• April 5, 2025

Kesedihan massal atas pencopotan Anies Baswedan

Mengapa sosok Anies Baswedan dirindukan orang tua dan murid sekolah?

“Orang baik memilih orang baik,” kata Anies Baswedan saat kampanye Pilpres 2014.

Sayangnya tidak semua orang baik akan bertahan lama seperti Pak Anies Baswedan. Ia diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014, namun diberhentikan hampir dua tahun kemudian.

Banyak orang tua, termasuk saya, yang menyayangkan pencopotannya dari jabatan orang nomor satu di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, karena pemikirannya yang tulus terhadap pendidikan. Ia juga punya terobosan anti plonking dan menyenangkan orang tua dalam mengantar anak ke sekolah.

(BACA: Anies Baswedan Sarankan Antar Anak di Hari Pertama Sekolah)

Bagi saya, Anies adalah ayah dan panutan yang ideal. Ia mempunyai prinsip yang kuat, tindakannya mencerminkan perkataannya dengan jelas, ia mempunyai ide-ide yang jauh lebih inovatif dibandingkan para pendahulunya yang tidak jelas mengenai tugasnya. Apa yang sedang kamu lakukan. Dan yang paling penting, dia mencintai anak-anak dan pendidikandan tidak peduli sama sekali untuk mendidik mereka dengan cara yang paling penuh kasih.

Wajar jika hati ibu dan ayah hancur saat Anies dicopot dari jabatan menteri. Padahal, kalau boleh jujur, dialah Menteri Pendidikan yang paling berani membuat pendidikan terlihat seksi. Ya, seksi!

Dulu, tidak ada orang tua yang mau repot-repot menjadikannya hari pertama sekolah sebagai suatu hal yang besar? Adakah yang pernah berpikir untuk melepas ponco di masa lalu?

Mungkin dianggap hal kecil, namun hati seorang anak yang bersemi karena diantar orang tua ke sekolah tidak bisa tergantikan dengan uang dunia. Plonco yang pemalu dan hanya ingin balas dendam pun tersingkir untuk mengembalikan harkat dan martabat masyarakat bawah yang sebelumnya hanya menjadi sampah di mata masyarakat atas.

(BACA: Permasalahan Masa Orientasi Sekolah dari Tahun ke Tahun)

Ada satu momen yang membuat saya angkat topi kepada Pak Anies saat beliau meminta jajarannya mengubah etos kerja.

Alkisah, ada seorang guru setempat yang datang dari Magelang ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta untuk mengurus kenaikan pangkatnya. Namun guru senior tersebut harus pulang dengan tangan kosong karena petugas yang mengurus masalahnya tidak ada. Masalah klasik bagi PNS di Indonesia.

Seluruh uang tiket dan waktu yang dihabiskannya untuk pergi ke Jakarta terbuang sia-sia karena salah satu stafnya tidak bertanggung jawab atas tugasnya.

Beruntung guru dan keluarga bertemu dengan Pak Anies secara tidak sengaja. Setelah menjelaskan masalahnya, Anies langsung membantu tanpa ragu sedikit pun pahlawan tanpa tanda jasa.

Ia kemudian mengirimkan surat panjang kepada bawahannya meminta mereka mengubah etos kerja dan menghormati guru lain yang mengalami nasib serupa.

“Kalau bapak dan ibu menemui kendala, ada yang menolak perubahan, ada yang tidak mampu menyederhanakan proses, menegur dengan keras dan tegas. Berikan isyarat untuk menjauh dari garis!”

Top, marktop bapaknya! Berani menerobos kisruh hutan birokrasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dan semua itu dia lakukan karena dia tahu bagaimana rasanya menjadi anak guru, karena ayah kandungnya juga mengalami hal yang sama. Intinya, Anies bekerja berdasarkan empati. Dan akhirnya mengantarkan buah karya penuh cinta dan keikhlasan dari hati.

Kecintaannya terhadap dunia pendidikan terlihat jelas ketika beliau menggagas ide Indonesia Mengajar. Gerakan ini mengundang para sarjana yang baru lulus untuk mengajar di pelosok Indonesia selama setahun. Saksikan bagaimana pelajar di kota ini berjuang mengatasi segala bentuk hambatan akomodasi, bahasa dan budaya.

Saya sempat ngobrol dengan Saktiana Dwi Astuti, gadis berhijab berusia 24 tahun. Beliau pernah menjadi guru relawan Indonesia Mengajar di SD 19 Limboro, Majene, Sulawesi Barat pada November 2010 hingga November 2011.

“Akses dan fasilitas di sana sangat minim. Jadi sekembalinya ke sini (Jakarta), saya merasa bersyukur dilahirkan dan mendapat pendidikan yang baik. Sementara mereka terus memperjuangkan mimpinya,” kata Sakti yang mengaku harus membuat ibu kandungnya menangis saat bersikeras ingin pergi ke pedalaman.

Ini… ini! Semangat itulah yang coba Anies tanamkan pada anak-anak kota agar mau mengunjungi rekan-rekannya di pelosok. Anak-anak kota bersyukur bisa mendapatkan kemudahan dalam segala hal. Sementara anak-anak desa juga menjadi pintar karena terbukanya mata pendidikan. Mutualisme yang tidak terpikirkan oleh orang-orang sebelum dia. panjang umur, Pak Anies.

Anies pun tampak “sedikit marah” saat mengetahui dirinya akan digantikan. Hal itu tercermin saat ia tetap bertugas di Sulawesi Selatan, meski Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta para menterinya tidak kemana-mana pada 25 Juli hingga 29 Juli 2016.

Saat resmi dicopot, Rabu, 27 Juli, dan digantikan Muhadjir Effendy, Anies mengirimkan surat yang diunggah melalui akun Facebook miliknya. Hatimu hancur membaca ini, Bro!

Dia memilih setiap kata dengan sempurna, menunjukkan kedewasaan dan keanggunan cara berpikirnya. Cara beliau yang terus mengutamakan pendidikan anak dan lingkungannya mencerminkan kecintaannya yang mendalam terhadap dunia pendidikan.

Wajar jika Anda merasa sedih atas meninggalnya sosok seperti ini. Biarlah mereka mengatakan bahwa beliau hanya sosok konseptual dan bukan eksekutor, namun di hati para orang tua kita, beliau adalah sosok guru yang paling ideal yang kita harapkan dapat mendidik anak-anak kita kelak. Selamat tinggal, Pak Anies. Kami menunggu terobosan Anda selanjutnya. —Rappler.com

Zika adalah seorang web editor yang telah mencoba untuk tiga media nasional di Indonesia. Dia bermimpi memiliki pompa bensin sendiri sebelum dunia kehabisan minyak dan hampir mendapat gelar kutu buku sejati.

Togel Sidney