Jerman belum terselesaikan: Efisiensi di lini depan. Dari 4 tim yang melaju ke babak semifinal, mereka termasuk yang paling banyak melakukan tembakan ke gawang dengan 40 tembakan. Tapi hanya 31 yang melakukannya tepat sasaran atau 77 persen.
Jika Jerman mencetak 7 gol, berarti persentase konversinya hanya 17 persen.
Angka tersebut jelas jauh dari Perancis. Mereka melepaskan 31 tembakan dengan 29 di antaranya tepat sasaran (93 persen). Konversi tembakan menjadi gol juga tinggi, mencapai 35 persen.
Sorotan terhadap lini depan Jerman yang tidak efisien terutama tertuju pada Thomas Mueller. Penyerang Bayern Munich itu melepaskan 16 tembakan. Tapi, nihil gol.
Namanya bahkan masuk dalam daftar penyerang paling mubazir dari 4 tim semifinalis atau menduduki peringkat kedua dari seluruh peserta. Mueller jadi sasaran kritik karena dari 16 tembakan, hanya 4 atau 25 persen yang berhasil tepat sasaran.
Penampilan terbaiknya hanya saat melawan Irlandia Utara di babak penyisihan grup. Meskipun dia tidak mencetak gol, dia memberi membantu melawan pembom utama Mario Gomez. Dalam pertandingan itu dia juga mencetak satu tembakan tepat sasaran kedua sepanjang kompetisi.
Situs Whoscored mencatat Mueller menjadi pemain dengan tembakan ke gawang terbanyak (2 gol).
Lantas mengapa Muller menjadi sorotan?
Pemain berusia 26 tahun ini harus memikul beban mencetak gol untuk timnya. Pasalnya Gomez tidak bisa bermain karena cedera. Situasi ini cukup berbahaya karena pilihan Loew di lini depan hanya Lukas Podolski dan Mueller.
Dengan pengalaman dan kemampuannya (ditambah usia Poldi – sapaan akrab Podolski – yaitu 31 tahun), Mueller nampaknya akan menjadi pilihan utama Loew.
Jadi jika tak bisa menemukan ketajamannya lagi, Jerman bisa saja mengulangi nasibnya di Euro 2012: tersingkir di semifinal.
Memanfaatkan kerapuhan pertahanan Prancis
Meski demikian, bukan berarti Mueller tak punya peluang. Loew tentu menyadari bahwa ketajaman tidak selalu berkorelasi dengan gelar juara. Faktanya, kekuatan mereka kini ada di pertahanan.
Mueller bisa memanfaatkan pertahanan Prancis yang relatif longgar. Apalagi Prancis jelas akan bermain lebih terbuka. Sebab pemain utamanya adalah pemain sepak bola yang mempunyai paradigma sangat agresif.
Mulai dari ujung tombak Olivier Giroud, Dimitri Payet, Antoine Griezmann, hingga Paul Pogba. Hanya N’Golo Kante yang lebih konservatif dengan banyak bermain di lini belakang.
Tidak mengherankan, rata-rata gol Perancis adalah yang tertinggi: 2,2 gol per pertandingan.
“Yang menarik dari Prancis adalah mereka sangat fleksibel dalam menyerang. Hal ini dapat memberikan tekanan pada lawan. Tidak hanya di area penalti, tapi juga di lini tengah.” kata Loew seperti dikutip UEFA.com.
Melawan tim yang sangat agresif sebenarnya bukan hal baru bagi Loew. Pelatih yang mendampingi timnas sejak 2008 ini merupakan sosok yang cukup mudah beradaptasi. Buktinya saat mengalahkan Italia di perempat final. Loew menirukan strategi Italia dengan formasi 3-5-2.
Jerman juga lebih bisa mengontrol permainan. Catatan statistik UEFA.com menyebutkan juara Euro tiga kali itu menjadi tim yang paling banyak menguasai bola (63 persen). Sebaliknya, Perancis hanya 56 persen.
“Kami akan melawan Prancis dengan kekuatan kami. Pertahanan yang kuat dan bertarung sebagai satu kesatuan yang solid. Kami harus menjaga soliditas pertahanan dan menutup ruang. “Karena Prancis bisa sangat cepat dan dinamis,” kata Loew.
Opsi bertahan dan membiarkan Prancis mengambil inisiatif menyerang mungkin menjadi strategi terbaik Jerman. Setidaknya di awal permainan. Sebab, daftar pemain yang absen pun tidak main-main.
Selain Gomez, mereka akan kehilangan Benedikt Howedes di lini belakang yang patut dipertanyakan. Gelandang bertahan Sami Khedira juga cedera. Bek utama Mats Hummels justru terkena akumulasi kartu kuning.
Sebaliknya, itu adalah Perancis tim penuh. Deschamps tak perlu melakukan banyak perubahan pada tim yang menghancurkan Islandia 5-2.
Tepinya akan kembali berdiri dalam barisan setelah melewatkan pertandingan melawan Islandia.
Pemain Leicester City itu kembali pahlawan tanpa tanda jasa alias pahlawan tak kasat mata Perancis. Whoscored mencatat, Kante menjadi pengumpan terakurat ketiga di Euro 2016. Selain itu, sama seperti di Premier League, rekor intersepsinya cukup tinggi: rata-rata 3,3 per pertandingan.
Kehadiran Kante akan mengganggu umpan-umpan pendek khas Jerman.
“Jerman adalah tim yang suka mendominasi. Pegang bola lebih lama. Tentu kita tidak bisa bertahan begitu saja. “Tapi kami mampu menciptakan peluang dan mencetak gol,” ujarnya Deschamps.—Rappler.com
Baca laporan lengkap Rappler tentang Euro 2016: