Kerja sama AS-ASEAN harus fokus pada pengembangan UMKM
- keren989
- 0
UMKM dianggap sebagai tulang punggung perekonomian sebagian besar negara anggota ASEAN dan tahan terhadap krisis.
JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta agar kerja sama antara Amerika Serikat dan kawasan ASEAN dapat fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sebab 88,8 persen hingga 99,9 persen bentuk usaha di ASEAN adalah UMKM.
Industri di sektor ini bahkan menyerap 51,7 persen hingga 97,2 persen angkatan kerja di ASEAN.
“Di Indonesia sendiri, UMKM merupakan salah satu yang memiliki ketahanan tinggi dan mampu menopang perekonomian negara meski terjadi krisis global,” kata Jokowi saat menyampaikan pandangannya saat berpidato di hari pertama menghadiri KTT AS-ASEAN di California. , seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 Februari.
Namun, UMKM seringkali menghadapi tantangan terutama dalam hal peningkatan kapasitas, akses terhadap permodalan dan pendanaan alternatif, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar global, dan integrasi rantai regional dan global.
Untuk itu, Presiden Jokowi memandang perlunya kerja sama ASEAN-AS untuk memastikan dukungan berkelanjutan bagi pengembangan dan ketahanan UMKM. Terutama dalam hal akses pasar dan transfer pengetahuan dari perusahaan besar ke UMKM, kata Pejabat Komunikasi Presiden. Ari Dwipayana, tulisnya dalam keterangannya.
Lalu bagaimana dengan fokus Jokowi pada teknologi?
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, teknologi dan ekonomi digital merupakan sebuah keniscayaan di era digitalisasi.
Indonesia, kata Jokowi, mempunyai visi menjadi ekonomi digital terbesar pada tahun 2020. Oleh karena itu, Indonesia mendukung kerja sama ASEAN dengan AS di bidang teknologi informasi, khususnya pemanfaatan ekonomi digital bagi masyarakat.
“Saya yakin kerja sama ini dapat membatasi banyak hal celah pembangunan antar negara-negara ASEAN,” kata Jokowi.
Pernyataan Jokowi ini didukung oleh Presiden AS Barack Obama yang menjadi tuan rumah KTT AS-ASEAN di California. Menurut Obama, teknologi harus bermanfaat bagi masyarakat.
“Karena teknologi bermanfaat bagi manusia, maka isu pendidikan juga mempunyai arti penting,” kata Obama.
Dialog dengan tiga CEO
Sejalan dengan agenda tersebut, Jokowi bersama sembilan pemimpin negara ASEAN lainnya hari ini melakukan dialog dengan tiga CEO perusahaan digital yang diundang khusus oleh pemerintah AS.
Ketiga CEO yang hadir adalah Satya Nadella, CEO Microsoft, Ginni Rometty, CEO IBM, dan Chuck Robbins, CEO Cisco.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut hadir dalam forum tersebut mengatakan, ketiga CEO tersebut menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk melakukan lompatan bagi pemerintah agar dapat melayani masyarakat dengan baik.
Mereka juga menekankan pentingnya kemitraan antara pemerintah dan swasta serta peraturan yang mendukung iklim usaha.
Jangan bahas TPP
Dalam konferensi pers yang digelar pagi harinya, Jokowi menampik kemungkinan pembahasan Trans Pacific Partnership (TPP). Ia mengatakan Indonesia baru saja menyampaikan niatnya dan memerlukan waktu untuk mengambil keputusan.
“Prosesnya masih panjang. “Mungkin (bisa) dua atau tiga tahun,” kata Jokowi.
Padahal, sebelum mempertimbangkan TPP, Indonesia akan terlebih dahulu menjajaki kemitraan serupa dengan Uni Eropa.
Ia menggarisbawahi bahwa hal terpenting bagi pengambil keputusan sebelum bergabung dalam perjanjian perdagangan adalah berhati-hati dalam perhitungan. Apa untung ruginya bagi kepentingan nasional.
“Semuanya masih dihitung dan masih dalam proses. “Kami di sini tidak ada hubungannya dengan TPP, tapi ikut serta dalam KTT AS-ASEAN,” kata Jokowi.
Hal serupa juga disampaikan Menteri Perdagangan Thomas Lembong. Dikatakannya, meski sudah ada kesepakatan antara negara-negara pendiri TPP, namun kemitraan tersebut tidak diratifikasi.
“Mereka harus melalui proses 12 parlemen untuk bisa meratifikasi perjanjian tersebut,” kata Thomas.
Forum KTT AS-ASEAN akan dilanjutkan Rabu depan (Selasa waktu setempat). Pada hari kedua, Jokowi ditunjuk oleh Presiden Obama untuk memimpin sesi diskusi mengenai pemberantasan terorisme dan ekstremisme.
Alasan Obama memilih Indonesia karena Indonesia dinilai berhasil mengatasi serangan teroris 14 Januari dengan cepat. Indonesia juga dinilai memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi kejadian serupa di masa lalu. —Rappler.com
BACA JUGA: