• November 25, 2024

Kisah jamaah Tabligh yang berdakwah ke seluruh penjuru dunia

BANDUNG, Indonesia – Nama Tabligh Jemaah mendadak mencuat usai pemberitaan konflik di Marawi, Filipina bagian selatan. Di tengah perang yang berkecamuk, 16 WNI jemaah Tabligh berada tak jauh dari lokasi penyerangan kelompok pro ISIS di kawasan Mindanao.

Tak pelak, muncul dugaan bahwa kelompok jamaah Tabligh terlibat dalam aksi teroris tersebut. Namun hal tersebut dibantah oleh Kementerian Luar Negeri. Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, dirinya mendapat informasi bahwa 16 WNI yang keluar tersebut tidak ada niat untuk berperang dengan kelompok Maute.

Dari informasi otoritas hukum Filipina dan Indonesia, kami belum mendapat informasi mengenai masa tinggal mereka di Filipina selatan, kata Iqbal yang ditemui di Bandara Soekarno-Hatta saat menjemput mereka pada Sabtu, 3 Juni tengah malam.

Lalu apa dan bagaimana kegiatan Jamaah Tabligh?

Rappler bertemu dengan Baban Taufiq, seorang Maulana, sebutan seorang ustad di Jamaah Tabligh, untuk mengetahui lebih jauh aktivitas kelompok tersebut.

Baban menjelaskan, Jemaah Tabligh sebenarnya sudah ada sejak beberapa dekade, dengan aktivitas utama adalah gerakan dakwah Islam. Gerakan ini dimulai oleh Muhammad Ilyas di India pada tahun 1926 dengan tujuan untuk menghidupkan kembali dakwah, seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

Gerakan ini kemudian menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia pada tahun 1973.

Di Bandung, Jamaah Tabligh mulai ada pada tahun 1986 oleh sekelompok mahasiswa kedokteran dari sebuah universitas. Mereka awalnya berkumpul di sebuah masjid di Kebon Pisang, Kosambi, Kota Bandung. Kemudian mereka berpindah-pindah dari masjid ke masjid lainnya, hingga akhirnya bermarkas di Masjid Madinah, Jalan Depok Antapani, Kota Bandung.

Nama Tabligh Jemaah sendiri, kata Baban, bukanlah nama yang diciptakan oleh masyarakat, melainkan sebutan orang lain terhadap orang-orang yang selalu berdakwah dan tabligh. Dakwah artinya mengajak, sedangkan tabligh artinya menyampaikan kebaikan.

Jemaah Tabligh, jelas Baban, bukanlah sebuah organisasi atau kelompok, melainkan kumpulan umat Islam yang ingin menjalankan apa yang diperintahkan Al-Quran dan dicontohkan oleh Rasulallah SAW.

“Kami tidak punya misi, kami hanya ingin berdakwah. Jadi sering kali kita menyebut jemaat ini bukan sebagai organisasi, melainkan organisasi (plesetan dari organisasi yang fokus mencari surga). “Bagaimana manusia bisa masuk surga di bumi dan surga di akhirat,” kata Baban.

Mereka juga menjelaskan sasarannya secara sederhana dan mudah dijelaskan, yaitu mengamalkan agama dengan sempurna, menghayati sunnah Nabi SAW dan mengutamakan akhirat sebagai tujuan. Jadi, dunia bukanlah tujuannya.

Dalam menjalankan dakwah, Jamaah Tabligh mempunyai metode yang disesuaikan dengan waktu luang para anggotanya. Ada dakwah selama tiga hari dalam radius satu kilometer atau satu kecamatan.

Kemudian, dakwah selama 40 hari dengan jarak yang lebih jauh. Juga untuk berdakwah selama empat bulan atau bepergian jauh ke luar negeri.

Sebanyak 10 dari 16 WNI yang menjadi jamaah Tabligh di Marawi merupakan mereka yang menunaikan dakwah selama 40 hari. Lokasi tujuan misi ditentukan berdasarkan musyawarah.

Bisa dalam atau luar negeri, termasuk ke daerah konflik. Tempat-tempat yang mereka tuju adalah masjid-masjid yang dituju.

“Masjid TIDAK pilih-pilih, masjid mana saja (akan dikunjungi), dan kita ingin masjid mana saja yang bisa kita datangi, kita TIDAK eksklusif,” kata Baban.

Namun terkadang kedatangan mereka tidak selalu disambut dengan tangan terbuka oleh pengurus masjid yang dituju.

“Kadang diterima, kadang TIDAK. Pasalnya, mereka tidak paham, masih curiga terhadap jemaah, kata pria berusia 43 tahun itu.

Jauh dari radikalisme

Cara dakwah jamaah tabligh tidak selalu melalui ceramah, tetapi juga dengan memberikan contoh, seperti pelaksanaan salat berjamaah, salat sunnah, tajwid, itikaf dan amalan lainnya yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Memberikan keteladanan atau teladan, menurut Baban, merupakan kunci dakwah itu sendiri. Karena begitulah cara Rasulallah melakukannya.

“Ceramahnya banyak, tapi contohnya jarang. Kami ingin mereka yang menyebarkan uswah atau teladan. Memimpin dengan memberi contoh merupakan salah satu metode dakwah yang dianjurkan. “Nabi Muhammad menonjol dengan uswahnya,” ujarnya.

Namun yang pasti dakwah Jemaah Tabligh disampaikan dengan penuh cinta seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kata Baban, Jamaah Tabligh jauh dari pemahaman radikalisme atau terorisme.

Apalagi kita sudah mengetahui ada ayat (yang menyebutkan) Nabi Muhammad diutus sebagai rahmatan lil alamin. Pembunuhan juga TIDAK ya dosa Membunuh satu orang sama seperti membunuh seluruh umat manusia,” katanya.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa label radikalisme dan terorisme kerap diterapkan pada jemaah Tabligh. Pasalnya, penampilan jemaahnya suka memakai gamis, celana skinny, dan berjanggut. Padahal, berpakaian seperti ini, kata Baban, merupakan salah satu cara mereka berdakwah.

“Ada seorang dakwah yang mendapat hidayah ketika melihat pakaian umat Islam. Jemaah yang berpakaian putih bersih, berdoa bersama, rukuk bersama, membuat heboh orang-orang kafir. “Tidak ada aura spiritual yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan cara ini,” ujarnya.

Karena kerap dicurigai, aktivitas jamaah Tabligh pun tak luput dari infiltrasi anggota intelijen Polri dan TNI. Namun yang terjadi, banyak anggota intelijen yang bergabung dan menjadi bagian dari Jemaah Tabligh.

“Dan lucunya banyak aktivis mobilisasi lokal yang mempunyai intelijen dimana-mana. Jadi ketika kita takut akan stigma radikal dan sebagainya, TIDAK jangan takut. Tunjukkan saja bahwa kita memang ada TIDAK tidak ada niat. “Kami adalah komunitas terbuka,” kata Baban.

Banyak artis yang mengikuti

Menurut data, markas Jamaah Tabligh berada di Masjid Tabligh di Dewsbury, Inggris. Setiap negara mempunyai kantor pusat nasional, regional, dan ratusan kantor pusat kecil yang disebut Halaqah. Halaqah ini berpusat di masjid dan musala.

Kegiatan di Halaqah dapat dibagi menjadi kegiatan harian, mingguan dan bulanan. Kegiatan ini bertujuan untuk meramaikan masjid dan mengajak masyarakat untuk kembali mencintai tempat ibadah.

Kegiatan sehari-hari meliputi konsultasi harian, taklim harian, zikir pagi dan sore, serta amalan silaturahmi. Kegiatan mingguannya bisa berupa jaulah atau mengunjungi sesama muslim dan berdiskusi tentang pentingnya iman dan amal, pentingnya memperjuangkan iman dan mempersiapkan diri menghadapi akhirat.

Kegiatan bulanannya bisa berupa khuruj selama tiga hari. Khuruj menghabiskan waktunya sepenuhnya untuk berdakwah untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain untuk mengerjakan keimanan, yang biasanya dilakukan dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir (pemimpin).

Pada saat Khuruj ada empat hal yang ditingkatkan, yaitu dakwah Illallah, taklim wataklum, zikir dan ibadah, dan feam (bakti kepada sesama muslim). Ada empat hal lagi yang dikurangi, waktu tidur dan makan, keluar masjid dan buang-buang waktu.

Selama khuruj kegiatannya diisi dengan ta’lim (membaca hadis atau cerita sahabat, jaulah (berkunjung ke rumah-rumah sekitar masjid tempat diadakannya khuruj dengan tujuan mengajak umat kembali kepada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah (dengan hafalan). enam sifat sahabat), karkuzari (memberikan laporan harian kepada amir), dan musyawarah Pada masa khuruj, mereka beri’tikaf di masjid.

Dalam menjalankan berbagai kegiatan tersebut, jemaah tidak menerima sumbangan dana dari manapun. Sumber dananya berasal dari kantong para pengikutnya.

Beberapa selebritis masyarakat diketahui pernah bergabung dalam Jemaah Tabligh. Diantaranya mantan staf Sheila on 7, Shakti, mendiang Gito Rollies, penyanyi Nineball, Ray, dan penyanyi Mata Band, Sunu.

Sunu mengungkapkan kepada Rappler ketenangan yang dirasakannya usai belajar agama melalui kegiatan yang dilakukannya bersama Jemaah Tabligh. Ia rela meninggalkan kekayaan dan popularitas yang diraihnya untuk hijrah ke jalan Allah.

“Tuhan memberiku perasaan, tanpa agama perasaan itu hampa. “Sekarang saya merasa tenang,” kata Sunu saat ditemui Rappler, Jumat malam, 2 Juni.

Pria berusia 37 tahun ini mulai bergabung dengan Jemaah Tabligh pada tahun 2009, saat ia berada di puncak karirnya. Ia merasakan dilema namun akhirnya memutuskan untuk hijrah.

Saat ini Sunu aktif dalam Jemaah Tabligh dan beberapa kali melakukan dakwah di dalam dan luar negeri. Negara-negara yang dikunjunginya antara lain Pakistan, Thailand, India, Malaysia, dan Singapura.

“Misi hidup saya sekarang adalah berdakwah,” ujar pria yang kini sering tampil dengan gamis dan memakai taqiyah (topi khusus muslim) itu. – Rappler.com

Keluaran Sydney