Jokowi butuh dukungan untuk menyelesaikan kasus 1965
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
HRW mengatakan ada unsur-unsur di pemerintahan dan pejabat yang ingin memperbaiki sejarah ini dan tetap terkubur bersama jenazah para korban pembantaian tahun 1965.
JAKARTA, Indonesia—Presiden Joko “Jokowi” Widodo membutuhkan dukungan dari dalam dan luar negeri untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang serius di masa lalu, termasuk pembunuhan massal tahun 1965, kata Human Rights Watch (HRW).
Keberhasilan upaya Jokowi memulai proses penyelesaian kasus kejahatan terhadap kemanusiaan tahun 1965 memerlukan dukungan dan pengakuan yang kuat terhadap tantangan yang dihadapinya, kata Wakil Direktur HRW Asia Phelim Kine di situs lembaga tersebut, Rabu, 27 April.
Apa saja tantangan yang ada? Dari melawan narasi umum hingga kelompok agama.
“(Keputusan) ini mengancam narasi umum yang telah menghambat para korban dan anggota keluarga mereka,” kata Philem.
Menurut Philem, masih ada unsur pemerintah dan pejabat yang ingin mengoreksi sejarah yang terpendam dalam jenazah korban pembantaian tahun 1965.
Hal itu terlihat dari sikap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan pada pembukaan Simposium Nasional 1965, Senin, 18 April.
Menteri yang terbilang senior itu membantah jumlah korban berkisar antara 500 ribu hingga 1 juta orang. Menurut dia, jumlah korban tragedi berdarah tersebut jauh di bawah angka tersebut.
Phelim menggambarkan sikap Luhut sebagai sikap skeptis terhadap temuan sebelumnya soal jumlah korban.
Tantangan lainnya, lanjut Phelim, adalah kelompok agama tertentu yang mempunyai pengaruh kuat, seperti Majelis Ulama Indonesia.
Lembaga ini termasuk yang khawatir penyelesaian kasus 1965 dengan menggali kuburan massal akan membangunkan macan tidur. Harimau yang dimaksud adalah simpatisan komunis.
Pihak-pihak di atas, kata Phelim, selalu mengatakan jika ada upaya untuk menyelesaikannya maka komunisme akan bangkit.
“Kurangnya dukungan dari para menteri senior dan birokrasi pemerintah dapat menggagalkan rencana Jokowi untuk mendokumentasikan data kuburan massal,” kata Phelim.
Sebelumnya, usai bertemu Presiden Jokowi, Senin, 25 April, Menteri Luhut mengatakan kepada media bahwa dirinya diperintahkan mencari kuburan massal korban tragedi 1965.
“Tadi Presiden mengatakan bahwa dia disuruh hanya mencari kuburan massal. Jadi selama puluhan tahun kami selalu diberi makan bahwa ratusan ribu orang meninggal. “Bahkan sampai saat ini kami belum pernah menemukan kuburan massal,” kata Luhut.
Ia bahkan meminta lembaga swadaya masyarakat yang memiliki data tersebut untuk menyerahkannya kepada jajaran Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. “Kalau begitu, saya ikut dia (NRO),” ucapnya sambil memaksakan diri.
Namun aktivis 1965 mengingatkan bahwa negara harus menjamin keamanan data tersebut. Jangan biarkan bukti apa pun rusak. —Rappler.com
BACA JUGA