Kedua pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu merupakan bagian dari jaringan Bahrun Naim
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Selain aksi teror di Kampung Melayu, polisi berhasil mencegah aksi lain di berbagai wilayah.
JAKARTA, Indonesia – Kapolri Jenderal Tito Karnavian membenarkan bahwa dua pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, yakni Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, merupakan anak buah Bahrun Naim, anggota ISIS asal Indonesia yang saat ini berada di kota Raqqa, Suriah. .adalah. Kedua pelaku bom bunuh diri tersebut merupakan anggota sel Bandung Raya dari kelompok radikal Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang merupakan kepanjangan tangan ISIS di Indonesia.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu mengatakan, pihaknya terus memantau pergerakan kelompok tersebut. Bahkan, beberapa aksinya juga digagalkan personel polisi. Dua diantaranya penangkapan di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat dan Cicendo, Bandung.
“Sebenarnya mereka merencanakan aksi teroris terhadap anggota polisi di Polsek Senen, Simpang Lima, Jakarta Pusat dan digagalkan tim Densus. “Ada (anggota) yang lumpuh di waduk Jatiluhur,” kata Tito saat menggelar konferensi pers di RS Polri Kramatjati, Jumat, 26 Mei.
Pengawasan terhadap anggota kelompok JAD tak luput dari pengawasan polisi. Misalnya saja serangan teroris bom pot di Cicendo, Bandung. Tito menjelaskan, pelaku sebenarnya mengincar petugas polisi.
Bom pot yang disiapkan sebenarnya hendak ditempatkan di kantor polisi. Namun bomnya sudah meledak.
“Akhirnya pelaku kabur dan masuk ke kantor kepala desa. Personil Polda Jabar kemudian mengepung dan pelaku berhasil dinetralkan, ujarnya.
Menurut Tito, JAD kerap melakukan penyerangan melalui jaringan yang rusak, seperti penyerangan bom Thamrin yang juga digagas Bahrun Naim. Namun, mereka semakin pintar menghindari pengawasan polisi.
“Kedua orang ini termasuk dalam kelompok itu. Nama mereka masuk dalam DPO Densus. Namun mereka belajar dari pengalaman masa lalu. “Mereka juga paham bisa disadap sehingga terhindar dari deteksi intelijen dan kejadian ini (bom Kampung Melayu) terjadi,” kata Tito.
Saat ledakan terjadi di Kampung Melayu, Tito diketahui sedang berada di Iran untuk kunjungan kerja. Namun, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta Tito segera kembali ke Indonesia dan menyelesaikan kasus ledakan bom Kampung Melayu yang menewaskan tiga personel polisi dan melukai 10 korban.
Akhirnya Tito terpaksa membatalkan kunjungan kerjanya ke Türkiye dan Arab Saudi. Kehadirannya dilimpahkan kepada bawahannya. – Rappler.com