• November 24, 2024

Kisah WNI di Belgia saat terjadi bom bunuh diri

JAKARTA, Indonesia – Pada Selasa, 22 Maret, Asmayani Kusrini menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Pukul 08.00 waktu setempat ia tiba di sekolah untuk mengantar putrinya yang berusia enam tahun ke sekolah.

Kebetulan SD tempat putrinya belajar berada di kawasan Etterbeek, tak jauh dari stasiun Maalbeek, tempat terjadinya aksi bom bunuh diri. Puluhan orang tewas di dalam gerbong kereta akibat ulah pelaku yang meledakkan bom.

Usai berpamitan dengan putrinya, perempuan yang biasa disapa Rini itu melanjutkan perjalanannya menuju Université Libre de Bruxelles (ULB) untuk menuntut ilmu. Di sana, Rini melakukan persiapan pradoktoral di Fakultas Seni dan Filsafat ULB.

Ia tak menyangka hari itu akan terjadi serangan bom teroris di dua tempat berbeda, yakni bandara Zaventem dan stasiun Maalbeek.

“Segera setelah saya sampai di kampus dan membuka pesan WhatsApp baru saya ya jika terjadi serangan bom di bandara dan stasiun. Karena saya tahu stasiunnya tidak jauh dari sekolah putri saya, saya langsung menghubungi pihak sekolah. “Tapi sayang tidak diangkat,” kata Rini kepada Rappler melalui telepon, Selasa, 22 Maret.

Ketika jam baru menunjukkan pukul 9 pagi, pihak universitas mengumumkan bahwa agenda perkuliahan pada hari itu telah dibatalkan. Semua siswa diminta pulang.

Rini khawatir dan segera kembali ke sekolah untuk memastikan putrinya baik-baik saja.

“Setelah itu ada pengumuman seluruh stasiun kereta bawah tanah dihentikan sementara. Begitu pula transportasi lainnya. Situasi saat itu cukup mencekam karena beberapa tempat umum yang saya lewati dijaga ketat oleh petugas keamanan bersenjatakan senapan laras panjang, kata Rini.

Beberapa mobil ambulans dengan sirene terlihat berseliweran di sepanjang jalan. Begitu pula dengan helikopter yang beberapa kali terlihat terbang di atas kepalanya.

“Saat saya sedang berjalan menuju sekolah anak saya, saya mendengar warga Brussel berkomunikasi melalui telepon dan menanyakan di mana orang yang mereka ajak berkomunikasi. “Ada yang menjawab telepon, keluarganya sudah ada di pesawat atau masih di bandara,” kata Rini yang tinggal di Belgia sejak 2008.

Ia mengaku cukup lega karena putrinya tidak mengalami hal buruk. Bahkan, pihak sekolah langsung menerapkan pengamanan tingkat tinggi. Mereka tidak akan membiarkan siswa dijemput oleh orang lain selain orang tua.

Ia duduk di sebuah kafe tak jauh dari sekolah putrinya sambil menunggu jam sekolah berakhir. Walikota Brussel, Ivan Mayeur, melihat pernyataan tersebut di televisi.

Dia mengaku kaget dengan dua aksi bom tersebut dan menyatakan akan menghadapi masalah ini dengan serius, kata Rini.

Selain melihat penjagaan ketat, Rini juga melihat beberapa mobil polisi berhenti di depan gedung apartemen kawasan Etterbeek. Dia curiga polisi menggeledah apartemen tersebut.

Polisi juga melakukan penggeledahan di apartemen lain di Jalan Max Roos, Schaerbeek. Di sana ternyata ditemukan berbagai benda seperti bendera Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), alat peledak, dan peralatan kimia, jelas Rini.

Ledakan bom tersebut juga memaksa suami Rini yang berprofesi sebagai dokter harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pasalnya, rumah sakit tempat suaminya bekerja juga merawat korban luka akibat bom.

Mengantri untuk memasuki stasiun

Sehari setelah tiga ledakan bom, keamanan di kota Brussel semakin diperketat. Dari foto yang diterima Rini dari Persatuan Pusat Pelajar Indonesia (PPI) di Brussel, warga harus mengantri untuk sampai ke stasiun metro.

Petugas keamanan memantau penumpang dengan lebih ketat. Bahkan barang bawaan penumpang kereta pun diperiksa karena khawatir ketinggalan seperti Selasa kemarin.

“Sampai saat ini masih terjadi antrian di stasiun metro. Kemarin semua trem terlambat. Sementara saat ini trem dan bus hanya beroperasi hingga pukul 19.00 malam. “Suamiku baru saja pulang ke rumah tadi malam,” katanya.

Namun, sejak ledakan bom terjadi di kereta bawah tanah, Rini mengaku khawatir dengan keselamatan di angkutan umum. Karenanya, sejak kemarin, ia memilih menggunakan mobil untuk mengantar dan menjemput putrinya.

“Padahal belum pernah terjadi sebelumnya, karena saya sebenarnya pengguna setia angkutan umum,” kata Rini.

Warga negara Indonesia juga menjadi korban

Dalam aksi bom bunuh diri tersebut, pemerintah Indonesia menyebut tiga warga negara Indonesia juga mengalami luka-luka. Mereka dikenal sebagai Meilissa Aster Ilona dan kedua anaknya, Lucie Vansilliette dan Philippe Vansilliette.

“Yang saya tahu, Meilissa dan Lucie masih dalam kondisi kritis di ICU. Mereka baru bisa dikunjungi dalam dua minggu ke depan. Sementara kondisi Philippe lebih stabil. “Boleh dikunjungi,” kata Rini yang memperoleh informasi tersebut dari KBRI Brussel.

Kementerian Luar Negeri mengatakan Meilissa yang menikah dengan pria Belgia sedang berada di bandara bersama kedua anaknya menunggu penerbangan ke Indonesia.

Ketiganya ingin berlibur ke Indonesia, kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat, Rabu, 23 Maret.

Situasi di Belanda menguntungkan

Lantas bagaimana dengan Belanda yang merupakan tetangga terdekat pasca tiga ledakan bom di Belgia? Duta Besar Indonesia untuk Belanda, I Gusti Wesaka Puja mengatakan, pasca kejadian tersebut, pengamanan diperketat di beberapa tempat umum. Namun secara umum, kondisi di Belanda normal dan baik.

“Tadi pagi saya baru datang dari bandara Schipool. Saya melihat situasi di sana normal. Memang ada lebih banyak petugas keamanan, tapi tidak terlihat, kata Puja yang dihubungi Rappler melalui telepon, Kamis, 24 Maret.

Diakuinya, ada pemeriksaan barang calon penumpang yang lebih ketat saat memasuki bandara. Jadi, dibutuhkan waktu lebih lama.

Pengendalian yang lebih ketat juga terjadi di wilayah perbatasan Belanda dengan Belgia dan sebaliknya. Pintu inspeksi lebih sedikit, sehingga menimbulkan antrian.

Namun, ia kembali menegaskan, secara umum peristiwa yang terjadi di negara tetangga tidak membawa perubahan signifikan bagi Belanda.

“Mereka memang kaget dengan serangan teroris tersebut. Namun hal ini tidak mengubah seluruh kegiatan yang direncanakan. Pasca ledakan misalnya, Raja Belanda tetap melakukan aktivitas mengunjungi kawasan imigran. Di situ katanya masyarakat harus turut serta dalam memerangi aksi teroris, jelas Puja.

Untuk mengungkapkan rasa tidak takutnya terhadap teror, komunitas Muslim di Belanda berencana menggelar aksi damai di Damplein, Amsterdam, pada hari Jumat.

“Mereka berencana menyampaikan pernyataan menentang terorisme dan juga simpati kepada para korban,” kata mantan Dirjen ASEAN Kementerian Luar Negeri itu.

Pemerintah Indonesia, kata Puja, belum mengeluarkan larangan bagi WNI untuk berkunjung ke Belgia. Mereka hanya mengimbau warga untuk tetap berhati-hati, menghindari tempat umum dan memberitahukan keberadaannya kepada keluarga. – Rappler.com

BACA JUGA:

Data HK Hari Ini