• October 2, 2024

Ke depan, KPK diprediksi akan lebih ‘defensif’ dibandingkan ‘ofensif’

JAKARTA, Indonesia—Lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2015-2019 terpilih pada Kamis, 17 Desember. Profil kelimanya bisa dibaca di sini.

Dilihat dari profil mereka, beberapa pemimpin ingin fokus pada pencegahan.

Irjen Basaria Panjaitan misalnya. Dalam tulisannya, ia menyampaikan bahwa dalam 10 tahun ke depan, ia optimistis Polri dan Kejaksaan Agung akan semakin kuat, sehingga KPK bisa fokus pada pencegahan.

Pemimpin lain juga mengakui dalam observasi Rappler saat uji kelayakan dan kepatutan bahwa mereka akan fokus pada pencegahan. Mereka adalah Alexander Marwata dan Saut Situmorang.

Apakah ini berarti KPK ke depan akan lebih fokus pada pencegahan dan tidak agresif dalam bertindak dibandingkan tahun lalu?

Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengakui profil kepemimpinan baru bukan ‘striker’ atau penyerang.

“Sebagian besar pemimpin periode lalu penyerang, karena masalahnya lebih serius,” ujarnya kepada Rappler, Jumat, 18 Desember.

Kasus Stadion Hambang antara lain melibatkan nama mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Sementara itu, tidak banyak pemimpin era baru yang bersifat ofensif. Hal ini terlihat dari profil mereka yang ingin fokus pada pencegahan.

Padahal, kata Bambang, persoalan yang dihadapi KPK akan semakin besar. Antara lain skandal negosiasi kontrak pemerintah dengan PT Freeport Indonesia.

“Kalau pilihan (lima) orang jadi (kepemimpinan baru) cocok?” dia berkata.

Oleh karena itu, Bambang memperkirakan KPK akan menjalani proses ke depan pelan – pelan

“Bisa saja terjadi proses melambattapi bukan berarti hal itu tidak terjadi pindahArtinya, penanganan perkara bisa saja terjadi perlambatan, namun bukan berarti penanganan perkaranya akan terjadi begitu saja.

Perlukah masyarakat khawatir? “Saya menikmati prosesnya pelan – pelan Ini. Mari kita ambil pelajarannya. Nikmati apapun prosesnya,” ujarnya.

Sebab, kata Bambang, proses demokrasi ada fase naik turunnya. Anda tidak selalu harus berlari cepat.

Yang diperlukan saat ini, kata dia, adalah menumbuhkan optimisme di tengah pesimisme. “Optimalkan modal sosial yang kita miliki,” ujarnya.

Koordinator Indonesia Corruption Watch Adnan Topan Husodo mengamini pernyataan Bambang Widjojanto. Sebab, meski yang dipilih DPR dari unsur penegak hukum, namun orientasinya bekerja di bidang pencegahan, ujarnya pada Sabtu, 19 Desember.

Komposisi yang lebih fokus pada pencegahan ini, kata Adnan, akibat kesalahpahaman anggota DPR terhadap KPK. DPR sebelumnya menilai KPK lebih fokus pada penindakan dibandingkan pencegahan.

Bahkan, kata Adnan, sebagian sumber daya manusia dan keuangan di lembaga antikorupsi dalam lima tahun ke depan akan lebih fokus pada pencegahan.

“Sebanyak 500 miliar dari anggaran Rp 800 miliar dihabiskan untuk kegiatan pencegahan,” ujarnya.

Pekerjaan rumah pimpinan KPK ke depan, kata Adnan, justru bagaimana menyeimbangkan kinerja pencegahan dan penindakan.

“Karena tindakan tanpa pencegahan tidak akan ada hasilnya, yang ada adalah pencegahan hanya “Tidak ada ketidakefektifan,” ujarnya.

Sementara itu, Plt Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi Sapto Pribowo bahkan tak mau menghakimi pimpinan KPK yang baru.

Sebab Johan belum yakin pimpinan bisa segera menentukan arah kinerja di KPK.

Menurut Johan, pimpinan KPK juga harus beradaptasi dengan sistem lembaga antirasuah yang sudah berjalan bertahun-tahun.

“Pertama, siapapun pemimpinnya, tidak bisa serta merta mengubah kebijakan secara drastis,” ujarnya.

Penanganan perkara di KPK sudah berjalan, tidak bisa dihentikan atau ditunda.

Johan mencontohkan, saat Busyro Muqoddas menggantikan Antasari Azhar, mantan Wakil Ketua itu harus menerima dan melanjutkan proses penegakan hukum yang diwariskan. Begitu pula dengan Abraham Samad ia menerima bounty dari Busyro.

Kedua, kata Johan, ada mekanisme pengawasan yang melekat di KPK. “Pimpinan KPK mudah dikenai komite etik,” ujarnya. Penyimpangan seperti melambatnya dunia usaha dan kegiatan lain yang dianggap melanggar kode etik akan diketahui sejak dini.

Ketua Harian Transparansi Internasional (TI) Natalia Subagyo.  Foto diambil dari Facebook

Terlepas dari perdebatan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan lebih lambat dalam kinerja penegakan hukumnya di masa depan atau lebih fokus pada pencegahan, Ketua Harian Transparansi Internasional (TI) Natalia Subagyo telah mengumumkan terpilihnya lima pemimpin baru korupsi – kepunahan disambut baik. Komisi (KPK).

Menurutnya, perpaduan individu-individu dengan berbagai keahlian itulah yang berguna untuk membangun kembali KPK, memperbaiki saluran komunikasi dengan penegak hukum lain, bahkan mungkin meningkatkan kualitas moral KPK secara kelembagaan.

Kepada para pegiat antikorupsi dan masyarakat, Natalia mengusulkan untuk memberikan dukungan kepada tim baru KPK, dan melihat lebih dekat tantangan ke depan. Tentu saja termasuk memastikan kelima wajah baru ini memperkuat dua fungsi penting KPK, yaitu penindakan dan pencegahan.

“Saya kira lebih bijaksana daripada mengkritik mereka yang tidak berguna, mengatakan mereka adalah lonceng kematian KPK, dan sebagainya. Meski tidak berhasil,” ujarnya.

Pernyataan dan sikap yang membuat mereka tersandung dan terkesan melontarkan mosi tidak percaya sebenarnya berisiko. “Karena itu hanya akan membuat mereka salah jalan dan mengasosiasikan diri dengan pihak yang tidak kita duga,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA

SDy Hari Ini