• May 30, 2025

Keluarga ABK TB Charles mengharapkan keajaiban bisa merayakan Idul Fitri bersama

Tujuh awak kapal tunda batubara TB Charles diculik oleh kelompok milisi bersenjata Filipina pada 20 Juni. Sejauh ini belum ada tanda-tanda pelepasannya.

SAMARINDA, Indonesia – Disaat masyarakat lain menyambut Idul Fitri dengan suka cita, kesedihan dirasakan oleh anggota keluarga anak buah kapal (ABK) TB Charles. Sebab hingga Idul Fitri tiba, belum diketahui kejelasan nasib mereka setelah mereka diculik oleh kelompok milisi bersenjata Filipina pada 20 Juni lalu.

Elona, ​​​​istri Robin Piter, pengemudi TB Charles berharap suaminya bisa kembali saat Idul Fitri. Ia tetap ingin suaminya menjadi imam dalam rumah tangganya.

Siapa tahu ada keajaiban, suami saya bisa pulang dan merayakan Idul Fitri bersama kami di rumah, kata Elona yang ditemui Rappler di kediamannya, Minggu, 3 Juli.

Suaminya yang berprofesi sebagai pelaut ini jarang ada di rumah, apalagi saat lebaran. Robin sering menghabiskan banyak waktunya di kapal.

Namun kali ini dia dan 6 awak kapal lainnya ditangkap oleh kelompok milisi bersenjata di Filipina selatan. Besar kemungkinan pelaku berasal dari kelompok Abu Sayyaf.

Penculikan sudah memasuki hari ke-17, namun belum ada tanda-tanda para sandera bebas. Nyatanya hingga saat ini Elona belum bisa mendengar suara Robin. Karena Robin dipastikan diculik, dia tidak bisa dihubungi.

Ketidakhadiran suaminya membuat ia tidak memasak rendang yang menjadi menu favorit suaminya saat perayaan Idul Fitri.

“Suamiku paling suka rendang. “Tetapi karena saat ini dia tidak ada, saya hanya akan memesankan makanan untuk anak-anak,” ujarnya.

Dari ketiga anaknya, putra bungsunya, Bino yang masih berusia 5 tahun, mengaku sangat merindukan ayahnya. Sejauh ini, perusahaan tempat Robin bekerja, PT Russianto Bersaudara, memastikan ketujuh awak kapal dalam kondisi baik. Namun Elona merasa itu belum cukup.

“Saya juga ingin tahu cara membebaskannya. Kapan suamiku bisa pulang?” tanyanya sambil mengaku semakin sedih saat melihat wajah anak-anaknya.

Duka Elona juga dirasakan istri awak kapal lainnya, Dian Megawati Ahmad. Suaminya, Ismail, yang bekerja sebagai first officer TB Charles, juga diculik saat berlayar dari Filipina selatan menuju Samarinda. Ia mengaku diminta pihak perusahaan untuk bersabar. Namun, saya tidak tahu berapa lama itu akan bertahan.

Sementara itu, Juru Bicara PT Russianto Bersaudara, Taufiq Qurrohman mengaku belum bisa memberikan banyak informasi kepada media mengenai upaya pembebasan para sandera. Menurut dia, hal itu masuk ke wilayah kerja pemerintah melalui Crisis Center yang dibentuk Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan. Luhut Panjaitan sendiri yang memimpin lembaga tersebut.

“Kami di daerah hanya bisa menerima informasi. Yang pasti kondisi ketujuh awak kapal dalam keadaan sehat, kata Taufiq.

Namun dia tak merinci lebih jauh mengenai upaya pembebasan tersebut, termasuk apakah pihak perusahaan sudah menyiapkan uang tebusan yang diminta, yakni 20 juta Ringgit Malaysia atau Rp65 miliar.

“Prinsipnya kami siap, kami juga diminta menyiapkan sesuatu. Namun, bentuknya saat ini masih belum diketahui, katanya.

Hancurkan moratorium

TB Charles tetap berlayar ke Filipina selatan untuk mengangkut batu bara meski sebelumnya sudah ada moratorium yang dikeluarkan Menteri Perhubungan. Berdasarkan informasi TNI Angkatan Laut, kapal TB Charles dan Barge Robby berangkat dari pelabuhan Cagayan De Oro Filipina menuju Samarinda dengan membawa 13 awak kapal.

Dalam perjalanan, Senin 20 Juni sekitar pukul 11.30 di perairan Laut Jolo, Kapal TB Charles didatangi dua perahu berpenumpang 4-5 orang. Salah satunya membawa senjata api laras panjang dan berkomunikasi dalam bahasa Melayu.

Namun, mengapa kapal tetap berlayar padahal moratorium Menteri Perhubungan belum dicabut? Menurut Kepala Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan Samarinda Yus K. Usmany, mereka memperingatkan nakhoda agar tidak melintasi wilayah konflik.

Bahkan, awak kapal juga melampirkan surat pernyataan kesiapan bertanggung jawab atas segala risiko selama pelayaran.

“Kami menyarankan agar tidak melintasi wilayah konflik. “Mereka sebenarnya sudah melampirkan surat pernyataan siap bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin terjadi,” kata Yus.

Ia juga berdalih, persoalan rute kapal merupakan kewenangan nakhoda kapal. Menurut dia, jalur yang ditempuh kapal TB Charles juga dilalui kapal tunda batu bara lainnya dari Banjarmasin, Tarakan, dan daerah lainnya.

“Jadi, bukan hanya TB Charles yang melintasi kawasan itu. “Masih banyak (kapal) lainnya,” ujarnya.

Terakhir, untuk mencegah kasus pembajakan terulang kembali, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kembali mengeluarkan telegram larangan kapal pengangkut batu bara berangkat ke Filipina. – Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran HK Hari Ini