• November 24, 2024
Kisah Najaq, Badak Sumatera yang Mati di Kutai Barat

Kisah Najaq, Badak Sumatera yang Mati di Kutai Barat

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Badak Sumatera berstatus ‘sangat terancam punah’ dengan perkiraan populasi kurang dari 100 ekor di seluruh dunia

JAKARTA, Indonesia – Seekor badak sumatera mati pada Selasa dini hari, 5 April, setelah mendapat perawatan intensif selama dua pekan setelah ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Saat ditemukan, kondisi Najaq mengalami luka parah di bagian kaki kiri akibat terjerat tali. Namun saat ini tim dokter masih sibuk melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab pasti meninggalnya Najaq.

Penemuan Najaq merupakan yang pertama di Kalimantan dalam 40 tahun terakhir. Badak sumatera mempunyai status terancam oleh kritik dengan perkiraan populasi kurang dari 100 di seluruh dunia.

Kondisi Najaq membaik saat dirawat tim dokter di kandang darurat (boma), namun akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 02.50 WIB, Selasa, 5 April.

Saat ini 14 ekor badak sumatera diketahui berada di dua kantong populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat, dua di antaranya diyakini berada tak jauh dari tempat ditemukannya Najaq, namun keduanya masih dalam kondisi sehat.

Upaya penyelamatan Najaq

Keberadaan badak di Kabupaten Kutai Barat teridentifikasi melalui jejak kaki pada tahun 2015 oleh Tim Survei WWF Indonesia. Namun keberadaan Najaq baru tercatat belakangan ini jebakan kamera pada tanggal 20 Oktober 2015.

Kondisi Najaq yang terekam kamera tampak mengalami luka serius karena terjerat tali. Oleh karena itu, segera dibentuk tim penyelamat pada bulan Desember 2015, yang terdiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Yayasan Badak Indonesia (YABI), WWF Indonesia, Taman Safari Indonesia (TSI), serta tim dokter dari Dinas Kesehatan. Institut Pertanian Bogor (IPB). .

“Bayangkan saja, kalau kita tidak menyelamatkannya dan suatu saat tali ini terlilit di pohon, pasti sakit sekali,” kata Anwar Purwoto, Direktur WWF Indonesia Sumatera-Kalimantan, dalam jumpa pers di Kementerian Kehutanan. Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan. Museum di Jakarta, Rabu, 6 April, saat terekam video seekor badak melintas, memperlihatkan jebakan kamera.

Keselamatan juga memerlukan proses yang panjang. Baru pada tanggal 20 Maret 2016, dengan metode perangkap lubang, Najaq berhasil dievakuasi untuk mendapat perawatan intensif.

“Kondisi Najaq sedang sakit. Kondisi lapangan juga tidak memungkinkan untuk dibius karena jika dibius tidak langsung pingsan melainkan berjalan-jalan. Jadi sudah waktunya memutuskan untuk menggunakannya lubang jatuh,” kata Direktur Eksekutif YABI Widodo Ramono di acara yang sama.

Keputusan ini diambil setelah pertemuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan organisasi masyarakat dan pakar terkait.

Setelah Najaq ditangkap lubang jatuh, ia langsung dipindahkan ke kandang sementara (boma) untuk mendapat perawatan intensif dari dokter. Boma dapat menampung badak selama sekitar dua bulan, dan kemudian dipindahkan ke sana kuil jika situasinya lebih baik.

Namun beberapa hari terakhir kondisinya semakin memburuk dan akhirnya tidak bisa tertolong lagi.

Hal ini sangat disayangkan karena Najaq yang berusia 10 tahun sedang dalam masa subur dan kemungkinan besar sudah bisa bereproduksi untuk meningkatkan populasi Badak Sumatera.

Hingga saat ini, tim dokter belum bisa memastikan penyebab pasti meninggalnya Najaq karena masih menunggu hasil otopsi. Rencananya jenazah Najaq akan diawetkan untuk kepentingan ilmiah dan sebagai objek wisata.

Untuk menyelamatkan empat belas badak sumatera yang tersisa yang tersebar di Kabupaten Kutai Barat, pemerintah berencana membuat setidaknya 10 Unit Perlindungan Badak (RPU).

“Saat ini sudah ada 2 yang sudah mengeluarkan SK (Surat Keputusan) kan? Namun karena lokasinya sangat luas dan tersebar di beberapa lokasi, maka harus dibangun minimal 10 unit RPU untuk 14 (badak) tersebut, makanya ditambah delapan lagi, kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup. . Kehutanan, Bambang Dahono Adji, pada konferensi pers yang sama.

Dengan populasi kurang dari 100 individu, badak sumatera merupakan satu-satunya badak bercula dua yang ada di Asia.—Rappler.com

BACA JUGA:

Hongkong Prize