Kapal Inggris jatuh di terumbu karang yang dilindungi di Raja Ampat
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kapal tersebut menabrak terumbu karang saat air surut dan setelah memantau burung di Pulau Weigo.
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengirimkan tim ke Raja Ampat, Papua setelah mendapat laporan kawasan utama terumbu karang di sana rusak akibat ditabrak kapal Inggris, Caledonian Sky. Kapal sepanjang 90 meter itu kandas saat air surut usai melakukan kegiatan pemantauan burung di Pulau Waigeo pada Sabtu 4 Maret.
Tim KLHK tiba sekitar pukul 14.00 WIT dan langsung berkoordinasi dengan Pemda Raja Ampat dan tim dari Menko Maritim. Sedangkan penyelaman baru bisa dilakukan malam ini atau dini hari besok pagi, kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan melalui pesan singkat yang diterima Rappler, Senin, 13 Maret.
Berdasarkan hasil evaluasi tim lain, kapal milik operator Noble Caledonia kandas karena surutnya air. Bahkan, kapal tersebut dilengkapi dengan peralatan pemantau radar dan GPS.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Laut Pasifik Universitas Papua, Ricardo Tapilatu, keadaan diperparah ketika kapal tunda dibiarkan mendekati kapal sehingga kapal bisa menjauh dari kawasan terumbu karang.
Padahal, hal itu tidak boleh dilakukan karena kapal justru memperburuk kerusakan terumbu karang, kata Ricardo. Teluk Monga.
Mereka harus menunggu hingga air pasang jika kapal ingin kembali mengapung di permukaan air. Akibat kejadian tersebut terjadi kerusakan ekosistem pada struktur habitat dan hilangnya berbagai jenis terumbu karang seperti acropra, porites, montipora dan stylophora.
“Ini yang kami temukan di lokasi kejadian saat proses penyidikan. “Kami sedang dalam proses menyelesaikan laporan tersebut dan akan menyampaikan rekomendasi kami kepada pejabat distrik setempat minggu depan,” kata Ricardo.
Raja Ampat mempunyai keanekaragaman bawah laut yang istimewa. Belum lagi kawasan tersebut juga mendapat penghargaan sebagai tempat menyelam dan taman nasional terpopuler. Tim yang dipimpin Ricardo merekomendasikan agar perusahaan pemilik kapal memberikan kompensasi atas kerusakan kawasan terumbu karang.
Kompensasi yang disarankan adalah US$800 – US$1.200 atau setara Rp11 juta – 17 juta per meter persegi. Sedangkan total santunan yang akan diberikan kurang lebih US$1,28 juta – US$1,92 juta atau setara Rp26 miliar.
“Jika pemilik kapal tidak menyetujui tuntutan tersebut, kemungkinan besar pemerintah akan membawa masalah tersebut ke pengadilan,” ujarnya.
Namun jika pemerintah dan perusahaan mencapai kesepakatan, maka pemerintah daerah membutuhkan waktu satu tahun untuk menerima dana tersebut.
Akan bekerja sama
Sementara itu, juru bicara perusahaan Noble Caledonia mengatakan pihaknya akan berkomitmen untuk menjaga lingkungan.
“Makanya kami mendukung proses penyidikan ini. “Kami akan mengambil pelajaran dari kejadian ini untuk dimasukkan ke dalam prosedur operasional,” ujarnya juru bicara.
Peristiwa yang dialami Caledonian Sky digambarkan juru bicaranya sebagai peristiwa yang sangat disayangkan. Saat kejadian, mereka sedang berlayar di kawasan terpencil di Pulau Kri.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada kerusakan pada badan pesawat. “Kapal berhasil berlayar kembali saat air pasang meski ada sedikit perubahan jadwal dari rencana sebelumnya,” ujarnya.
Kapal tersebut membawa 102 penumpang dan 79 awak kapal. Mereka semua selamat dan tidak perlu dievakuasi akibat kejadian tersebut. Kapal tersebut melakukan pelayaran 16 malam dari Papua Nugini ke Filipina. – dengan laporan oleh Uni Lubis/Rappler.com