• November 26, 2024
Kampanye melawan kekerasan terhadap perempuan di Yogyakarta bisa jadi sangat mengintimidasi

Kampanye melawan kekerasan terhadap perempuan di Yogyakarta bisa jadi sangat mengintimidasi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Gerakan Yogyakarta One Billion Rising (OBR) dituding memperjuangkan isu LGBT

YOGYAKARTA, Indonesia — Kampanye Revolusi Satu Miliar Meningkat (OBR) di Malioboro, Yogyakarta, yang digelar pada Minggu, 14 Februari, mendapat intimidasi dari sekelompok masyarakat.

Usai acara, beberapa aktivis digambarkan sebagai laki-laki yang mengenakan penutup wajah dan dituduh berkampanye untuk kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Ani, koordinator OBR Yogyakarta, menjelaskan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul lima sore. Saat peserta sedang membersihkan tempat menari, enam pria yang mengaku dari Gerakan Menutup Aurat (GEMAR) menghampiri mereka.

“Kami tidak terluka. Intimidasinya menarik, ambil pulpen dan teriak ke kami, kata Ani kepada Rappler, Senin, 15 Februari.

Ani mengatakan OBR merupakan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan.

Masyarakat yang terlibat dalam OBR berasal dari berbagai kalangan, seperti penyandang disabilitas, pelajar dan elemen masyarakat lainnya.

“Memang ada teman-teman LGBT yang terlibat, tapi mereka bukan mengkampanyekan itu, melainkan isu kekerasan terhadap perempuan,” ujarnya.

Akibat aksi tersebut, beberapa peserta OBR ketakutan dan langsung pulang.

“Yang kemudian melakukan intimidasi beraksi di Malioboro setelah kami selesaikan. “Mereka mengkampanyekan gerakan Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Gerakan Menutup Aurat,” kata Ani.

Ani dan teman-temannya menyayangkan kejadian tersebut. Apalagi intimidasi intoleran ini dilakukan di Kota Yogyakarta yang berjuluk Kota Toleransi.

“Kami menghimbau kepada negara, Pemerintah Daerah Yogyakarta, dan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menjamin tegaknya hak-hak sipil dan politik, khususnya hak atas rasa aman dan memastikan Kota Toleransi tidak hanya slogan-slogan yang tidak berhenti, ” dia berkata. .

Namun kejadian tersebut dibantah oleh koordinator lapangan GEMAR, Anita Wardani. Menurutnya, tidak benar adanya intimidasi dari GEMAR. Anita pun menjelaskan, pernyataan OBR tidak sepenuhnya benar.

“Kami sebenarnya sudah izin pakai tempat itu, kebetulan saya juga di Indonesia tanpa JIL, tapi kemarin saya koordinator GEMAR. “Saya juga konfirmasi ke teman-teman Indonesia bahwa tanpa JIL tidak benar ada penyitaan seperti yang ditulis OBR,” kata Anita.

Meski demikian, Anita tak menampik foto beberapa aktivis Sonder JIL Indonesia yang berinteraksi dengan peserta OBR.

“Saya tidak terlalu memperhatikan detailnya, tapi foto itu benar. “Tidak ada penyitaan atau intimidasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolresta Yogyakarta Kompol Prihartono Eling Lelakon saat dikonfirmasi terkait kejadian tersebut mengaku belum mengetahuinya. Sebab, tidak ada laporan yang disampaikan ke polisi mengenai intimidasi tersebut.

“Kita tidak tahu kejadian itu, teman jurnalis kita yang mendapat laporan kan? Mengapa tidak memberitahu kami? Nanti bisa kita cari solusinya, kata Prihartono.

Dia juga mengimbau pihak terkait untuk melaporkan kejadian seperti itu. Sehingga jika ada kegiatan serupa, polisi bisa mengantisipasinya.

Nanti bisa bertemu dengan pimpinan Intel, tentunya kalau ada kegiatan serupa lainnya bisa diantisipasi, kata Prihartono. —Rappler.com

BACA JUGA:

Toto sdy