Kapal Malaysia dibajak, kelompok bersenjata Filipina bebaskan tiga WNI
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kelompok bersenjata hanya menculik empat awak kapal asal Malaysia. Kapal Massive 6 dibajak saat berlayar dari Manila menuju Tarakan.
JAKARTA, Indonesia – (UPDATED) Kelompok bersenjata Filipina kembali melakukan aksi pembajakan terhadap kapal asing pada Jumat, 1 April, di perairan Ligitan.
Pembajakan tersebut dilakukan terhadap kapal tunda berbendera Malaysia milik perusahaan Highline Shipping Sdn Bhd.
Menurut informasi Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, pembajakan tersebut juga disusul dengan penculikan empat dari sembilan awak kapal. Keempat awak kapal tersebut merupakan warga negara Malaysia.
Sementara itu, 3 WNI dan 2 WN Myanmar yang berada di kapal tersebut telah dibebaskan, kata Iqbal melalui pesan singkat, Sabtu, 2 April.
Kelima awak kapal tersebut sudah berada di kawasan Tawau, Malaysia, untuk diperiksa pihak berwajib.
Pelakunya belum diketahui
Sementara itu, menurut atase polisi yang bertugas di KBRI Kuala Lumpur, Aby Nursetyanto, kapal bernama Massive 6 itu diketahui membawa arang. Kapal tersebut kemudian dibajak saat kembali dari Manila menuju Tarakan.
“Kapal mereka tiba-tiba didekati oleh perahu kecil bermuatan 8 orang. Pelaku yang membawa senjata api dan parang kemudian berhasil masuk ke dalam kapal, kata Aby yang dihubungi Rappler melalui telepon, Minggu, 3 April.
Namun dalam aksinya tersebut, ada hal aneh yang muncul. Selain menyita barang-barang berharga seperti laptop dan telepon seluler, para pembajak juga mencatat data awak kapal.
“Setelah diterima, mereka dipisahkan berdasarkan asal negaranya yaitu Malaysia, Myanmar, dan Indonesia. Kemudian yang diculik adalah warga negara Malaysia, sisanya dibebaskan, kata Aby.
Ketiga WNI yang dibebaskan kelompok pembajakan tersebut diketahui berinisial H asal Jakarta, PK asal Jawa Timur, dan IB asal Sulawesi Selatan.
Namun, dia belum berani menyimpulkan apakah pelaku memang sejak awal berniat menculik awak kapal Malaysia tersebut. Apakah pelaku pembajakan juga berasal dari kelompok Abu Sayyaf?
Bahkan Aby tidak berani mengambil kesimpulan.
“Namun saat beraksi, mereka berkomunikasi dalam bahasa Tagalog dan Inggris yang patah-patah. “Kami belum fokus pada kelompok tertentu sebagai pelakunya,” ujarnya.
Pihak berwenang masih menyelidiki di mana pelaku menyandera empat warga Malaysia tersebut. Sedangkan awak kapal yang sudah dibebaskan berangkat menuju Tawau, Malaysia dan tiba pada Sabtu 2 April. Mereka langsung melapor ke polisi Malaysia sekitar pukul 02.00.
Aksi perompakan ini terjadi hampir sepekan setelah kejadian serupa menimpa awak kapal tunda Brahma 12 dan Anand 12. Pihak yang mengaku dari Abu Sayyaf menyebut telah menyandera 10 WNI.
Mereka memberi batas waktu kepada pemerintah Indonesia hingga 8 April untuk menyerahkan uang tebusan senilai 50 juta peso atau setara Rp14,2 miliar.
Digantikan oleh kru Indonesia
Setelah diperiksa otoritas setempat, kapal Massive 6 kembali berlayar dari Tawau menuju tujuan semula Samarinda pada Selasa 12 April. Perusahaan pemilik kapal tersebut akhirnya mengganti awak kapal asal Malaysia yang diculik dengan empat awak kapal asal Indonesia.
“Kementerian Luar Negeri melalui gugus tugas perlindungan WNI KJRI Tawau melakukan pengawasan dan pendampingan terhadap proses penandatanganan Perjanjian Kerja Maritim (MLA) ABK WNI dengan pemilik kapal,” ujar Direktur. dikatakan. perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat pada Rabu, 13 April.
Tujuannya, kata Iqbal, untuk menjamin hak-hak awak kapal dan pemilik kapal WNI seperti gaji pokok, biaya kesehatan, tunjangan, dan cuti sesuai ketentuan. Kemarin, Satgas KRI Tawau melepas kapal Massive 6 sekitar pukul 19.30.
Iqbal mengatakan, seharusnya kapal Massive 6 sudah tiba di Samarinda hari ini. – Rappler.com
BACA JUGA: