• November 23, 2024
Kalau paham aksi 212 apakah akan damai?

Kalau paham aksi 212 apakah akan damai?

JAKARTA, Indonesia – Ratusan ribu umat Islam akan membanjiri Jakarta pada Jumat, 2 Desember. Mereka akan menghadiri aksi doa bersama di Lapangan Monas, Jakarta Pusat yang bertajuk ‘Aksi Bela Islam III’.

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang bertajuk serupa, masing-masing pada tanggal 14 Oktober dan 4 November. Tuntutannya masih sama, agar Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama segera dipenjara.

Aksi yang dipimpin Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Islam (GNPF MUI) itu menuntut polisi memproses kasus dugaan penodaan agama yang dilakukan Ahok. Meski yang bersangkutan akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, Muhammad Rizieq Shihab atau biasa disapa Habib Rizieq ingin agar Ahok dijebloskan ke penjara. GNPF MUI menilai pembebasan Ahok meski berstatus tersangka merupakan hal yang aneh dan tidak adil.

Sejauh ini seluruh tersangka terkait pasal 156a KUHP (penodaan agama) langsung ditahan, kata Juru Bicara FPI Munarman. (BACA: Tuntut Ahok Ditahan, GNPF MUI Gelar Demo Bela Islam Jilid 3)

Mereka awalnya berencana membentangkan sajadah di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Semanggi untuk melaksanakan ibadah. Namun setelah dilakukan pertemuan dengan polisi, lokasinya diubah menjadi Monas.

Dalam kesepakatan bersama kedua pihak, Rizieq meyakinkan masyarakat bahwa aksi tersebut akan berlangsung damai. Peserta hanya akan beribadah berjamaah, mulai pukul 08.00 hingga selesai salat Jumat.

Usai salat Jumat, para pimpinan akan menyapa jamaah yang hadir kemudian memulangkannya dengan tertib. Namun pada poin terakhir kesepakatan disebutkan bahwa apabila terjadi sesuatu yang tidak terduga di luar lokasi aksi, maka hal tersebut tidak termasuk dalam Aksi Bela Islam Ketiga.

Dan GNPF tidak bertanggung jawab, kata Rizieq.

Itu dilarang

Meski akhirnya membiarkan aksi tersebut terjadi, namun Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebelumnya telah melarang aktivitas tersebut berlangsung. Alasannya, dia mencium agenda makar dalam aksi protes tersebut.

Kegiatan ini tidak berlangsung di Monas, melainkan di depan Gedung DPR. “A“Ada upaya terselubung dari berbagai kelompok yang ingin masuk ke DPR dan mencoba, mengutip, menguasai DPR,” ujarnya, 21 November. Selain itu, aktivitas yang semula akan berlangsung di jalan raya itu juga mengganggu ketertiban umum sehingga polisi berhak melarangnya.

Namun tudingan makar ini justru menjadi bumerang. Sejumlah pihak, termasuk Komisi III DPR, menilai Tito terlalu terburu-buru dalam menyampaikan pernyataannya. “Jangan membeberkan informasi yang masih mentah, internalisasikan, pelajari, cross check bila perlu, cegah jika konstitusional. Saya rasa itu tidak perlu diajarkan. “Jangan ngaku memprovokasi masyarakat,” kata Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

Ia pun mengaku belum mengetahui rencana pendudukan DPR yang dilakukan pengunjuk rasa dan tidak terlalu khawatir. Menurut dia, ada mekanisme yang harus dipenuhi oleh pengunjuk rasa jika ingin menyampaikan aspirasinya di DPR.

“Saya pikir itu aman. TIDAK khawatir,” kata politikus Partai Gerindra itu.

Kelompok pengunjuk rasa lainnya

Meski GNPF MUI menjanjikan aksi damai, namun bukan hanya mereka saja yang melakukan protes. Beberapa tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Selamatkan NKRI juga akan bergerak ke DPR untuk meminta sidang khusus.

Penggagasnya adalah putri presiden pertama Sukarno, Rachmawati Sukarnoputri dan musisi Ahmad Dhani. Menurut mereka, sistem politik dan ekonomi Indonesia saat ini terlalu liberal.

Komitmen Jokowi untuk mewujudkan Indonesia berdaulat dan bebas ketergantungan asing tidak pernah terwujud. “Hal itu memang sulit dilakukan jika kita masih terjebak dalam payung konstitusi negara saat ini, yakni UUD 1945 hasil amandemen,” kata Rachmawati. siaran pers disediakan Kamis, 1 Desember di Jakarta.

Selain itu, mantan aktivis 98 Sri Bintang Pamungkas juga merencanakan hal serupa. Ia dan gerakan bernama People Power 2016 juga berencana melakukan hal tersebut, menduduki DPR/MPR dan menuntut perubahan UUD 1945 dari versi amandemen ke versi asli.

“Kami juga meminta MPR mengadakan sidang khusus untuk mencabut amanah Jokowi (Presiden Joko Widodo) dan JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla),” ujarnya, Rabu 30 November di Rumah Kedaulatan Rakyat, Jakarta.

Saat ditanya apakah ini gerakan makar, salah satu pengurus gerakan, Yudi Syamsudi Suyuti, membantahnya. “Menurut KUHP, makar adalah penggunaan senjata terhadap pemerintah yang sah. “Kami mengambil tindakan untuk meminta sidang MPR,” ujarnya.

Ia bersama puluhan orang lainnya yang hadir dalam jumpa pers tersebut mengaku tak takut ditahan polisi. “Kalau GNPF MUI menggelar sajadah, sejarah kita bertambah,” ujarnya.

Sri Bintang mengatakan, aksi di DPR akan dilakukan usai salat Jumat dan diharapkan massa yang sudah selesai mengikuti salat bersama GNPF MUI bisa ikut bergabung. Ia mengaku belum mengetahui secara teknis sebenarnya dan baru akan mengajukan izin ke Polda Metro Jaya setelah konferensi pers.

Selain gerakan ini, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) pun berencana menggelar aksi protes. Aksi tersebut akan berlangsung di sekitar Jalan Medan Merdeka Barat yang awalnya ditutup demi aksi damai di Monas.

Presiden KSPI Said Iqbal mengklaim 1 juta buruh dari seluruh Indonesia akan melakukan aksi protes di berbagai lokasi. Tuntutannya adalah memenjarakan Ahok.

Namun Mabes Polri meminta agar aksi tersebut digelar di lain hari. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, hari itu pengamanan dipusatkan di Monas.

Saat ini kedua belah pihak masih melakukan negosiasi dan diharapkan tercapai kesepakatan pada malam nanti.

Akankah pertunjukan besok benar-benar ‘super damai’ seperti yang diiklankan? Harapannya, GNPF MUI menepati janjinya, sekaligus menghimbau kedua kelompok lainnya untuk melakukan hal yang sama. —dengan pelaporan oleh Ursula Florene/Rappler.com

SDY Prize