• November 26, 2024

Komite Aksi Solidaritas Rohingya belum menentukan ke mana dana tersebut akan disalurkan

“Nanti dibicarakan lagi,” kata ketua panitia saat ditanya apakah dana tersebut akan disalurkan melalui AKIM.

MAGELANG, Indonesia – Aksi solidaritas etnis Rohingya akhirnya terlaksana pada Jumat sore, 8 September, di Masjid An-Nuur Magelang, Yogyakarta. Selain menggelar salat gaib, panitia juga menggalang dana dari massa.

Namun sayang, panitia belum mengetahui ke mana dana yang berhasil dikumpulkan dari aksi solidaritas massa tersebut akan disalurkan.

Nanti kita bahas secara teknis, kata Ketua Komite Aksi Imanudin siang tadi.

Bahkan, Kementerian Luar Negeri membentuk Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang beranggotakan 11 organisasi masyarakat. Untuk memudahkan donasi masyarakat, panitia sebenarnya bisa menggunakan jalur itu. Dengan menyalurkannya pada program Bantuan Kemanusiaan untuk Masyarakat Berkelanjutan, AKIM dapat menyalurkan dana agar tepat sasaran.

“Nanti akan dibicarakan lagi,” ujarnya lagi saat ditanya apakah ada kemungkinan dana peserta aksi disalurkan melalui AKIM.

Kapolres Magelang Kombes Hindarsono memperkirakan peserta aksi mencapai 5.000 – 6.000 orang. Angka tersebut diperoleh dari catatan jumlah jamaah yang mengikuti salat Jumat di Masjid An-Nuur.

Jamaah yang salat dan masuk melalui gerbang masjid diperkirakan berjumlah 4.500 orang, ditambah perkiraan jamaah yang salat di jalan.

“Tadi yang salat datang ke sana (di jalan),” ujarnya.

Untuk mencegah aksi berubah menjadi ricuh, polisi mengerahkan 2.800 personel. Sebanyak 600 personel bertugas di kawasan Candi Borobudur, selebihnya disebar di berbagai titik lain di sekitar destinasi wisata.

Langkah antisipatif lainnya adalah dengan menempatkan Ketua MUI Magelang sebagai imam salat Jumat dan Kepala Kantor Kementerian Agama Magelang sebagai khatib.

Hindarsono mengakui ada pengetatan pola pengamanan dalam pementasan. Polisi memasang barikade dan melakukan penggerebekan di kawasan perbatasan Jawa Tengah – Yogyakarta dan pertigaan Palbapang. Mereka mengusir calon peserta aksi dari Yogyakarta dan daerah sekitar Magelang.

“Kapasitas masjid ini terbatas,” ujarnya menjelaskan alasan sebagian massa ditolak polisi.

Toh, performanya cukup sensitif. Polisi khawatir akan terjadi kerusuhan dan mengancam kelestarian Candi Borobudur, situs budaya terbesar milik bangsa Indonesia.

“(Borobudur) bukan hanya milik umat Buddha, tapi milik seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Jangan khawatir akan diusir oleh polisi

Meski dilakukan penggerebekan di berbagai ruas jalan menuju Candi Borobudur, para peserta aksi tidak menyerah. Bahkan, mereka masih mencari jalan alternatif untuk mencapai Masjid An-Nuur.

Dian Tri, salah satunya. Pemuda 19 tahun asal Solo itu datang sendiri dengan menggunakan sepeda motor. Namun, ia gagal mencapai Masjid An-Nuur

Remaja yang sehari-harinya aktif menjadi takmir masjid di desanya ini baru tiba di Masjid An Nuur pada pukul 14.00, saat massa aksi baru saja bubar.

“Saya tiba di perbatasan Yogya-Magelang sekitar pukul setengah sepuluh dan polisi menyuruh saya putar balik,” kata Dian.

Ketimbang kembali ke Solo, Dian memilih mencari masjid terdekat untuk menunaikan salat Jumat. Usai berdoa, ia melanjutkan perjalanan ke Borobudur untuk ikut berkumpul.

Ia mengaku termotivasi untuk ikut aksi membela Rohingya karena prihatin dengan kekerasan yang dialami Muslim Rohingya. Dari informasi yang ia temukan di Internet, ia tergerak untuk melakukan solidaritas.

“Ini persoalan agama, bukan hanya satu atau dua orang,” ujarnya.

Ini kali kedua Dian ikut aksi bela agama. Pertama, saat dilakukan Aksi Bela Islam yang menuding mantan Gubernur DKI Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama sebagai penodaan agama di Solo. Demonstrasi terjadi sebelum aksi 212 digelar di Jakarta.

“Yang ikut aksi 212 tidak ikut karena sedang bekerja,” kata pria yang bekerja di bengkel di Solo itu.

Dalam poster tersebut, aksi bela Rohingya di Borobudur diikuti oleh 151 lashkar dan ormas di DIY dan Jawa Tengah. Mereka berasal dari properti yang digunakan peserta aksi antara lain dari FPI, FJI, FUI, Kokam dan GPK. Mereka datang menggunakan kendaraan roda empat dan dua.

“Kami (datang) bersama tujuh orang dengan mobil,” kata Nasir, salah satu peserta usai aksi.

Dia dan enam rekannya tergabung dalam Partai Keadilan Sejahtera Purworejo.

“Kalau mau datang silakan datang, tapi kalau mau TIDAK Juga TIDAK tidak ada apa-apa,” jawabnya saat ditanya apakah kedatangannya atas perintah partai politik. – Rappler.com

sbobet mobile