• November 26, 2024
Kisah memilukan seorang gadis kecil yang menjadi korban bom molotov di gereja Samarinda

Kisah memilukan seorang gadis kecil yang menjadi korban bom molotov di gereja Samarinda

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Kini keluarga tersebut hanya bisa mengingat nikmatnya IOB dalam ingatan mereka

BANJARMASIN, Indonesia – Anggiat Manummpak dan Diana Susan sudah tak bertenaga lagi. Keduanya hanya bersandar di peti mati yang terletak di ruang tamu rumahnya di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Di dalam peti mati tergeletak jenazah mungil putrinya IOB (2,5 tahun) yang tewas terkena bom molotov yang meledak di Gereja Ekumenis, Desa Sengkotek, Kota Samarinda pada Minggu, 13 November.

Anggiat Manummpak sesekali memandangi foto putrinya yang dibaringkan di peti mati. Matanya penuh air mata. Hilangnya putri satu-satunya membuat ayah berusia 33 tahun itu sangat terpukul.

Masnur Simanulang, kerabat Anggiat Tumpak, mengatakan saat ledakan terjadi, IOB sedang berada di halaman gereja. Anggiat melihat langkah kecil putrinya berlari keluar gereja untuk bermain bersama teman-temannya.

Saat terdengar ledakan, Anggiat langsung bergegas menuju teras gereja. Di sana ia melihat putrinya terbaring dengan pakaian yang masih terbakar. “Dia buka bajunya yang terbakar, IOB menangis di pangkuannya. “Saat pakaian yang terbakar itu dilepas, kulitnya juga ikut terkelupas,” kata Masnur.

“IOB masih menangis saat dibawa ke Puskesmas. Namun setelah dibawa ke RSUD AW Syahranie IOB, dia tidak sadarkan diri hingga meninggal dunia, lanjut Masnur.

IOB menghembuskan nafas terakhirnya, Senin 14 November 2016, sekitar pukul 04.30 Wita di RSUD AW Syahranie Samarinda. “IOB meninggal karena luka bakar parah,” kata Rachim Dinata, Direktur RSUD AW Syahranie.

IOB merupakan anak tunggal dari Anggiat Manummpak dan Diana Susan. Menurut Balutan Julianto Banjarnahor, adik Anggiat Manummpak, IOB merupakan anak yang bahagia. “Dia ceria, suka ngobrol. Semua orang yang dekat dengannya diajak bicara,” kata Balutan Julianto Banjarnahor saat ditemui di rumah duka.

Julianto mengungkapkan, pemakaman IOB menunggu kedatangan kakek IOB yang tinggal di Kabupaten Labuan Batu Utara, Medan. “Yang kami khawatirkan kakeknya, dia punya gejala penyakit jantung. “Sampai saat ini ayah saya belum mendapat kabar bahwa cucunya telah tiada,” kata Julianto.

Kini Julianto, Anggiat Manummpak dan Diana Susan hanya bisa mengenang nikmatnya IOB dalam ingatan mereka. Entah bagaimana perasaan mereka terhadap Juhanda, pelempar bom molotov yang merenggut nyawa IOB.

Juhanda kabur sesaat setelah melempar bom molotov. Ia kabur dengan cara menceburkan diri dan berenang di Sungai Mahakam sebelum akhirnya ditangkap polisi.

Warga sekitar gereja mengenal Juhanda sebagai penjaga masjid Mujahidin yang berjarak sekitar 200 meter di sebelah kiri gereja. —Rappler.com

Data Hongkong