Kisah hilangnya remaja Yogyakarta yang diduga tergabung dalam organisasi Gafatar
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Maria Resubun tak menyangka tanggal 26 November 2015 menjadi hari terakhir ia bertemu cucunya, Ahmad Kevin Aprilio. Remaja yang tinggal di Mlati Sleman, Yogyakarta, diduga diajak ayah kandungnya, Sanggar Yamin, untuk bergabung dalam organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Untuk Maria, Kevin mengaku akan berangkat bersama Sanggar mengunjungi kakek dari pihak ayah di Bima, Nusa Tenggara Barat. Namun, sehari setelah mereka pergi, ponsel keduanya sudah tidak bisa dihubungi lagi.
“Katanya mau ke Bima naik mobil, dari Yogyakarta ke Bali, lalu menyambung ke Mataram, lalu ke Bima,” kata Maria yang ditemui Rappler di rumahnya, Minggu, 10 Januari.
Setelah tak ada kabar, ibu Kevin, Olivia Sandra Yunita, menemukan surat yang ditulis putranya dan ditujukan kepada manajemen Gafatar.
“Kevin menulis di suratnya bahwa dia ingin bergabung dengan ayahnya (dengan Gafatar). “Mereka ingin ikut eksodus,” jelas Maria.
Maria mengatakan Yunita dan Sanggar sudah bercerai sejak 2008. Namun keduanya tetap berkomunikasi dengan baik demi Kevin. Karena itulah Sanggar masih sering berkunjung untuk menemui Kevin.
“Kami tidak ada masalah dan tidak pernah mencurigai apa pun karena ayah Kevin sering datang ke sini untuk bermain, makan, dan bermalam. Meski bercerai, (hubungannya) tetap baik. “Dia juga sering mengajak Kevin keluar, tapi dia selalu kembali,” kata perempuan berusia 65 tahun itu.
Menurut Maria, pihak keluarga sejak awal mengetahui bahwa Sanggar adalah salah satu pengurus Gafatar. Faktanya, Kevin belajar di sekolah di rumah dimiliki oleh Gafatar. Namun mereka tidak mengetahui bahwa Gafatar telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah.
“Kevin sudah belajar di sana sejak SMP. Itu atas permintaan ayahnya. “Kami lihat sekolahnya juga bagus, tidak hanya memberikan pelajaran, tapi juga ada kegiatan sosialnya,” kata Maria.
Setelah Kevin menghilang, Yunita berangkat ke sekolah. Namun, ia terkejut saat mengetahui gedung sekolah yang terletak di Maguwoharjo telah dialihfungsikan menjadi gudang peralatan pertanian. Dua orang teman Kevin yang bersekolah dan sering pulang bermain juga menghilang.
Sikap Kevin berubah
Maria teringat sikap Kevin yang tiba-tiba berubah sebelum dia menghilang. Pemuda yang semula rajin shalat itu tiba-tiba enggan menunaikan kewajiban lima hariannya. Saat diingatkan, Kevin menjawab bahwa shalat tidak wajib.
Keluarga kemudian mencari informasi di dunia maya tentang organisasi Gafatar. Mereka kaget karena keberadaan Gafatar dilarang dalam surat Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri Nomor 220/3657/D/III/2012 tertanggal 20 November 2012.
Keberadaan organisasi Gafatar menuai kontroversi di masyarakat. Berbagai pihak mengaitkan organisasi ini dengan ideologi yang disebarkan oleh Ahmad Musadeq. Musadeq menahbiskan dirinya sebagai mesias atau nabi terakhir. Sementara itu, Gafatar mengakui Musadeq sebagai salah satu guru spiritual mereka.
Ibu Kevin kemudian memutuskan untuk melapor ke Polda DIY, namun ditolak karena Kevin menghilang bersama ayahnya. Yunita tak menyerah lalu kembali melapor ke Polsek Mlati.
Ini bukan kasus pertama
Hilangnya sejumlah warga Yogyakarta secara misterius bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya ada Dian Ayu Yulianingsih, warga Perumahan Candi Gebang Permai, Sleman.
Dian menghilang bersama putrinya, Raina Ayranica Calya Putri. Keduanya menghilang setelah ada orang tak dikenal mendatangi rumah mereka.
Kasus lain terjadi pada dr. Rika Tri Handayani. Rica menghilang bersama anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono, setelah dijemput sepupunya. Ia meninggalkan surat yang berisi pesan keinginannya untuk menyempurnakan ajaran Islam dan berjuang di jalan Allah.
Hal serupa juga terjadi pada keluarga ES, pegawai pemerintah di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. ES tiba-tiba menghilang bersama suami dan anak sejak Oktober 2015.
Namun Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta Thoha Abdurahman membantah dugaan penyebab sejumlah orang hilang gara-gara mereka di Gafatar. Sejak dilarang pemerintah pada 2012, kata Thoha, Gafatar sudah tidak ada lagi.
“Bukan karena dia bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau gerakan Gafatar. “Gafatar sudah tidak ada lagi di Yogyakarta,” tegas Thoha.
Dia menilai ada apa dengan dr. Rica dan beberapa orang lainnya, karena tidak bisa mengendalikan nafsunya. MUI mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi.
“Jangan mudah terprovokasi. Kita harus bisa mengendalikan nafsu kita, khususnya wanita. Sebab, menurut Alquran, nafsu itu bagian dari setan, jelas Thoha.
Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti mengatakan, polisi saat ini masih mencari sejumlah orang yang dilaporkan hilang. Namun, mereka tidak dapat menebak kemana dan mengapa mereka pergi.
“Kami tidak bisa menebak-nebak, apalagi jika mereka dituduh terlibat dalam ormas tertentu,” kata Anny. – Rappler.com
BACA JUGA: