• July 7, 2025
Kelompok Abu Sayyaf mengaku berada di balik ledakan di Kota Davao

Kelompok Abu Sayyaf mengaku berada di balik ledakan di Kota Davao

JAKARTA, Indonesia – Sesuai prediksi pemerintah, kelompok militan Abu Sayyaf mengaku bertanggung jawab atas insiden ledakan maut di pasar malam di Kota Davao. Stasiun radio DzMM melaporkan melalui juru bicaranya, Abu Rami, bahwa kelompok Abu Sayyaf mengaku sebagai dalang ledakan pada Jumat malam, 2 September, di pasar malam Roxas, Kota Davao.

Abu Rami menggambarkan ledakan itu sebagai seruan bagi para pejuang dari kelompok militan lain di Filipina untuk bersatu. Ia juga mengatakan aksi teroris tersebut merupakan peringatan kepada pemerintah Filipina yang dipimpin oleh Presiden Rodrigo Duterte, mantan Wali Kota Davao.

Sementara itu, Duterte mengaku sudah memperkirakan akan mendapat jawaban dari Abu Sayyaf. Pasalnya, Duterte telah memberikan instruksi kepada militer untuk menghancurkannya hingga tidak ada yang tersisa.

Ia pun mengaku siap membalas dendam dari kelompok Abu Sayyaf.

“Apa yang Anda lakukan (kepada kami), saya bisa melakukan (retribusi) 10 kali lebih baik. “Saya punya tentara dan pesawat,” kata Duterte, memperingatkan terhadap Abu Sayyaf.

Sesuai instruksi Duterte, Angkatan Bersenjata Filipina kemudian mengirimkan 5 batalyon yang terdiri dari 2.500 tentara ke Jolo, Pulau Sulu. Artinya, total personel TNI di Jolo berjumlah kurang lebih 7.000 orang.

Menurut Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Ricardo Visaya, jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar yang dikirim pemerintah untuk melawan Abu Sayyaf. Pada perang sebelumnya, 14 anggota Abu Sayyaf tewas.

Tetapkan keadaan darurat

Perintah lain yang disampaikan Duterte setelah ledakan di pasar malam Davao adalah mengumumkan keadaan darurat di pulau Mindanao. Duterte awalnya mengeluarkan deklarasi keadaan darurat untuk seluruh Filipina, namun kalimat ini diklarifikasi beberapa jam kemudian oleh asisten khususnya, Bong Go, dan hanya terbatas di wilayah Mindanao.

“Saya menyatakan ini sekarang adalah keadaan darurat. “Ini bukan darurat militer, tapi saya bilang akan ada pos pemeriksaan,” kata Bong pada Sabtu, 3 September dini hari, di Davao City.

Dengan penugasan ini, maka akan ada upaya terkoordinasi antara polisi dan militer untuk mendukung upaya pemerintah melawan terorisme dan peredaran narkoba. Menurut pemerintah, penerapan keadaan darurat ini sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1987. Tertulis bahwa Presiden diperbolehkan mengerahkan kekuatan militer untuk mencegah atau menekan tindakan kekerasan yang terjadi tanpa hukum.

Sejauh ini Duterte hanya akan mengerahkan pasukan militer di Filipina dan di berbagai pos pemeriksaan. Namun sejauh ini belum ada penerapan jam malam.

“Ada saat-saat khusus, ada krisis di negara ini yang melibatkan narkoba, pembunuhan di luar proses hukum, dan lingkungan di mana tidak ada supremasi hukum,” kata Duterte.

Perintah tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dan Kepolisian Nasional Filipina (PNP).

“AFP sedang bersiap untuk melaksanakan tugas apa pun yang akan diberikan oleh panglima tertinggi militer sehubungan dengan situasi darurat,” kata perwakilan AFP pada Sabtu pagi.

AFP juga meminta warga tetap tenang dan menahan diri untuk tidak berspekulasi agar situasi tidak bertambah buruk. Sementara itu, PNP hari ini menyatakan sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengetahui penyebab ledakan atau siapa yang bertanggung jawab.

“Kami meyakinkan masyarakat bahwa PNP menangani situasi ini dengan baik,” kata mereka.

Telah diperingatkan

Duterte mengunjungi lokasi ledakan sekitar pukul 05.10 waktu setempat pagi ini setelah mengadakan konferensi pers. Dia tidak membeberkan temuan awal penyelidikan polisi dan personel militer.

Namun, dia mengklaim bahwa berbagai badan hukum dan dirinya sendiri telah diperingatkan sebelum ledakan terjadi.

“Kami sudah diperingatkan, kami siap dan semua pejabat berwenang ada di sini, bahkan (Kepala Imigrasi Nicanor) Faeldon, dan semua kepala badan intelijen ada di sini,” kata Duterte.

Meski ia tidak secara langsung mengatakan ledakan tersebut merupakan tindakan terorisme, ia tampaknya menghubungkan insiden di pasar malam Davao dengan pembobolan penjara yang melibatkan kelompok teroris.

“Ada peringatan ini, lalu peringatan lainnya, yakni peristiwa Maute. “Belakangan ini banyak terjadi aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok teroris,” ujarnya lagi.

Pada tanggal 28 Agustus, sebuah lembaga pemasyarakatan di Kota Marawi diserang oleh kelompok teroris lokal.

Batalkan kunjungan ke Brunei

Beberapa jam setelah ledakan di Kota Davao, Duterte membatalkan perjalanan resminya ke Brunei Darussalam.

“Kunjungan ke Brunei telah dibatalkan,” kata sekretaris komunikasi Duterte Martin Andanar pada hari Sabtu.

Dia sebelumnya dijadwalkan mengunjungi Brunei pada Sabtu 3 September hingga Senin 5 September.

Duterte juga dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia Tenggara (ASEAN Summit) di Laos pada 6-8 September. Setelah itu, ia akan mengunjungi Indonesia untuk bertemu Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo pada 8-9 September.

Namun belum ada keterangan lebih lanjut mengenai kunjungan selanjutnya.

—Rappler.com

Pengeluaran HK