Kami melindungi siapa pun di Myanmar
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Aung San Suu Kyi justru menyalahkan kelompok militan Rohingya yang menyebarkan informasi palsu
JAKARTA, Indonesia – Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi akhirnya berkomentar setelah kekerasan sejak 25 Agustus kembali terjadi di negara bagian Rakhine. Dia mengatakan pemerintahnya melakukan yang terbaik untuk melindungi semua orang di negara bagian Rakhine.
Sayangnya, Suu Kyi kembali absen menyebut etnis Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh. Jumlahnya kini mencapai 164 ribu orang.
Pemimpin berusia 72 tahun itu hanya mengatakan bahwa pemerintahnya berusaha menjaga semua warga negara, baik mereka terdaftar sebagai warga negara Myanmar atau tidak.
“Kita harus menjaga warga negara kita. “Kita harus menjaga dan melindungi semua orang yang tinggal di negara kita, baik mereka warga negara atau bukan,” kata Suu Kyi dalam sebuah wawancara. media.
Ia juga meminta masyarakat internasional memahami situasi di Myanmar. Sebab negara tersebut berada dalam cengkeraman rezim militer selama puluhan tahun. Kini, perlahan, arah pemerintahan Myanmar mulai menunjukkan demokrasi, yang pertama kali dipimpin oleh kelompok sipil.
“Tidak masuk akal mengharapkan kita bisa menyelesaikan masalah ini dalam 18 bulan,” katanya.
Diakuinya, tidak mudah mewujudkan harapan masyarakat karena sumber daya yang dimiliki tidak mencukupi.
“Tapi, kami berusaha semaksimal mungkin dan kami ingin memastikan setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum,” ujarnya lagi.
Sayangnya, apa yang terjadi sejak akhir Agustus tidak mencerminkan pernyataan tersebut. Kelompok etnis Rohingya justru menjadi objek kekerasan militer.
Desa tempat mereka tinggal dibakar habis. Sementara itu, jalan menuju perbatasan Myanmar-Bangladesh dipenuhi ranjau. Tujuannya agar mereka tidak bisa kembali ke Myanmar.
PBB memperkirakan jumlah warga Rohingya yang menyeberang ke Bangladesh bisa mencapai 300 ribu orang.
Namun, Suu Kyi justru menganggap kekerasan yang terjadi di Myanmar bermula dari kelompok militan Rohingya yang mereka anggap teroris. Kelompok ini kerap menyebarkan informasi palsu mengenai aksi kekerasan yang terjadi di Myanmar.
“Informasi palsu adalah contoh puncak gunung es yang menciptakan banyak masalah antar komunitas berbeda di Myanmar. Tujuan penyebaran informasi palsu adalah untuk mempromosikan kepentingan teroris, kata Suu Kyi.
India ingin mendeportasi warga Rohingya
Pernyataan Suu Kyi kepada media disampaikan di sela-sela kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Myanmar pekan ini. Ia diperkirakan tiba pada Selasa lalu setelah menyelesaikan kunjungan ke Xiamen untuk menghadiri KTT BRICS.
Salah satu isu yang bisa dibicarakan dalam kunjungan dua hari tersebut adalah rencana deportasi 40 ribu warga Rohingya dari India.
“Kami akan membahas bagaimana India dapat membantu mereka menghadapi situasi terkini di kawasan tersebut,” kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri India, Sripriya Ranganathan, seperti dikutip. media.
Pada akhirnya, Myanmar menjadi satu-satunya pihak yang harus menyelesaikan masalah tersebut. Alasan India mendeportasi warga Rohingya adalah karena mereka dianggap imigran ilegal. India bukan negara penandatangan Konvensi PBB tentang Pengungsi tahun 1951. Oleh karena itu, mereka tidak mempunyai kewajiban untuk menampung pengungsi Rohingya.
Menteri Dalam Negeri India Kiren Rijiju mengatakan kartu registrasi yang dikeluarkan UNHCR tidak ada gunanya. Sebab menurut peraturan India, siapa pun yang masuk ke negara itu secara ilegal akan dideportasi. – Rappler.com