Kisah Casih dievakuasi dengan helikopter militer dari kota yang dikuasai ISIS
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Meski berhasil dievakuasi, Casih masih was-was memikirkan gaji lima tahunnya yang belum dibayar majikannya.
JAKARTA, Indonesia – Casih bt Waan, seorang pekerja migran asal Subang, Jawa Barat mengungkapkan rasa syukurnya saat diselamatkan dari wilayah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Januari 2016. Ia khawatir tidak akan selamat jika tetap tinggal bersama majikannya Tsair bin Samalut di kota Deir Ezzor, Suriah.
Pejabat Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Damaskus, AM Sidqi menjelaskan, 80 persen kota Deir Ezzor dikuasai kelompok militan pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi. Kota ini juga merupakan salah satu daerah yang mengalami kerusakan paling parah karena merupakan medan pertempuran antara Tentara Suriah dan pemberontak Tentara Pembebasan Warga Suriah (FSA), ISIS, dan Jabhat Al-Nusra.
Keberadaan Casih baru diketahui pada tahun 2015 ketika majikannya melaporkannya ke tentara Suriah.
“Kami mendukung pemerintah Suriah untuk menyelamatkan Casih. Kemudian KBRI Damaskus mengirimkan nota diplomatik pada 6 Desember 2015 agar pemerintah dapat membantu penjemputan TKI di Subang, kata Sidqi yang dihubungi Rappler melalui telepon, Kamis, 21 April.
Pemerintah Suriah kemudian meresponsnya dengan memerintahkan Kapolres Suriah wilayah timur bekerja sama dengan Komando Militer Deir Ezzor untuk mengevakuasi Casih dengan helikopter ke kawasan aman.
“Majikan kemudian membawa Casih ke pangkalan militer di kawasan Deir Ezzor. Sedangkan majikan tidak diperbolehkan menaiki helikopter karena tentara hanya diperintahkan untuk mengevakuasi Casih, kata Sidqi.
Belakangan, menurut informasi jaringan intelijen pemerintah Suriah, Tsair bin Samalut dan keluarganya dikabarkan ditangkap ISIS. Tsair dianggap musuh ISIS karena bekerja sama dengan tentara Suriah untuk mengevakuasi Casih dari Deir Ezzor.
Casih kemudian dievakuasi oleh tentara Suriah ke Kota Hasakah dan tinggal di sana selama satu minggu. Dari sana, para pekerja migran yang tiba di Suriah pada tahun 2010 diterbangkan ke ibu kota Damaskus dengan penerbangan pribadi, Cham Wings Air.
Gaji belum dibayar selama lima tahun
Meski bisa bernapas lega karena selamat dari cengkeraman ISIS, masih ada sesuatu yang ada di pikiran Casih. Gajinya selama lima tahun bekerja di kediaman Tsair tidak dibayarkan.
Menurut Sidqi, total gaji yang tidak diterima Casih sebesar US$9.000 atau setara Rp119 juta. Gaji bulanan yang diterima Casih terbilang kecil, yakni US$150 atau setara Rp2 juta.
Sidqi pun mengaku bingung harus menuntut siapa karena majikan Casih telah ditangkap ISIS.
“Sebenarnya Casih masuk ke Suriah secara legal dan jauh sebelum negara ini terlibat perang saudara. “Dalam kontrak itu juga ada hak asuransi yang bisa diterimanya,” ujarnya.
Pada tahun 2011, pemerintah baru mengeluarkan moratorium pengiriman pekerja migran ke Timur Tengah.
KBRI Damaskus berharap Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNP2TKI) bisa memberikan santunan. Setidaknya saat pulang ke kampung halaman, hasil jerih payahmu akan dibagikan kepada keluarga.
Rencananya Casih bersama 50 WNI lainnya asal Suriah akan dipulangkan ke tanah air pada Selasa, 25 April, dan akan tiba di Jakarta keesokan harinya. – Rappler.com
BACA JUGA: