• November 27, 2024
Kecintaan Adinia Wirasti terhadap buku dan perpustakaan

Kecintaan Adinia Wirasti terhadap buku dan perpustakaan

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Adinia mengatakan, membaca buku berbeda dengan membaca teks atau naskah di layar

JAKARTA, Indonesia —Tidak banyak orang yang menyukai membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan dan menghibur. Apalagi kebiasaan membaca buku yang sebenarnya dicetak di atas kertas semakin tergerus oleh kecanggihan teknologi. Semakin banyak orang memilih untuk membaca dalam formatt salinan lunak atau buku digital.

Namun tidak dengan Adinia Wirasti. Aktris film Peri kritis mereka lebih memilih buku tradisional daripada buku digital. Adinia sangat suka membaca. Dan berprofesi sebagai aktris membuatnya lebih sering membaca.

“Pekerjaan saya mengharuskan saya membaca, jadi saya selalu menikmati membaca, itu sebabnya sayaanggukan oleh produser atau sutradara, dia berkata ‘Baiklah, nanti saya kirimkan menulis ya’ dan saya selalu mengatakan bahwa saya tidak ingin mengirimkannya menulis melalui data atau dokumen seperti itu karena saya pusing membacanya. Saya ingin kertas atau… salinan dalam bentuk cetak,Ungkap Adinia yang ditemui beberapa hari lalu di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Adinia kembali mengatakan, membaca buku secara fisik sangat berbeda dengan membaca di layar. Dan Adinia memiliki kebiasaan membaca ini sejak ia masih kuliah. “Saat saya kuliah di Amerika, ada pembelajaran yang mengharuskan kami untuk selalu berada di perpustakaan, museum, dan lain sebagainya. Jadi kita benar-benar harus merasa bahwa kita ada di sekitar buku itu. Yah, mungkin dari sanalah aku berasal membawanya.”

Kebiasaan ini pula yang membuat Adinia selalu bepergian membawa buku. Misalnya saja ketika dia sedang berlibur, dia bisa membawa hingga 3 buku sekaligus. Meski banyak orang yang banyak mengeluh jika masih harus membawa buku kemana-mana, Adinia tetap teguh pada pilihannya untuk membaca buku.

“Pilihan saya pribadi tetap kertas, karena (kalau kertas) saya bisa jelas atau apapun. Teruskan aku perhatian, kenapa teman-teman disekitarmu tidak suka membaca, kenapa? Kalaupun kita hanya datang ke suatu tempat untuk mencari ruangan dan sekedar membaca, kita tidak menginginkan hal itu. Misalnya, ketika Anda menulis toiletnya begini, Anda tetap tidak mau membacanya, tiba-tiba Anda tidak ingin membaca.

Karena suka membaca, Adinia juga menyukai perpustakaan. Namun Adinia baru mengetahui bahwa fasilitas Perpustakaan Nasional tidak kalah dengan negara lain. “Jujur saja saya tidak tahu kalau Perpustakaan Nasional itu keren dan ternyata seperti ini. “Ternyata sebenarnya kalau mau kumpul sama teman-teman bisa ketemu di Perpustakaan Nasional,” ujarnya.

Kini Adinia mengaku hanya bisa mendapatkan keuntungan dari statusnya sebagai tokoh masyarakat menyebarkan virus kecintaan terhadap buku dan kegiatan membaca. “Apalagi kalau perpustakaannya dimodelkan seperti ini. Dingin. Jadi sebenarnya bisa dijadikan tempat nongkrong, bekerja dan bertemu orang-orang yang punya ide dan ide wawasan Sama.”

Oleh karena itu, saat ditunjuk sebagai Sahabat PerpuSeru, program yang digagas oleh Coca-Cola Foundation Indonesia bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, Adinia sangat antusias. “Karena saya ingin mewakili teman-teman yang juga prihatin mengapa perpustakaan di kota besar sangat sedikit dihadiri. Apa yang dibutuhkan generasi muda saat ini kampanye Itulah pentingnya membaca.”

—Rappler.com