Kisah Frez Cika, kontestan ‘Fit for Fashion’ asal Indonesia
- keren989
- 0
Frez “Cika” Darnadi merasakannya mati setelah melahirkan anak pertamanya. Setelah hamil, berat badannya bertambah 22 hingga 25 kilogram. Apalagi saat itu ia mengalami kesedihan di tengah proses perceraian. Namun, Cika bertekad untuk bangkit dan mewujudkan mimpinya.
“Saya dulunya penggemar olahraga, tapi harus berhenti berolahraga setelah saya melahirkan melalui operasi caesar,” kata Cika kepada Rappler.
Tekadnya untuk kembali ke tubuh idealnya bermula saat ia menonton sebuah video pertunjukan realitas di televisi, Fit for Fashion, tahun lalu.
“Saya menonton episode pertama Fit for Fashion tak lama setelah saya melahirkan putra saya, dan saya langsung berkata pada diri sendiri, ‘Saya harus menyelesaikan musim kedua!'” kata mantan model dan penyanyi itu.
Wanita berusia 34 tahun ini juga terpilih menjadi wakil Indonesia di serial televisi besutan pusat kebugaran Fitness First dan Imagine Group Entertainment.
“Berat badan saya sebelum hamil antara 48-50 kilogram. Saya seorang gadis kecil dengan otot tanpa lemak. Saat hamil berat badan saya hanya bertambah 8 kilogram. “Namun berat badan saya meningkat menjadi 22-25 kilogram hanya dalam waktu dua bulan setelah melahirkan, karena saya selalu merasa lapar saat proses menyusui,” aku Cika.
Sebagai peserta pertama dari Indonesia pertunjukan realitas dalam skala internasional ini, ia bertekad untuk mendapatkan kembali kesehatan dan tubuh yang diimpikannya. Terlahir dari keluarga militer, Cika tak merasa was-was menghadapi tantangan yang dihadirkan selama proses syuting.
Pemenang Fit for Fashion musim pertama, Citira Corrigan, memang berdarah Indonesia, tapi dia orang Australia.
‘Aku melakukannya demi anak itu’
Latihan yang diujikan di Fit Fashion tidak hanya latihan fisik biasa seperti di gym, tapi juga mental. Selain karena mentalitas kompetitif, para kontestan juga harus berpose di depan kamera untuk keperluan fashion, sesuai dengan nama judul acaranya.
Keempat belas kontestan akan dinilai oleh juri yang sudah memiliki nama di industri kebugaran dan fashion, seperti Louise Roe, Christine Bullock, Mitch Chilson, dan Todd Anthony Tyler.
“Saya suka menghadapi tantangan, tapi tantangan terbesar bagi saya adalah berada jauh dari putri saya, apalagi tidak bisa mendengar suaranya,” kata Cika. Dia mengakui itu adalah keputusan terbesar dan tersulit yang harus dia ambil.
Tak bisa bersama anaknya dijadikan Cika sebagai cambuk meraih prestasi, untuk melihat kembali cita-citanya orang tua tunggal lahir di Makasar. “Saya ingin melakukan ini untuk anak saya. “Dialah yang membuat saya maju,” katanya.
Fiks vir Mode musim kedua akan tayang pada Kamis, 7 Januari di saluran Star World dan Kompas TV. CEO Fitness First Asia Simon Flint mengaku optimis Menunjukkan itu akan berhasil di Asia.
“Kalau ditanya orang awam, seberapa puaskah Anda dengan kondisi kesehatan Anda? “Kebanyakan orang tidak akan menjawab dengan angka 10,” kata Flint kepada Rappler saat berkunjung ke Jakarta Desember lalu.
“Makanya Fit for Fashion seperti itu terkait ke arah penonton.”
Flint mengatakan akan sulit bagi pemirsa untuk menonton acara kebugaran berdurasi satu jam di depan layar. Di sinilah peran fashion turut membuat acara ini semakin menarik.
“Melihat seseorang menjalani transformasi diri, itu sangat berarti kuat,” kata Flint.
Perubahan diri inilah yang ingin ditunjukkan oleh Cika dan kontestan Fit for Fashion lainnya bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang baik untuk diri mereka sendiri, dengan harapan dapat memberikan inspirasi bagi mereka yang menonton.
‘Diabetes sangat menakutkan’
Cika menuturkan, sejak terpilih menjadi kontestan, ia lebih memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsinya. “Setelah saya melahirkan, nasi adalah ‘sahabat’ saya saat saya menyusui. Tapi sekarang pola makan saya lebih ketat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, para ahli gizi yang diberikan selama masa kompetisi sangat memperhatikan jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi setiap konsultan, untuk memaksimalkan pelatihan dan proses transformasi.
“Sulit sekali karena saya suka makan makanan manis,” kata Cika. Ibunya beserta anggota keluarga lainnya seperti kakek, paman, dan bibinya semuanya menderita diabetes.
“Bahkan ibu saya tidak bisa hidup tanpa insulin selama delapan tahun sebelum dia meninggal. “Itu menjadi motivasi bagi saya untuk berhenti makan makanan manis dan itulah alasan saya memilih pola hidup sehat karena diabetes itu sangat menakutkan,” ujarnya.
Cika pun menggantikan kecintaannya pada makanan manis dengan buah-buahan dan sayur-sayuran. Sekarang di rumah, makanan sehari-harinya adalah ikan rebus dengan lemon dan rosemary yang dimasak dalam oven.
Untuk sarapan biasanya makan saus alpukat pada roti gandum utuh. Terkadang diselingi gandum. Untuk jajan, Cika sering masak kue bebas gluten untuk dia dan putrinya. Ia juga suka meminum susu kambing yang kandungan lemaknya lebih rendah dibandingkan susu sapi. yogurt juga tersimpan rapi di lemari es.
Semangat untuk ibu hamil
Apa yang menimpa Cika bukanlah hal yang jarang terjadi, khususnya pada kaum perempuan. Tak sedikit ibu yang mengalami kelebihan berat badan saat hamil, maupun setelahnya.
Dan Cika pun menyadarinya.
“Jangan khawatir jika perut Anda besar. Jangan pernah malu dengan lemak di tangan Anda. “Jangan sedih jika kesulitan berjalan dengan tubuh besar,” ujarnya menghibur ibu-ibu yang sedang hamil.
“Ini akan menjadi tantangan terbesar yang harus diatasi, namun juga bisa menjadi motivasi terbesar untuk menjalani hidup lebih sehat.”
Memulainya memang sulit, namun dengan disiplin, dia yakin para ibu bisa mencapai apa yang diinginkannya. —Rappler.com
BACA JUGA: