Kepala Badan Lingkungan Hidup PBB mengunjungi konservasi Orang Utan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menurut Menteri Siti Nurbaya, Indonesia bisa menjadi contoh konservasi gambut dan orangutan
PALANGKARAYA, Kalimantan Tengah — Direktur Eksekutif Lingkungan Hidup PBB Erik Solheim terkesan dengan pemandangan sepanjang jalan dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, hingga Taman Nasional Sebangau.
Di kawasan yang berjarak 28 kilometer dari ibu kota provinsi ini, terdapat beberapa upaya pelestarian alam dengan melakukan konservasi rumput dan orangutan.
“UN Environment mendukung Kementerian LHK dalam konservasi Taman Nasional Sebangau yang merupakan kawasan habitat orangutan dan ekosistem gambut,” kata Erik Solheim, Sabtu 13 Mei 2017.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, mengundang Erik Solheim, Kepala Badan Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa, ke lapangan untuk memberikan gambaran komprehensif kepada masyarakat internasional tentang pengelolaan taman nasional dan rumput di Indonesia.
Luas Taman Nasional Sebangau adalah 4.896 kilometer persegi, dengan populasi orangutan pada tahun 2007 sebanyak 5.400 individu. Pada tahun 2015, jumlah penduduk meningkat sebanyak 426 jiwa (7,8 persen). Artinya, rata-rata penambahan salah satu satwa endemik yang dilindungi di Indonesia ini mencapai 53 ekor (1,1 persen) per tahun.
Taman Nasional Sebangau dibentuk khusus untuk melindungi dan melestarikan ekosistem rawa gambut serta menjamin kelestarian keanekaragaman hayati khususnya orangutan. Untuk itu di Taman Nasional Sebangau ditanami lahan seluas 9.626 hektare dan sekat saluran. (pemblokiran saluran) sebanyak 1.318 buah.
Siti Nurbaya menuturkan, banyak hal yang ia temukan pada kunjungannya kali ini, terutama sekat kanal yang pada dasarnya kurang lebih sama dengan gambut di daerah lain. “Jadi menurut saya pendekatan penyekatan saluran adalah kuncinya, dimana luas lahan ini terbakar pada tahun 2015 sebanyak 16 ribu hektare dan kebakaran tersebut merupakan lahan gambut murni,” jelas Siti Nurbaya.
(BA: Kebakaran hutan di Palangkaraya, 600 meter dari kawasan konservasi orangutan)
Taman Nasional Sebangau memiliki stasiun iklim yang berfungsi, termasuk pengamatan penguapan, curah hujan dan kecepatan angin. Data tersebut berguna untuk melacak jumlah hari hujan dalam satu bulan.
“Makanya kita harus waspada saat memasuki bulan kemarau,” kata Siti. Ada juga alat di sana untuk mengukur kedalaman air dan kondisi rumput.
Oleh karena itu, pengamatan ini patut menjadi perhatian dan diperhitungkan dalam upaya pengelolaan taman nasional dan lahan gambut di Indonesia.
Sehari sebelumnya, Siti Nurbaya dan Erik Solheim mengunjungi pusat rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Yayasan Penyelamatan Orangutan (BOS) Nyaru Menteng Kalimantan merupakan tempat rehabilitasi dan adaptasi orangutan sebelum dilepasliarkan ke alam liar.
Pusat konservasi ex-situ ini terletak sekitar 28 km dari Kota Palangkaraya dan berada di ekosistem hutan gambut seluas 62,5 ha. Didirikan pada tahun 1999, Nyaru Menteng kini menjadi rumah bagi 458 orangutan, 96 di antaranya siap dilepasliarkan.
Siti Nurbaya mengatakan secara umum ada standar yang harus dipertahankan Indonesia bahkan meningkatkan populasi orangutan.
“Orangutan dengan kondisi tertentu, seperti cacat atau penyakit yang sudah tidak bisa dilepaskan lagi, akan dilakukan penangkaran (breeding). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan populasi orangutan yang saat ini tergolong terancam punah (bahaya kritis),” kata Siti Nurbaya.
(BA: Ratusan Orangutan di Palangkaraya Mati Karena Merokok)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mendapat laporan dari manajemen bahwa mereka kekurangan ruang. Terkait hal ini, pemerintah akan mengkaji dan mengkaji solusi yang mungkin dilakukan untuk mendukung pengelolaannya. “Karena saat melihat sekolah orangutan, kami juga sedih, sama seperti saat melihat anak kami sendiri. “Hal ini akan kami perhatikan dan segera kami diskusikan kembali,” kata Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya mengingatkan hal penting yang harus ditanamkan oleh Indonesia bahwa hewan adalah milik masyarakat. “Saya kira ini adalah salah satu cara agar dengan rasa memiliki ini setiap orang bisa mencintai dan menjaga keberadaannya,” kata Siti Nurbaya.
Erik Solheim juga menekankan pentingnya melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat lokal dalam konservasi taman nasional. “Terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas dukungan Presiden, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta peran serta semua pihak. “Ini merupakan contoh yang baik, dan juga dapat menjadi contoh bagi dunia dalam pengelolaan lahan gambut dan konservasi orangutan,” kata Erik Solheim. –Rappler.com