Kartini generasi milenial
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia—Berapa banyak pakar yang terlibat di bidang pendidikan, bisnis, atau lingkungan hidup? Berapa banyak wanita di antara mereka?
Di hari peringatan Kartini yang jatuh pada 21 April ini, Rappler telah mengumpulkan nama-nama perempuan yang dianggap mewakili generasi milenial atau abad ini.
Siapa mereka?
Dhyta Caturani, aktivis akar rumput
Nama Dhyta Caturani dikenal di kalangan aktivis mahasiswa angkatan 1998. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang turun ke jalan dan menggulingkan rezim Soeharto.
Rekan-rekan seperjuangannya kini menjadi pejabat bahkan anggota dewan. Namun Dhyta memilih tetap konsisten di level akar rumput.
Dhyta disebut aktif dalam berbagai kegiatan seperti festival Draai Links dan pemutaran film Tanah air Pulau Buru Beta oleh Rahung Nasution dan Whisnu Yonar.
Dhyta juga merupakan aktivis yang aktif membela hak-hak penyintas tragedi 1965 dan kelompok perjuangan perempuan.
Dia selalu berada di garis depan dalam masalah hak asasi manusia.
Dian Pelangi, pelopor busana muslim
Namanya sudah mendunia, setidaknya ia terpilih menjadi salah satu model sampul majalah Bisnis mode dari London, Inggris, baru-baru ini.
Di sampul majalah tersebut, Dian bersandingan dengan co-founder Instagram Kevin Systrom, dan beberapa model lainnya seperti A Bumika Arora dari India, Lucky Blue Smith, Chris Lee, Gigi Hadid dari Amerika, member Big Bang Kwon Ji Yong. alias G -Dragon, dan direktur kreatif Balmain Paris Olivier Rousteig.
Dalam edisi spesial ini, BoF juga memuat nama 500 orang yang dinilai berpengaruh di dunia fashion, termasuk desainer kawakan Karl Lagerfeld dan adik Kim Kardashian, Kendall Jenner.
Disebut sebagai ikon budaya pop representasi anak muda oleh BoF, Dian dinilai sukses menghadirkan fashion muslim modern. Menurut BoF, tema pelangi yang digunakan Dian berhasil membawa gaya busana muslim mendunia, serta menginspirasi dan mengembangkan pasar busana muslim khususnya di Indonesia dan Malaysia.
Dian sukses menggelar fashion show di Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Dubai, Mesir, Kuwait, Yordania, hingga fashion show tingkat nasional Jakarta Fashion Week.
Dian juga memiliki latar belakang pendidikan fashion yang baik, yakni di École Supérieur des Arts et Techniques de la Mode di Paris pada tahun 2008.
Kartika Jahja, musisi dan feminis
Kartika kerap memadukan musik dan pemikiran kritis. Tak hanya ingin bermusik, ia juga mengajak pendengarnya untuk peka terhadap isu-isu sosial, khususnya perempuan.
Baru-baru ini dia menerbitkan proyek My Body My Authority. Lewat foto suasana di balik layar saat pembuatan video My Body, pelantun Tika & The Dissident ini mengajak pecinta musik khususnya kaum hawa untuk mendefinisikan kembali tubuhnya.
Mengapa Kartika mengambil tema tubuh perempuan? “Karena selama ini tubuh perempuan banyak dijadikan aturan, penilaian, eksploitasi, penghinaan, bahkan objek kekerasan. “Sepertinya kita tidak punya kuasa atas tubuh kita sendiri,” kata Kartika.
Farwizah Farhan, putri daerah tersebut
Namanya langsung membuat hampir seluruh wanita iri karena ia berpose bersama bintang peraih Oscar Leonardo Dicaprio di Aceh.
Farwiza FarhanPutri asal Aceh ini kemudian terpilih menjadi finalis yang akan menerima penghargaan Whitley Award dan hadiah senilai 35.000 poundsterling (Rp 650 juta) untuk mendanai proyek konservasi hutan di Kawasan Ekosistem Leuser.
Berdasarkan sumberFarwiza Farhan terpilih atas kontribusinya pada peluncuran tersebut Gerakan Rakyat Aceh Menuntut (GeRAM) yang menggugat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk membatalkan Qanun Penataan Ruang Daerah atau RTRW Aceh pada Januari lalu.
Penghargaan tersebut dikenal sebagai “Oscar Hijau“Acara ini dihadiri oleh 130 pelamar dari seluruh dunia yang bekerja di bidang lingkungan hidup dan dihadiri oleh para pakar dan aktivis lingkungan hidup global.
Sebelumnya, Farwiza yang merupakan salah satu pendiri Forest, Nature and Environment Aceh (HAkA), sebuah LSM yang bertujuan melindungi kelestarian kawasan hutan di Aceh dalam jangka panjang, dan beberapa aktivis lingkungan hidup Aceh lainnya, juga menerima sumbangan dari aktor Leonardo. . berjumlah US$3,2 juta atau setara Rp. 44 miliar untuk menjaga kelestarian ekosistem Leuser.
Okky Madasari, penulis buku
Enterok yang merupakan novel pertamanya, langsung mendapat pujian dari para pembaca buku di Indonesia. Dia kemudian memproduksi novel selanjutnya.
Nama Okky semakin melejit setelah ia menerima penghargaan Khatulistiwa pada tahun 2012 atas karyanya, Taruhan Jiwa.
Okky konsisten mengangkat tema kekinian sejak tahun 2010 dalam novel terakhirnya Kerumunan terakhirOkky juga mengambil tema yang sama yaitu teknologi dan media sosial.
Selain menulis buku, Okky juga aktif di komunitas Sastra memasuki kota yang bertujuan untuk melestarikan sastra di desa-desa. Selain itu, Okky juga aktif di perkumpulan sastra di Asia Tenggara. Pada bulan Mei, ia akan menjadi panitia Festival Sastra Asean.
Alissa Wahid, aktivis Gusdurian
Sepeninggal ayahnya, mantan presiden Abdurahman “Gus Dur” Wahid, Alissa menyibukkan diri di bidang sosial dan pendidikan. Ia rajin turun ke lapangan. Misalnya pada tahun 2011, Ketua Jaringan Gus Durian mendatangkan guru formal ke sekolah-sekolah di kawasan Glagahrejo, Cangkringan, Sleman.
Saat itu, guru SD tersebut menolak mengajar karena terkendala masalah internal. “Masalah ini seperti dua ekor gajah yang sedang berkelahi. Guru tidak mau mengajar karena belum mendapat instruksi resmi. Sebaliknya, anak-anak tetap datang ke sekolah,” kata Alissa saat itu.
Selain aktif di bidang pendidikan, ia juga peduli pertanyaan tentang toleransi beragama. Ia aktif mengikuti diskusi lintas agama dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) dan komunitas lainnya.
Terakhir, dia sangat vokal terhadap kasus yang melibatkan warga Rembang terkait ekspansi PT Semen Indonesia di Jawa Tengah. Alissa mendesak pabrik semen raksasa itu berhenti membangun pabrik semen di Rembang. Melalui media sosial dan jaringan Nahdlatul Ulama (NU), Alissa tergerak untuk memberikan dukungan perjuangan ibu-ibu Rembang.
Asrida Elizabeth, sutradara film
Ketika filmnya Tanah ibu diputar untuk penonton terbatas di Jakarta pada akhir Desember 2014, penonton terfokus pada dua hal: film itu sendiri dan sutradaranya. Elizabeth di abad ini.
Asrida memang pendatang baru di dunia perfilman, tentu belum setenar sutradara film Klub lotereNia Dinata.
Dan sepertinya tidak ada yang menyangka kalau dia berasal dari Flores, karena masih sangat jarang orang Flores yang terjun ke dunia perfilman apalagi menjadi sutradara.
Asrida lahir di Desa Nanga, sebuah daerah yang relatif terpencil di Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai. Film Tanah ibu adalah karya pertamanya.
Film ini, kata dia, merupakan bagian dari upaya menyoroti kepada masyarakat apa yang dialami ibu-ibu Papua yang berjuang mengatasi rumitnya persoalan hidup.
Film Ibukota, Bagi Asrida, hal ini merupakan kristalisasi dari perjumpaan langsung dengan permasalahan di Papua, dimana perempuan merupakan kelompok rentan.
Ken Setiawan, Aktivis Hak Asasi Manusia
Namanya muncul saat pemutaran film Pulau Perburuan Tanah Air Beta dilarang untuk dimainkan. Ken merupakan anak dari Hersri Setiawan, seorang tahanan politik dan pemeran utama film tersebut.
Namun Ken sebenarnya sudah aktif menyuarakan isu HAM jauh sebelum ia terkenal lewat film Pulau Buru.
Dia adalah seorang peneliti di Universitas Melbourne dan meskipun Tinggal di luar negeri, Australia, Ken tetap aktif menyuarakan isu HAM, termasuk mengungkap kebenaran pemenjaraan ratusan ribu tahanan politik pada tahun 1965.
Dia berbicara secara internasional tentang apa yang dialami ayahnya dan ratusan ribu tahanan politik lainnya.
Scriptnya bisa dibaca di website Hati-hati65.
Ana Agustina, guru muda
Sekolah alternatif berdiri di atas lahan sengketa di Rumpin, Bogor. Lembaga pendidikan nonformal ini diprakarsai oleh sejumlah relawan dan warga sekitar. Salah satu tujuannya adalah untuk mencegah dampak negatif konflik terhadap psikologi anak. Materi yang diajarkan juga menekankan pada nilai empati dan keberanian menghadapi permasalahan.
Hamparan sawah yang digarap puluhan petani warga Desa Cibitung, Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terhampar luas. Di sana berdiri sebuah bangunan milik TNI Angkatan Udara (AURI).
Bangunannya menonjol di antara hamparan hijau persawahan dan perairan yang mirip danau. Namun kawasan tersebut telah menjadi lokasi konflik lahan antara warga sekitar dan TNI AU sejak tahun 2007.
Dua tahun lalu, kasus ini meningkat. Saat itu, warga Rumpin meminta hak atas tanahnya kepada TNI. Akibatnya, terjadi bentrokan antara petugas dan warga. Konflik tersebut menimbulkan penderitaan bagi warga, termasuk anak Rumpin.
Sejumlah aktivis dan aktivis masyarakat kemudian memulai pendirian sekolah alternatif pada April tahun lalu. Salah satu penggagasnya adalah Ana Agustina.
Maria Rumateray, dokter di pedalaman Papua
Mutiara di Nokensebuah video dokumenter dalam serial Papuan Voices II yang menceritakan kisah Dokter Maria Rumateray atau Dokter Mia.
Mia adalah perempuan Papua yang mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk masyarakat Papua. Ia menjadi dokter terbang agar bisa menjangkau masyarakat yang membutuhkan bantuan medis di daerah terpencil. Lihat filmnya Di Sini. —Rappler.com