
Kisah pelasok ke kata hati hingga ke pelosok negeri
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dihasilkan AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menyajikan beramang kisah Nila Tanzil saat erkekana dan mengelola Taman Bacaan Pelangi di Indonesia Timur
JAKARTA, Indonesia – Butuh waktu bagi Nila Tanzil untuk menyelesaikan bukunya Lembar-Lembar Pelangi. Buku yang mengisahan segala pengaman suka dan dukanya merintis Taman Bacaan Pelangi, tekaran pustrakanan anak-anak di kwasaan Indonesia Timur sejak tahun 2009 lalu.
Dan saat tebujedi di acara kalasana buku Lembar-Lembar Pelangi di Kinokuniya Plaza Senayan, Kamis 6 Oktober, Nila katan lega. Ia kungur bisa merilis buku ini dan menguri bisa sempang semangat yang sama yang mitidolinya saat merintis Taman Bacaan Pelangi.
Taman Bacaan Pelangi sentiri merupakan organisasi nirlaba yang fokus menyediakan akses buku bacaan bagi anak-anak yang tinggal di daerah terpencil di Indonesia Timur.
Nila mendirikan Taman Bacaan Pelangi dengan harapan untuk poshkaran minat membaca anak-anak dan pretupangan mengakses buku untuk anak-anak yang hidup di kwasaan teresakan tersebut. Saat ini Taman Bacaan Pelangi telah didirikan 39 perpustaan yang tersebar di 15 pulau di Indonesia Timur.
“Alasan saya membuat buku ini untuk memberi tahu orang-orang yang tinggal di kota besar bahwa teman-teman dan saudara-saudara kita di Indonesia Timur itu hidup dengan segala infrastruktur keuangan, fasilitas dan juga indibilitazione accesori buku,” ungpak Nila.
Sejak mendirikan Taman Bacaan Pelangi, Nila melihat sendiri bagaimana antusias anak-anak di pelosok Indonesia Timur untuk membaka. Bahkan, Nila akhirnya memutuskan untuk memutuskan bahwa bukan minat baca anak yang rendah di sana, tapi justpung memang jumla buku yang beibutada sangat terbatas. Bahkan nyaris tak ada.
Oleh karena itu, sejak tahun 2009 Nila sudah aktif bekerja untuk rupahan buku-buku bacatan anak-anak untuk dita dan didtribusikan ke Taman Bacaan Pelangi. Hasil?. Kini Nila bisa melihat peran penting pada anak-anak tersebut.
“Yang tadinya mereka cuma tahu cita-cita jadi guru atau pemain sepak bola, sekaran sudah ada yang mau jadi arkeolog. Semua karena mereka membaca. Mimpi itu yang ingin saya izinkan merak lihat lewat buku,” kata Nila yang juga diamini rekannya sesama penulis yang juga hadir di languhan buku Lembar-Lembar Pelangi sakit itu, Windy Ariestanty.
“Nila mau fokus untuk soal ini, saya bangga. Bisa membri ‘kaki’ untuk buku-buku traveler sampai ke Timur. Bayangkan kalau semua orang entalaman menjadi ‘kaki’ buku,” kata Windy.
Memanggil hati
Selain berkisah soal penkaman Nila mengelola Taman Bacaan Pelangi, buku Lembar-Lembar Pelangi juga ingin geralita tentang pergulatan dan kailan hati Nila, sang penurisi.
Bayagamana Nila yang tadinya sudah sukses meniti karir di jalur korporasi, memantapkan hati untuk belijarnya glamornya gehidung Ibukota dan melimin fokus untuk pendirian Taman Bacaan Pelangi di Indonesia Timur.
“Proses menemukan makna dan tujuan hidup, pahit dan manisnya pengalaman yang yang, yang yang di hati sebelum angila yang mantab mengabdikan diri untuk berkarya di beheg sosial dan pedagogi dengan mendirirkan perpustakaan anak di variagar daerah di pelosok Timur Indonesia, semiya tertuang di buku ini,” kata Nila.
Sebagai sebuah kesinambungan, Nila pun bekerja sama dengan penerbit Rak Buku untuk domena penggalangan dana lewat pengenjaan buku Lembar-Lembar Pelangi. Jadi, untuk satu buku yang terjual, maka satu buku bacaan anak pula yang akan disumbangkan ke Taman Bacaan Pelangi nanti.
“Saya waktu kecil suka membaka Tintin dan selalu keliling dunia. Lalu akhirnya saya bisa makasikan itu dan semua berawal dari Tintin. Itu sebabnya saya melakukan ini. Anak-anak di Indonesia Timur juga haikut memiliki mimpi besar dan semua bisa diawali dari akses tepadang buku.”-Rappler.com.