• November 24, 2024

Keluarga membebaskan 13 prajurit TNI yang menjadi korban jatuhnya helikopter di Poso

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menghadiri pemakaman tersebut.

JAKARTA, Indonesia—Awan menggantung di langit Kalibata, Selasa sore, 22 Maret. Deretan papan bertuliskan “Duka Cita” berhias bunga di samping Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Sementara itu, perempuan dan laki-laki berpakaian putih-hitam memasuki area pemakaman, diiringi tentara berseragam kamuflase hijau. Beberapa di antaranya dibawa dan digiring. Ada pula yang menggunakan kursi roda karena tidak bisa berjalan.

Mereka adalah keluarga prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tewas dalam kecelakaan helikopter di Poso, Sulawesi Tengah pada Minggu malam, 20 Maret.

Helikopter berangkat menuju Poso dari Dusun Watutau, Kecamatan Lore Utara membawa 13 orang prajurit tentara Indonesia. Sayangnya, Pesawat tipe Helly Bell 412 EP dengan No. HA-5171 jatuh di perkebunan Desa Kasiguncu karena faktor cuaca.

        Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Isak tangis anggota keluarga yang membawa jenazah prajurit itu terdengar di tengah teriakan pembawa acara. “Tuan, Anda di sana, bukan? Dimana ayahmu?” kata seorang anak laki-laki. “Ssst,” sang kakak menegur anak laki-laki itu.

Penghormatan terakhir tak hanya diiringi hujan air mata, tapi juga gerimis, terkadang hujan deras.

Tenda yang menjadi tempat berteduh keluarga bocor, air menggenangi ladang dan merendam bunga yang hendak ditaruh di kuburan.

Namun keluarga tersebut tetap bertahan, meski menghadapi angin kencang dan kilat.

        Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Upacara ditunda sampai cuaca membaik. Sementara itu, para prajurit berbaris dan menyiapkan senjatanya untuk memberikan penghormatan terakhir kepada rekan-rekannya yang gugur dalam menjalankan tugas.

Di tengah upacara, ibu seorang tentara histeris, hendak mendekati peti mati anaknya, namun ditahan oleh seorang tentara.

Anggota keluarga lainnya hanya bisa terpaku melihat foto kerabatnya yang digendong tentara.

        Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Kehadiran Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti seakan tak mampu menghapus air mata keluarga korban.

Istri-istri tentara masih sesekali menyeka air matanya sendiri dengan baju suaminya. Salah satunya adalah istri Kapten Dr. Yanto, salah satu prajurit yang gugur. Dia baru saja menikah 6 bulan yang lalu, dan sedang hamil.

        Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Saat peti mati ditaruh di kuburan, terdengar suara “Boom”. Ternyata peti mati tersebut telah lepas dari tangan penjaga makam. Pihak keluarga langsung berdoa.

Setelah itu, tas peti tersebut berjalan cukup lancar. Salut dilontarkan ke udara.

Usai sambutan, pembawa acara dan keluarga diperbolehkan meletakkan bunga untuk terakhir kalinya.

    Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

        Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Di penghujung acara, Menteri Luhut dan Kapolri menghampiri keluarga korban. Kedua petinggi ini satu per satu menyapa anggota keluarga yang berduka.

Usai upacara dan penyambutan, langit Kalibata kembali mendung dan turun hujan deras. Antrean bubar, sementara keluarga terus mendekati makam, meletakkan bunga dan mengucapkan selamat tinggal terakhir mereka. —Rappler.com

BACA JUGA

Hongkong Pools