• October 14, 2024
Kisah Rio Haryanto dari titik nol hingga Formula 1

Kisah Rio Haryanto dari titik nol hingga Formula 1

JAKARTA, Indonesia – Rio Haryanto akhirnya mewujudkan mimpinya tampil di Formula 1. Ia kini akan berada di ajang yang sama dengan pembalap ternama dunia seperti Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, dan Kimi Raikkonen.

Namun mimpi itu tidak menjadi kenyataan dalam semalam. Pembalap berusia 23 tahun ini memulai karirnya dengan sungguh-sungguh di sirkus jet darat paling elit di dunia saat ia berusia 13 tahun. Saat itu, sama seperti pembalap F1 pada umumnya, nama Rio mulai menjadi perbincangan saat ia menjuarai ajang karting, Asian Karting Open Championship pada tahun 2006.

Dua tahun kemudian ia mulai tampil di sejumlah balapan di bawah Formula 1. Balapan pertamanya di Formula Asia 2.0. Di tahun pertamanya, hobi golf ini langsung menempati posisi ketiga berkat satu kemenangan dan tujuh podium. Penampilannya sangat mengesankan, karena saat itu usianya baru 15 tahun!

Pada musim berikutnya, Rio mengikuti sejumlah ajang balap Formula dan sejumlah kejuaraan. Ini termasuk Asian Formula Renault Challenge, Formula BMW Eropa dan Kejuaraan Pembalap Australia.

Namun penampilannya di Formula BMW Pacific Championship adalah yang terbaik. Ia meraihnya setelah meraih 12 podium, termasuk 11 kemenangan dari 15 balapan.

Dari sejumlah ajang balap Formula itulah Rio memulai hubungannya dengan tim Inggris Manor Racing. Pada tahun 2010, Rio memutuskan untuk pindah ke level yang lebih berbeda, seri GP3, dengan bergabung dengan tim.

GP3 merupakan ajang balap sebagai penyuplai pembalap ke level yang lebih tinggi yaitu seri GP2. Sedangkan GP2 merupakan balapan tepat di bawah Formula 1.

Banyak lulusan GP2 yang akhirnya naik pangkat. Salah satunya adalah juara musim lalu Lewis Hamilton, Romain Grosjean (Renault), Nico Hulkenberg (McLaren), dan Marcus Ericsson (Caterham).

Di GP3, pembalap mulai mendapatkan pengalaman layaknya pembalap F1. Sirkuit yang digunakan untuk balapan merupakan sirkuit standar F1. Padahal, petugas, sarana prasarana, dan fasilitas kesehatan sudah memenuhi standar profesional.

Di tahun pertamanya di seri GP3, Rio langsung membawa perubahan positif bagi timnya. Dia menyelesaikan kejuaraan dengan tempat kelima. Posisi terbaik dari seluruh pebalap Manor tampil. Prestasi tersebut membuatnya mendapatkan kehormatan untuk menguji mobil Formula 1 milik Marussia Virgin Racing di Abu Dhabi.

Sayangnya, uji jalan itu tidak berhasil. Rio mengalami masalah pada girboksnya. Ia harus puas menyelesaikan balapan di posisi terbawah.

Dua tahun di seri GP3 tidak terlalu mengesankan bagi Rio. Namun, ia mampu mempertahankan posisinya di papan tengah klasemen. Meski tak terlalu menonjol di seri GP3, ia tetap memutuskan untuk naik ke seri GP2 pada tahun 2012.

Keputusan ini diambil untuk mendekatkannya ke Formula 1.

Sukses setelah empat tahun yang sulit

Balapan yang pertama kali digelar pada tahun 2005 ini memiliki standar yang hampir sama dengan F1. Kecepatan mobil tidak berbeda jauh. Rangkaian yang digunakan adalah rangkaian yang sama. Bahkan, pada kesempatan itu kalendernya langsung mengikuti agenda balapan F1.

Dua balapan (lomba lari cepat Dan ras yang khas) juga diadakan sebelum dan sesudah balapan F1. Sebenarnya sistem poin ras yang khas langsung terjun ke kasta tertinggi balap motor.

Selain itu, seluruh kompetitor di seri GP2 menggunakan sasis yang sama. Oleh karena itu persaingannya sangat ketat. Juara-juara dari berbagai cabang balap lainnya juga mengikuti seri GP2, seperti dari Formula Renault 3.5, seri GP3 atau Formula 3.

Bahkan, mulai tahun 2015, mobil seri GP2 sudah dilengkapi perangkat tersebut Sistem Pengurangan Tarik (DRS) yang juga digunakan di F1. Alat ini mampu membantu mobil meluncur 15 km per jam lebih cepat.

Namun tahun pertama tak berjalan mulus bagi anak Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati ini. Bersama tim Carlin, ia sama sekali tidak meraih podium. Ia hanya mampu menyelesaikan musim di posisi ke-14.

Namun para pengamat mulai memperhatikan bakat terbesar Rio: raja hujan. Hal itu terlihat setelah ia mampu menjadi yang tercepat di tengah hujan di sirkuit Spa Francorchamps, Belgia.

Tak sukses bersama Carlin, Rio hengkang ke tim Barwa Addax pada tahun 2013 dan kemudian ke tim EQ8 Caterham pada tahun 2014. Dalam dua musim tersebut, Rio tidak mencatatkan rekor yang baik. Ia hanya meraih dua podium dan tidak mampu keluar dari posisi ke-15 di akhir musim.

Pada tahun 2015 alias tahun keempatnya di GP2, Rio mulai mendapatkan titik terang. Jika keluhan pada tahun-tahun sebelumnya adalah tentang kendaraan dan tim yang kurang mendukung, kali ini tim Campos memperlakukan Rio dengan sangat baik.

Kendaraan Rio sangat kompetitif. Staf dan tim juga lebih banyak berkolaborasi. Hasilnya, Rio meraih lima podium. Tiga di antaranya dia berada di posisi teratas. Yakni saat balapan digelar di Sirkuit Bahrain, Bahrain; Sirkuit Red Bull Ring, Austria; dan sirkuit Silverstone Inggris.

Padahal, sirkuit-sirkuit tersebut – terutama sirkuit Silverstone – memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Model sirkuitnya lambat dengan banyak tikungan. Hanya pengendara dengan keahlian siapa yang bisa memenangkannya

Sepanjang musim, Rio menguasai posisi ketiga klasemen. Persaingan ketat dengan pebalap Rusia Sergey Sirotkin membuat ia harus puas di posisi keempat hanya dengan selisih satu poin. Sirotkin memperoleh 139 dan Rio 138.

Dengan prestasi tersebut, tak ada momen yang lebih baik bagi Rio untuk promosi ke F1. Apalagi Rio berhasil membuktikan jika dibekali kendaraan kompetitif mampu bersaing di posisi tiga besar.

Rio akan mendapatkan mesin Mercedes dengan Manor Racing. Pada dua musim sebelumnya mereka menggunakan mesin Ferrari. Mercedes jelas memiliki mesin yang sangat kompetitif. Apalagi setelah balapan terjadi perubahan regulasi mesin menjadi V6 turbo-hibrida.

Juara dua musim berturut-turut, Lewis Hamilton, juga menggunakan pemasok mesin yang sama.

Mesin yang sama juga membantu Lotus bertarung di papan tengah. Sebelumnya mereka menggunakan mesin Renault.

Bukan hanya dukungan mesin saja yang membuat Manor semakin kompetitif. Namun juga hadirnya beberapa staf baru. Tahun ini mereka akan bergabung dengan Direktur Teknis Mercedes Bob Bell dan mantan duo Ferrari Pat Fry dan Nikolas Tombazis. Kehadiran kontainer baru ini menunjukkan bahwa Manor mempunyai ambisi.

“Manor akan mengambil langkah besar. Bukan hanya karena mesin baru. Tapi juga sekelompok orang yang berkumpul. Mereka adalah individu yang sangat mengesankan,” kata bos Mercedes Toto Wolff pembaruan dokter umum.

Saya pikir mereka akan menjadi penantang kuat di papan tengah, tambahnya.

Kini, dengan dukungan mesin mumpuni dan doa masyarakat Indonesia, sejauh mana Rio bisa bersaing?—Rappler.com

BACA JUGA:

Sidney prize