Kebijakan bauran energi menaikkan harga minyak sawit
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
ICOPE kelima diadakan di Bali untuk membahas peran industri kelapa sawit dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
NUSA DUA, Bali – Kebijakan pemerintah melakukan penyesuaian bauran energi dengan mewajibkan 20 persen Biodiesel pada bahan bakar justru meningkatkan potensi pasar kelapa sawit dan menyelamatkan petani dari potensi krisis akibat anjloknya harga komoditas kelapa sawit.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution pada pembukaan International Conference on Palm Oil and the Environment (ICOPE), di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Rabu, 16 Maret.
Konferensi ICOPE kelima berlangsung selama tiga hari.
Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Darmin mengingatkan bahwa industri dan pemerintah harus siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.
“Indonesia harus memiliki visi modern, yang dapat mengidentifikasi solusi baru dan unik terhadap tantangan industri kelapa sawit,” kata Darmin.
Tantangan mungkin datang dari pasar potensial, yaitu di Eropa. Belum lama ini, Indonesia mengajukan protes kepada pemerintah Prancis mengenai rencana pengenaan pajak atas impor minyak sawit dan turunannya.
Darmin mengatakan kebijakan bauran energi dengan biodiesel B-20 yang dimulai tahun lalu telah meningkatkan permintaan terhadap sumber energi berkelanjutan. Harga minyak sawit mentah atau minyak sawit juga terdongkrak dari US$535 per ton menjadi US$656 per ton, kata Darmin.
Perusahaan-perusahaan besar di industri kelapa sawit diingatkan untuk memikirkan solusi jangka panjang guna meningkatkan praktik produksi berkelanjutan. Industri ini juga diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk mendorong praktik perkebunan dan produksi kelapa sawit yang baik dan berkelanjutan.
Tema ICOPE 2016 adalah “Minyak sawit berkelanjutan dan perubahan iklim, bergerak maju melalui mitigasi dan adaptasi”.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 400 peserta dari 17 negara, termasuk ilmuwan, pejabat pemerintah, masyarakat sipil, perwakilan industri, peneliti dan akademisi.
Tema ini dipilih sebagai tindak lanjut diskusi pada Konferensi Perubahan Iklim (COP) ke-21 di Paris, Desember 2015. Industri kelapa sawit berperan penting dalam mencapai target penurunan emisi karbon.
Para peserta dan pembicara akan berdiskusi dengan penekanan pada perspektif ilmiah, mulai dari isu terkait El Nino, hingga kontribusi industri dalam mitigasi dan penghitungan jejak karbon serta pengurangan emisi dari produksi minyak sawit.
ICOPE merupakan acara dua tahunan yang diadakan oleh PT Sinar Mas Agro Technology, bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan CIRAD, pusat penelitian dan pengembangan pertanian internasional Perancis.
Chairman of Board and CEO Golden Agri Resources Sinar Mas Group, Franky O. Widjaja mengatakan, industri kelapa sawit Indonesia mempekerjakan 16 juta orang secara langsung dan tidak langsung serta menghasilkan penerimaan ekspor sebesar US$19 miliar pada tahun 2015.
“Kami mengapresiasi pemerintah Indonesia yang memberikan skema kredit usaha kecil untuk usaha peremajaan, sangat membantu petani,” kata Franky saat membuka ICOPE kelima.
Franky mendukung pembentukan Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia.
Dewan ini bertujuan untuk memastikan proses produksi minyak sawit berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kecil dan menyelaraskan standar ekologi lingkungan. —Rappler.com