• October 3, 2024

Kerukunan Umat Beragama di Malang: Toleransi Turun Temurun

Dengan penuh kesadaran, dua umat beragama membatasi diri agar perayaan keagamaan tidak mengganggu saudaranya yang berbeda keyakinan

MALANG, Indonesia — Surat dari Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Dewan Paroki Immanuel Malang tiba di meja takmir di Masjid Raya Jami, Kota Malang pada 15 Desember 2015. Dalam surat yang ditandatangani Pendeta dan Sekretaris Gereja Immanuel itu menginformasikan, diharapkan kegiatan ibadah Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 tidak mengganggu pelaksanaan salat Jumat di Masjidil Haram.

Didirikan pada tahun 1861, gereja ini berjarak sepelemparan batu dari Masjid Agung Jami Kota Malang, tepatnya di Jalan AR. Hakim 1 Malang, di pinggir Alun-Alun bersejarah Kota Malang. Gereja buatan Belanda itu bersiap menggelar Misa Natal sejak Kamis sore, 24 Desember 2015.

Ratusan kursi lipat berdiri di halaman luar gereja, meski masih berada di dalam pagar gereja. Sekitar 700 orang akan berbondong-bondong menghadiri dua kebaktian yang akan berlangsung malam ini masing-masing pukul 17.00 dan 20.00.

Seperti gereja-gereja lain yang tergabung dalam Federasi Gereja-Gereja Indonesia (PGI), GPIB Immanuel akan menggelar misa dengan tema “Hidup Bersama dalam Keluarga Tuhan”.

“Kami mendirikan tenda di luar gereja, meski tidak sampai ke jalan raya. Kami juga berkoordinasi dengan kepolisian dan instansi keamanan lainnya. “Tahun lalu ada Banser dan Pramuka yang turut serta memberikan pengamanan selain polisi,” kata Erick Pattipellony, Ketua V Bidang Informasi dan Komunikasi GPIB Immanuel Malang, Kamis 24 Desember 2015.

Ibadah misa sengaja menggunakan pengeras suara yang cukup keras sehingga dapat didengar oleh jemaah di dalam pagar gereja. Selain tidak mengganggu aktivitas di luar gereja, mereka juga tidak ingin mengganggu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Masjid Raya Jami, tepat di sisi selatan gereja. Gedung perusahaan asuransi merupakan satu-satunya bangunan yang memisahkan kedua rumah ibadah tersebut.

“Sampai saat ini kami tidak pernah diganggu dengan ibadah di Masjid Agung, begitu pula sebaliknya. “Keharmonisan ini sudah berlangsung lama, sebelum saya menjadi pengurus lima tahun terakhir,” ujarnya.

Maulid Nabi di Masjid
Dua hari terakhir, masjid terbesar di Kota Malang ini memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Malam ini, pengajian berlangsung usai Maghrib, dilanjutkan dengan penampilan seni hadrah yang dibawakan anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 512/Marabunta Malang. Semua kegiatan tersebut sengaja dilakukan di masjid bertingkat tiga yang berkapasitas 6.000 orang tersebut.

Umumnya kesenian hadrah berlangsung di halaman depan masjid dengan panggung yang bisa dinikmati jamaah dan pengunjung Alun-Alun Kota Malang, “Pengajian Ustad Harun Ismail dari Blitar hingga Maghrib, dilanjutkan Hadrah hingga Isya.” masjid, suaranya juga masuk ke dalam masjid,” kata Ketua Takmir Masjid Agung Jamik Malang, Zainuddin, Kamis 24 Desember 2015.

Selain Maulid Nabi, perayaan Natal yang jatuh pada hari Jumat 25 Desember 2015 juga bertepatan dengan Sholat Jumat siang. Sekitar 7.000 pria muslim akan memenuhi Masjid Jami hingga tumpah ke jalan utama dan halaman Alun-Alun Kota Malang. Otomatis, jalan sepanjang AR.Hakim tidak bisa dilalui kendaraan.

“Gereja berinisiatif mengirimkan surat yang memberitahukan bahwa kegiatan Natal mereka diharapkan tidak mengganggu salat Jumat. Dalam surat tersebut disebutkan kegiatan pagi hari akan berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 10.30 WIB. Tentu tidak mengganggu, umumnya jalan mulai padat sekitar pukul 11.00, kata Mahmudi, Sekretaris Takmir Masjid Agung Jami Kota Malang.

Menurutnya, keharmonisan ini diturunkan secara turun temurun sejak kecil. Tak hanya Gereja Immanuel yang dimiliki umat Protestan, Gereja Katolik di Kayu Tangan Hati Kudus Yesus yang terletak sekitar 100 meter sebelah utara Masjid Agung juga membuka lebar pagar gereja setiap kali masjid Idul Fitri. dan Sholat Idul Adha.

“Gereja Kayu Tagan juga membuka pagar agar halamannya bisa digunakan untuk sembahyang. “Bahkan mereka menunda pelayanan jika libur jatuh pada hari Minggu,” ujarnya.

Pada Kamis malam, 24 Desember 2015, ratusan warga GPIB Immanuel menyanyikan lagu-lagu pujian mengenang kelahiran Juruselamat mereka. Satu demi satu orang terus berdatangan dan memasuki pintu utama.

Sejumlah umat paroki dengan senang hati mengajak petugas keamanan gereja untuk memeriksa tas dan barang bawaannya sebelum memasuki gereja. Tak jauh dari gereja, ayat suci Alquran berkumandang pelan dari pengeras suara milik Masjid Agung Jami, Kota Malang.

Umat ​​Islam berbondong-bondong datang dan menunggu waktu Maghrib. Malam ini peringatan kelahiran rasul terakhir Maulid Nabi Muhammad SAW digelar di Masjid.

Pada Kamis sore, langit Kota Malang tertutup awan. Tak lama kemudian, hujan ringan turun. Ibarat sebuah simfoni alam, rintik hujan tak hanya menambah kekhidmatan ibadah dua insan berbeda keyakinan, tapi juga menjadi bahasa alami yang merayakan eratnya ikatan toleransi beragama. — Rappler.com

BACA JUGA

Data Sydney