• November 26, 2024
Kado terindah untuk Romeo kembali ke habitat aslinya

Kado terindah untuk Romeo kembali ke habitat aslinya

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Romeo menunggu lebih dari 24 tahun untuk bisa kembali merasakan hidup di habitat aslinya karena menderita hepatitis B

SAMARINDA, Indonesia – Hari Lingkungan Hidup tahun ini menjadi momen penting bagi Romeo, orangutan penderita hepatitis B yang sebelumnya dikarantina oleh Yayasan Penyelamatan Orangutan Kalimantan (BOS Foundation). Romeo akhirnya mendapat kesempatan pra-pelepasliaran di sebuah pulau di kawasan Samboja, Kalimantan Timur.

Sebelumnya, Romeo harus mendapat pengawasan ekstra karena mamalia tersebut diketahui mengidap hepatitis B setelah kembali dari Taiwan 24 tahun lalu. Alhasil, Romeo harus menjalani perawatan ekstra sebelum akhirnya dibebaskan pada 5 Juni. Hal ini dilakukan setelah memastikan Romeo tidak membahayakan populasinya di alam liar.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Sunandar Trigunajasa mengatakan, pihaknya sangat serius dalam upaya mengembalikan orangutan ke habitat aslinya. Karena pada dasarnya orangutan memang ditakdirkan untuk hidup bebas di dalam.

“Mengingat status konservasinya yang saat ini tergolong ‘critically endangered’, maka kita semua termasuk saya dan staf Balai KSDA Kalimantan Timur harus meningkatkan upaya pelestarian orangutan dan habitatnya. “Hari ini kami pindahkan satu ekor jantan dan sebelumnya dua betina,” kata Sunandar, Rabu, 7 Juni.

BKSDA Kalimantan Timur tidak bekerja sendiri dalam menyelamatkan satwa khas Kalimantan ini, namun juga mendapat dukungan penuh dari organisasi eksternal seperti organisasi mitra seperti BOS Swiss, BOS Jerman, BOS Australia dan The Great Projects. Hasilnya cukup memuaskan.

Pada semester I tahun 2017, sebanyak 13 ekor orangutan berhasil dikembalikan ke habitat aslinya melalui proses yang panjang. Namun menurut Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS, upaya mereka terkendala faktor lingkungan, karena saat ini di Kalimantan Timur sulit menemukan hutan dengan luas dan kriteria yang sesuai dengan kebutuhan orangutan.

Akibatnya, banyak orangutan yang terpaksa dikurung di kandang karantina.

“Program pelepasliaran kami terhenti selama 10 tahun karena tidak tersedianya hutan untuk menampung orangutan dari pusat rehabilitasi. Hal ini menyebabkan ratusan orangutan menumpuk di perahu yang sama dengan Romeo dan menunggu kebebasan, kata Jamartin, Jumat, 9 Juni.

Saat ini, hanya Hutan Kehje Sewen yang cocok dijadikan satu-satunya tempat pelepasliaran orangutan. Sayangnya, hutan ini sudah tidak mampu lagi menampung orangutan. Faktanya, masih ada sekitar 100 orangutan lainnya yang akan dilepasliarkan.

“Kami membutuhkan dukungan untuk mendapatkan hutan lainnya. “Kita juga membutuhkan jasa lingkungan dari hutan seperti air bersih, udara, dan keseimbangan iklim,” ujarnya.

Dengan adanya orangutan di hutan, mereka dapat meningkatkan dan menjaga kualitas hutan. Jika kita ingin hutan tetap lestari, maka masyarakat juga harus menjaga keberadaan orangutan.

Sayangnya, banyak orangutan yang diburu dan sengaja dibunuh karena dianggap hama. – Rappler.com

Toto SGP