Komisi I DPR secara terbuka dan tertutup melakukan tes kebugaran calon Panglima TNI
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Komisi I DPR akan menggelar uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada Rabu pagi, 6 Desember. Agenda tersebut rencananya akan digelar pada pukul 10.00 WIB.
Sistem pengujian kemampuan dan kepatutan akan dilakukan secara terbuka dan tertutup. Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin menjelaskan, akan ada beberapa mekanisme yang dilakukan dalam proses tersebut.
“45 menit pertama kami melakukan pemeriksaan administratif. Sudah ada item yang akan ditanyakan. Kemudian pada pukul 10.45 kami memulai uji kelayakan dan kepatutan. “Setelah itu kami akan rapat terbatas untuk memutuskan apakah kami menolak atau menyetujui (calon Panglima TNI),” kata TB yang ditemui di gedung DPR, dikutip dari Antara. media.
Dia mengatakan, sidang terbuka itu digelar saat Hadi memaparkan visi dan misi TNI tiga tahun ke depan.
Sementara itu, dalam proses pendalaman, karena mungkin banyak hal yang bersifat rahasia, maka kami akan melakukannya secara tertutup, kata dia.
Salah satu masukan yang akan ditanyakan DPR kepada Hadi adalah soal akuisisi alutsista. Anggota Komisi I lainnya bebas bertanya apa pun.
Sebagian pihak menilai nama Hadi diajukan ke Komisi I terlalu dini. Sebab, Gatot baru pensiun pada Maret 2018.
Apakah ini langkah wait and see jika calon tunggal yang diajukan Jokowi bisa ditolak DPR? TB menjelaskan, Komisi I DPR sejauh ini tidak pernah menolak calon Panglima TNI yang diajukan Presiden.
“Pengalaman kami, Komisi I pada prinsipnya tidak pernah menolak, alasannya apa? “Karena itu pilihan terbaik dan semua persyaratan sudah terpenuhi,” ujarnya.
Menimbulkan pro dan kontra
Di mata pengamat militer dan intelijen Connie Rahakundini Bakrie, penunjukan Hadi sebagai calon Panglima TNI dan dilakukan sejak dini sudah tepat. Mengapa? Karena tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik. Sementara agenda politik seperti pemilu daerah dan pemilu presiden terbentang di depan mata kita.
“Yang tidak dipahami masyarakat adalah Panglima TNI yang baru membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menembus pasukannya. Jadi harus ada penyesuaian,” kata Connie yang dihubungi Rappler melalui telepon, Senin malam, 4 Desember.
Jika Panglima TNI baru terpilih pada Maret mendatang, proses penyesuaian diperkirakan baru selesai pada Agustus. Bisa dikatakan sudah terlambat untuk mengamankan pemilu daerah.
Connie lantas mengharapkan dua hal kepada Hadi jika kelak diangkat menjadi Panglima TNI. Pertamamemiliki peta jalan mewujudkan visi poros maritim dunia.
“Ini menjadi pertanyaan mendasar bagi seorang calon Panglima TNI, yaitu kemana kekuatan militer Indonesia akan dibawa. Bagaimana militer dapat mewujudkan kepentingan nasional di tingkat lokal, nasional, dan global. Untuk itu diperlukan road map yang sayangnya tidak tercipta dalam kerangka kepemimpinan Pak Gatut (Nurmantyo) Sebenarnya sudah tiga tahun menjabat Panglima, kata Connie.
Dengan memiliki peta jalan Yang jelas TNI akan dibawa ke tingkat yang lebih tinggi dan diwaspadai. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kata dia, Indonesia yang semula hanya menjadi negara penonton, kemudian dipaksa menjadi negara pemain yang mengedepankan visi maritim.
Inilah pentingnya visi Pak Hadi untuk pertahanan dan poros maritim ke depan, ujarnya.
Harapan KeduaYakni agar Hadi nantinya bisa menambah anggaran pertahanan hingga 200 persen. Selama ini Connie menilai anggaran pertahanan TNI stagnan bahkan mengalami kemunduran karena pemimpin sebelumnya tidak memiliki visi yang jelas.
“Bandingkan dengan Polri yang mendapat kenaikan anggaran hingga 100 persen. Sebab, pihak kepolisian berniat agar Polri memeriksa kawasan tersebut, ujarnya.
Sementara itu, Ketua Setara Institute Hendardi menilai Hadi memiliki rekam jejak dan prestasi yang baik sehingga cocok menduduki jabatan Panglima TNI. Ditambah lagi Hadi berasal dari TNI AU, jadi ada rotasi kekuasaan.
Pilihan ini sejalan dengan aspirasi masyarakat sipil yang mengharapkan Presiden Jokowi memilih panglima baru dengan mempertimbangkan banyak aspek, baik untuk kepentingan organisasi TNI maupun kepentingan nasional, kata Hendardi. media.
Rotasi dimensi ini, kata Hendardi, terbukti mampu menjaga keutuhan TNI pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri dan SBY.
Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Gerindra Ahmad Muzani menilai Hadi Tjahjanto tidak banyak menorehkan prestasi mencolok. Demikian pula, tidak ada satu pun gagasan yang diajukan yang luar biasa.
“Sebagai Kepala Staf AU (Angkatan Udara), saya kira dia belum lama berada di sana. Menurut saya, tidak ada prestasi yang luar biasa, kata Muzani, dikutip di Gedung DPR, kemarin media.
Meski demikian, Muzani tak menampik bahwa sesuai aturan, Hadi memang pantas diangkat menjadi Panglima TNI. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI AU dan memiliki nasionalisme serta patriotisme yang tinggi.
Oleh karena itu, Fraksi Partai Gerindra akan mengkaji rekam jejak dan profesionalisme Hadi. Sebab kedudukan sebagai Panglima TNI mempunyai peranan penting dalam pertahanan dan keamanan negara. Hal ini mencakup akses yang luas dalam hal penguasaan senjata dan pasukan.
Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi menolak anggapan Jokowi mengajukan Hadi sebagai calon tunggal karena pria berusia 54 tahun itu punya kedekatan dengan mantan Gubernur DKI tersebut. Seperti diketahui, Hadi pernah menjabat sebagai sebagai sekretaris militer presiden selama dua tahun. Artinya Hadi sudah masuk dalam lingkaran dalam masyarakat Istana.
Menurut Johan, seluruh Kepala Staf TNI dekat dengan Jokowi. Bukan hanya Hadi yang dekat dengan Presiden.
“Iya, Kepala Staf Polri itu dekat dengan Pak Jokowi. Tapi yang terpenting Presiden memandang Pak Hadi cakap dan sanggup memimpin TNI sesuai UU nomor 34 tahun 2004, kata Johan yang dihubungi Rappler melalui telepon, Senin. – Rappler.com
BACA JUGA: