Kekeringan melanda Aceh, puluhan hektar sawah terancam gagal panen
- keren989
- 0
“Dulu, kalau tidak hujan, tidak datang seperti ini. Masih ada air. Tahun ini kering banget.”
BANDA ACEH, Indonesia — Sejak dua bulan terakhir, musim kemarau melanda sebagian wilayah Provinsi Aceh. Hujan sangat jarang terjadi. Akibatnya, sejumlah wilayah kering dibiarkan tanpa air.
Misalnya saja kolam Mata Ie di Kabupaten Aceh Besar yang kering. Sementara puluhan hektare sawah di Kabupaten Pidie terancam gagal panen akibat kekurangan air.
Sebulan terakhir, Kolam Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar kering total. Padahal dulunya tempat wisata ini sangat ramai dikunjungi pengunjung untuk minum dan berenang.
Mengeringnya dua kolam besar berisi air dingin di sana membuat heboh setelah foto-foto kolam yang tampak seperti batuan dasar tanpa air itu dibagikan di media sosial. Sejumlah warga mengomentari fenomena tersebut. Bahkan, sebagian dari mereka mengaku tak percaya.
Pasalnya, tempat yang juga berfungsi sebagai sumber air PDAM Tirta Daroy, Banda Aceh, sepanjang sejarah tidak pernah kekurangan air, bahkan saat musim kemarau sekalipun.
Usman, warga sekitar, mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab mengeringnya bendungan tersebut. Pasalnya, air kolam tersebut berasal dari mata air yang ada di gua sebelah kolam.
“Dulu, kalaupun tidak turun hujan, kejadiannya tidak seperti ini. Masih ada air. “Tahun ini kering banget,” kata Usman, Selasa, 26 Juli 2017.
Puluhan hektare sawah terancam gagal panen
Sementara di Kabupaten Pidie, puluhan hektar sawah terancam gagal panen akibat kekurangan air. Untuk mengatasinya, warga Dayah Krueng, Kecamatan Peukan Baro, Pidie terpaksa menggali sumur di sawah. Air dari sumur kemudian dialirkan ke sawah dengan mesin pompa air.
Kamarullah Iboih, petani Dayah Krueng, mengaku sawahnya kekurangan air sejak awal Juni. Ia dan beberapa petani lainnya hanya mengandalkan air hujan atau irigasi untuk mengairi sawahnya.
Namun ketika hujan jarang turun, air dari irigasi juga berkurang. “Setiap hari kami harus memompa air dari sumur yang kami gali di sawah untuk mengairi tanaman padi,” kata Kamarullah, Rabu 26 Juli 2017.
Hal serupa juga terjadi di lahan persawahan Kecamatan Keumala, Pidie. Berdasarkan pengamatan Rappler, padi berumur dua bulan yang ditanam di sana tampak berwarna merah di bagian ujung daun. Hal ini terjadi karena kekurangan air.
Sawah mulai retak. Bahkan, para petani di sana harus bermalam di sawah untuk memantau air karena saling berebut air dengan petani lain.
Petani di Kabupaten Pidie selama ini hanya mengandalkan air hujan atau irigasi untuk mengairi sawah. Karena jarangnya hujan, limpasan air irigasi yang berasal dari Kecamatan Keumala pun berkurang. Petani terpaksa mencari solusi irigasi lain, seperti menggali sumur.
salad istik
Sementara itu, Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman meminta warganya melaksanakan salat Istiska agar Allah segera menurunkan hujan. Sholat istiska adalah sholat memohon hujan yang dilaksanakan di lapangan terbuka.
Dengan salat Istisqa’, Aminullah berharap ibu kota Aceh tidak mengalami krisis air untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kami mengimbau para Keuchik (kepala desa) di seluruh Gampong (desa) untuk mengajak warganya melakukan shalat istiska dan berdoa kepada Allah SWT agar diturunkan hujan,” kata Aminullah, Selasa, 26 Juli 2017.
Aminullah menambahkan, pihaknya meminta PDAM selalu memantau pelayanan dan penyediaan air bersih kepada warga. “Saat ini musim kemarau sedang melanda dan diperkirakan akan berakhir pada bulan Agustus,” kata Aminullah.
Sebelumnya, pada Senin 24 Juli 2017, ratusan warga Desa Dayah Lamteh, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Istiska menggelar salat di halaman masjid setempat.
Warga dari segala usia membentangkan karpet dan sajadah di ruang terbuka tersebut. Mereka membentuk beberapa shaf kemudian melaksanakan shalat sunnah istiska dua rakaat. —Rappler.com